Thursday, July 30, 2015

Ada Cerita di Kuburan

Ngomongin soal kuburan, dulu aku paling suka liat orang dikubur di kuburan. Setiap ada tetangga yang meninggal pasti aku nggak pernah melewatkan momen untuk melihat proses penguburan. Bersama teman-teman ikut mengiringi jenazah menuju kuburan. Bahkan sangat kurang afdol kalau belum di pinggir liang kubur. Sampai sering dimarahin bapak-bapak pengurus pemakaman, karena sangat mengganggu sekali.

Namanya anak-anak, semakin dilarang semakin jadi. Mundur sebentar, beberapa menit kemudian sudah berada di dekat liang lagi. Maunya apa ini anak? Sampai aku penasaran, apa yang ada dipikiranku saat itu. Kenapa melihat proses pemakaman sangat begitu menyenangkan seperti halnya nonton karnaval. Nggak lucu kan kalau suatu saat aku ditanya apa hobiku saat kecil, aku jawab nonton pemakaman dikuburan.

Pasar

Belanja ke pasar adalah salah satu hobiku di rumah selain tidur, nglamun dan gangguin anak tetangga sampai nangis. Aku mengenal pasar di daerah rumahku sudah dari kecil. Namanya pasar Mangiran. Karena letaknya di desa Mangiran. Pasar ini telah menjadi salah satu saksi tumbuh kembangku menjadi manusia. Serius ini.

Setiap aku ke pasar dan belanja di tempat langganan pasti penjualnya cerita tentang aku sama pembeli yang lain. Contohnya pas beli jamu. Ada pembeli lain yang tanya ke aku “wah mbaknya suka minum jamu ya”. Belum sempat aku jawab ibu penjual jamu udah nyamber “iki langganan ket mbiyen” ini sudah langganan dari dulu.

Tuesday, July 28, 2015

Koleksi Sosial Media #Part2

Kemarin kapan gitu aku nulis tentang koleksi sosial media (baca disini), eh rupa-rupanya yang nggak punya rupa, aku juga koleksi sosial media. Apa deh banget lah. Et tapi koleksi sosial mediaku ini bukan sejenis sosial media dalam bentuk chat yang tiap hari aktif buat haha hihi atau kepo-kepo gitu (alasan ini mah, huuuuuu..). Ini sejenis sosial media yang aku gunain buat ngomyeng nggak jelas gitu.

Dulu buat karena biar gaul aja sih. Sekarang bingung sendiri deh meliharanya. Ada yang berminat pelihara?

Friday, July 24, 2015

Antara Aku, SUCI 5 dan Ketawa ala Kuntilanak

Ada yang aneh dengan diriku. Itu yang ku alami beberapa hari ini. Sory kalau prolognya malah curhat begini. Tapi perlu diketahui, aku ini adalah salah satu manusia spesies langka penggemar film-film action. Kata temen-temenku itu membawa dampak buruk buatku. Galak, judes dan keras kepala. Emang apa hubungannya ya nonton film action sama punya style yang kata orang-orang galak dan judes?

Setelah dipikir-pikir emang bener sih. Aku ini kurang hiburan banget. Menjadikan sesuatu menjadi serius. Se-serius kalau aku ini sebenarnya makhluk luar angkasa yang nyamar jadi makhluk berspesies langka. Ups sorry. Apa-apa dibawa pikiran, pikiran apa-apa dibawa. Lama-lama jadi kepikiran kan.

Singkat cerita, tetiba aku jadi penggemar acara SUCI (Stand Up Comedy Indonesia) KompasTV. Berbalik 1800 dari hobiku nonton film-film mikir dan cenderung memacu adrenalin. Eh nonton SUCI juga memacu adrenalin lho, adrenalin buat orang-orang disekitarku yang tiba-tiba terbangun karena suara ketawaku yang hampir mirip kuntilanak. Soalnya tayangan SUCI kan tiap kamis malam, alias malam jum’at. Apa jadinya kalau malam-malam ada cewek ketawa 8 oktaf dengan keras. Pasti horor.

Ia-lah Penjahat

Aku mau cerita, mengenai kehidupanku. Kehidupanku bersama seseorang dari bangsa 'penjahat'. Ya, ia adalah 'penjahat'. Yang membuat kehidupanku dan kawan-kawanku sempat terseok-seok. Kami ditindas, dipaksa, dan disuruh kerja rodi. Setiap hari.


Ia-lah penjahat. Penjahat ilmu kataku. Aku bersamanya bisa mendadak pintar, meskipun banyak mendadak bodohnya. Ia memiliki orangtua yang baik. Namun sayang, karena aku terlanjur kesal dengannya, kebaikan apapun si orangtua tetap tidak membuatku tetap mencintainya. Sekali penjahat ya penjahat.



Aku sudah 3 tahun bersamanya. Bayangkan 3 tahun. Cukup lama bukan? Romantis enggak, adanya hatiku yang menangis. Setiap malam aku dipaksa begadang, hanya demi menemani dia. Setiap hari banyak sindiran pedas menghampiriku, mengapa aku masih saja bertahan dengannya? Padahal kawan-kawanku banyak yang sudah putus dengan bangsa itu setelah 1-1,5 tahun bersama. Apa aku bodoh?



Ia-lah penjahat. Penjahat tiket masa depanku. Penjahat yang banyak memberiku banyak pelajaran. Penjahat yang sekarang aku perjuangkan untuk putus. Karena ia adalah penjahat bernama SKRIPSI. Semoga kita cepat putus ya sayang, biar aku segera mendapat gelarr.......... janda skripsi :D



(=^.^=)

Wednesday, July 22, 2015

Lebaran 1436H

Mumpung masih suasana hari raya, saya Molydha, selaku pembuat dan pemilik blog aneh dan nggak jelas ini mau mengucapkan :


Maafin ya, apabila ada kesalahan dalam mengelola blog kecintaan ini :* :*

(=^.^=)

Monday, July 13, 2015

Selfie Abnormal

Pernah selfie abnormal? Ah paling nggak pernah, iya kan? Secara orang selfie tu pasti pengen terlihat cantik. Sekali-kali lho, selfie muka hancur. Kayak gini nih


Aku maklum lah kalau pada selfie tu pengen terlihat kece, keren dsb. Emang kece dimata siapa sih? diri sendiri? kasian amat yakk... Jadi orang tuh apa adanya aja. Nikmati dan syukuri. Kalau emang nggak kece-kece amat nggak usah di paksa lah. Jatohnya norak.

Oya ini tadi mutus urat malu lagi nih. Di kala dengan asyiknya foto-foto, tetiba ada yang ngeliatin. Rupanya tetangga di rumah. Ah bodo amat, tetangga juga udah tahu aku-nya emang kurang waras :p :p :p

Barusan udah ada panggilan antrian. Dan sama satpamnya di stop di urutan 17, nanggung amat yak. Aku lho 18, tinggal sekali kan aku udah masuk barisan mantan eh antrian. Oke, selamat siang, maaf jika tulisan kurang bermanfaat. 

Antri di Bank

Karena sedang berurusan dengan masalah bayar berbayar, hari ini diriku merelakan diri ngegembel di salah satu Bank daerah Bantul, Yogyakarta. Perlu diketahui, menjelang hari raya begini pasti Bank rame banget. Antri di urutan 18... tapi di kloter ke dua. Kloter pertama dari 1-100 baru sampe urutan 70an. Aku kon kudu piye? Nungging sak lawase? -_____-"

Beruntungnya, si cantik lappy terbawa. Jadi bisa nulis-nulis. Untungnya pula, ada sinyal wifi gratis nyasar. Bisa langsung di upload deh. Rejeki anak sholehah beneran inih. Terimakasih Allah :*

Kalau boleh berbagi ya, pada dasarkan aku sedang memutus urat malu nih. Secara, tempat duduk antrian udah penuh. Dengan asyiknya aku duduk di pinggiran antrian sambil asyik pegang laptop. Sendirian. Macem jomblo kurang perhatian. Kalau nanti ada yang update berita "gembel antri di Bank" itu bukan aku. Sumpah. Aku mah apa atuh, pakai nyamar jadi gembel segala. Gak pake nyamar aja udah kayak gembel.

si gembel
Serius nih, gara-gara 3 minggu ngepoin Indra Frimawan aku ketularan nggak jelasnya nih. Plis semoga jangan jodoh. Aku takut dimasukin kandang ayam. Tapi kalau kandang kuda mau, sapa tau kudanya mau sama aku.

Ah semakin nggak jelas. Ini antri masih lama lhoo. Tapi udah bingung mau nulis apalagi. Nggak ada ide. Dia lagi sibuk :( :(

Udah ah, ganti topik tulisan lagi ah. Tapi apa ya... Huaaaaaaa.... semakin absurd. Kayaknya Hayati lelah bang.... ada aqua???? Bye, selamat siang (=^.^=)

Belajar Dari Tokoh Idola

Apa sih belajar dari tokoh idola itu? Adalah semacam ngefans ke seseorang yang kita sebut tokoh idola dan kita belajar dari kehidupannya. Jadi ngefans yang baik gitu. Nggak cuma stalking aktivitas hidupnya atau caper di sosial medianya.

Buat aku ngefans itu adalah belajar. Artinya, ketika aku ngefans sama seseorang aku pengen belajar dari dia. Baik dari pengalaman baiknya atau buruknya. Karena baik buruk seseorang itu relative, tergantung dari sisi mana kita melihat.

Aku ngefans sama Marshanda. Dari jaman dia jadi Lala di sinetron Bidadari sampai detik ini aku menulis. “Dia kan gila Da, habis cerai lepas jilbab, masak kayak gitu kamu ngefans?”. Bodo amat itu kataku. Seperti yang aku bilang tadi, baik buruk seseorang itu relative tergantung dari sisi mana kita melihat. Memang aku nggak suka dia yang lepas jilbab, terlepas apapun alasannya. Tapi aku mengagumi kegigihannya dalam mencapai karir, kreativitasnya, juga parenting dia ke Sienna anaknya saat itu.

Koleksi Sosial Media

Mau curhat sedikit nih. Kan beberapa hari ini aku nggak aktif dalam jamaah sosial media yang aku ikuti. Alasannya simpel, pengen ngurangin kepo-kepo gitu. Wajarlah, hidup nggak tenang tanpa ngeliatin aktivitas mamas Chris Hemsworth gitu. Apalagi Pakde Jason Stahtam yang makin kece. Duhh, jadi pengen kepo lagi kan?

Terus dengan sengaja paketan internet di HP nggak aku isi (ini mah alasan nggak punya duit aja -,-). Gegara itu, aku jadi nggak tahu ada informasi acara buka bareng yang diadain beberapa temenku. Kesel sih. Kok nggak ada yang sms gitu (merasa terlupakan nih). Aku jadi mikir, mungkin tuntutan teknologi sudah semakin mewabah. SMS dan telpon sudah bukan prioritas utama lagi. Nggak punya sosial media = ketinggalan jaman = nggak gaul.

Aku Cemburu

Aku cemburu. Aku cemburu pada dia yang selalu kau sanjung. Kau jadikan ia pertama di hatimu. Kau jadikan ia penebus rasa lelahmu. 

Aku cemburu. Aku cemburu padanya. Di waktu kau bilang ia adalah segalanya bagimu. Di saat ia menjadi pengobat rasa rindumu.

Aku cemburu, aku cemburu pada sepasang sepatu yang kini sedang bermain mesra satu sama lain dikakiku....

Apa ada yang salah dengan puasaku?

Mau nulis yang rada serius nih. Serius nggak jelasnya tapi :D :D Jadi beberapa hari yang lalu aku bukber (buka bersama) dengan beberapa teman kuliah. Disela-sela obrolan kami, salah satu teman ada yang bilang “Alhamdulillah ya, puasa kali ini terasa mudah banget, padahal kalau masih awal-awal biasanya berat” Terus teman yang lain komentar “mungkin karena kita udah biasa puasa sunnah, jadi nggak kerasa berat”.

Aku waktu itu cuma diem aja. Karena jujur saja, puasaku di awal-awal kemarin berat banget rasanya. Bahkan puasa pertama aku malah tidur seharian. Bukan, bukan karena aku nggak tahan lapar. Tapi memang benar adanya, aku merasa berat puasa pertama kemarin. Apa ada yang salah dengan puasaku?

Monday, July 6, 2015

Pasang Surut Niat

Niat itu seperti ombak di lautan. Pasang surut sukanya. Terkadang kelewat over malah. Banjir deh. Tapi seriusan nih, aku lagi ditahap sedang pasang surutnya sebuah niat mulia. Ah kalian mesti mikirnya lamaran, iya kan? bukan, bukan itu. Kalau dilamar sekarang mah Alhamdulillah. Niatnya bakal pasang muluk. Pertanyaannya cuma satu sih, siapa yang mau nglamar?? Pangeran kuda? Atau pangeran elang? :p :p

Nah niat mulia apakah itu? Ya pokoknya ada, ada aja gitu. Sebuah niat yang udah jauh-jauh hari aku semayamkan dalam sanubari, bahkan sudah ku ukir bagai prasasti. Halah. Tapi namanya juga manusia, tempat salah dan lupa. Ni niat cuma ngambang doang. Pasang juga nggak, surut juga nggak. Maunya apa??


Tapi apapun itu, pengen deh niat itu nggak sekedar niat doang. Realisasinya dong..!!! Udah ah gini aja, nulis juga capek. Padahal niatnya mau nulis panjang. Nahkan, si niat lagi-lagi nggak mau kompromi. Auk ahhh….. Selamat sore..

(=^.^=)

FILM kesukaanku

Bicara soal film, aku ini emang suka banget nonton film. Tapi akhir-akhir ini jarang ke bioskop. Bukannya nggak punya uang atau nggak punya temen. Semakin hari ada aja yang bikin susah mencari celah untuk sekedar nongkrong ke Mall. Kalau mau nonton malem ntar susah pulangnya. Semenjak udah nggak kos lagi, aku tinggal di rumah. Jarak rumah ke Mall paling deket kurang lebih ditempuh 1 jam tanpa macet. Capek.

Jadi, mau nggak mau kalau pengen nonton film cari file-nya di warnet. Jadi anak warnet deh. Suatu hari ada temen pinjam laptop, pas buka file-file film-ku dia bilang “ya ampun Mol, isi film-mu kalau nggak action ya horor,”
Terus aku jawab “emang kenapa?”
“Pantesan kamu galak, judes, misterius, mbakat psikopat lagi”
Syok tiba-tiba dibilang gitu. Belum juga ilang syoknya si temen nyamber lagi. “Eh ada film india juga, pantes kamu aneh,”.
Jadi selain galak, judes, misterius, mbakat psikopat aku ini juga aneh. Fix, image-ku langsung rusak seketika >.<

Langit untuk Bumi

Ia telah menjadi surganya
Tempat suka dan duka
Tempat tawa dan canda
Tempat berlabuhnya cinta

Ia penjaga hati
Meski kadang menyakiti
Ia angkuh
Meski selalu merengkuh

Ia memang tidak suci
Namun bukan banci yang suka mencaci
Ia memang tidak sempurna
Tapi selalu memberikan warna

Ialah langit untuk bumi


Jogjakarta, 6 Juli 2015

09:20