Secara
pribadi aku mengakui jika aku ini sensitif dan cengeng. Perasaanku sangat peka
terhadap hal-hal yang berbau haru-biru. Saking cengengnya, baca buku atau
nonton film yang menguras air mata, pastilah aku sudah menangis sesenggukan.
Sangat bertolak belakang dengan sifatku yang terkenal keras ini.
Namun
perlu diketahui, untuk hal-hal pribadi yang mengharu-biru, aku belum pernah
menangis di depan umum (atau teman-temanku). Ketika aku sedih dan punya banyak
masalah lalu cerita ke teman, aku belum pernah menangis di depan mereka.
Sungguh aneh kan? padahal jika aku sedang sendiri pasti langsung menangis.
Saking nggak kuatnya.
Menangis
sendiri itu sama sakitnya dengan menahan tangis di depan teman yang mau
mendengar keluh kesah kita. Sehingga buatku percuma menangis sendiri, karena
tetap belum puas untuk mengungkapkan rasa. Aku selalu berusaha membuat
perasaanku jujur. Artinya, jika aku ingin menangis ya aku bisa menangis didepan
teman yang mendengarkan ceritaku. Tanpa di tahan-tahan.
Sehingga
banyak orang mengatakan aku adalah perempuan yang tegar. Mampu mengatasi
masalah dengan hati yang lapang dan tenang. Bisa kuat menghadapi masalah tanpa
meneteskan air mata kesedihan. Bohong semua itu. Karena itu hanya diluarnya
saja. Toh ketika aku sendirian juga menangis sesenggukan.
Sepandai-pandainya
tupai melompat pasti akan jatuh juga. Sebisa-bisanya aku menahan tangis didepan
orang lain, pastinya akan pernah bisa menangis di depan seseoang. Rupanya ada
dua orang yang mampu membuatku jujur mengungkapkan rasa. Yang menurutku mereka
dikirim Allah hanya untuk bisa mendengar tangisku. Aku pribadi pun tidak
menyangka bisa langsung menangis di depan mereka saat bercerita tentang
kesedihanku.
Siapa
mereka? Yang pertama adalah teman baik yang sudah ku anggap sebagai kakakku.
Awalnya aku bisa menangis juga tidak di sangka-sangka. Memang saat itu
perasaanku sedang kalut. Bapak baru saja meninggal. Aku sedih, aku menangis,
tetapi selalu sendirian. Bahkan saat bapak di makamkan, aku hanya meneteskan
air mata tanpa sesenggukan layaknya orang menangis kehilangan. Justru
orang-orang disekitarku yang menangis.
Saking
sakitnya menangis sendirian, aku ketemu dengan sahabatku. Harapanku, aku bisa
menangis di depannya disela aku bercerita mengenai rasa kehilanganku. Namun tetap
tidak bisa menangis. Rasanya kayak ketahan gitu. Padahal udah berusaha melepas.
Sahabatku ini pun adalah seorang psikolog, harusnya aku bisa leluasa menangis
di depannya dong.
Lalu,
hal yang tidak ku sangka-sangka adalah saat ketemu si kakak ini. Aku belum lama
kenal dengan si kakak. Tetapi entah kenapa aku malah lebih bisa menangis di
depannya daripada di depan sahabatku. Apa karena si kakak memiliki sifat yang
kayak bapak? Entahlah…
Yang
kedua adalah dosenku. Ini lebih aneh lagi bukan? Aku datang ketempat beliau
sebenarnya buat konsultasi mengenai perkuliahanku yang nggak jelas ini. Tetapi,
begitu sampai di depan beliau aku malah menangis. Beliau pun mengijinkanku
menangis ketika aku bilang “pak saya ingin menangis”. Hampir 5 menit aku
sesenggukan di depan beliau tanpa sepatah kata pun. Hahahhaa, konyol kalau di
inget-inget. Jadi aku malah bingung ngadep beliau untuk tujuan apa.
No comments:
Post a Comment