Udah pada tahu berita pacar (atau mantan pacar) Awkarin yang
diberitakan meninggal bunuh diri (yang belum ada klarifikasi benar nggaknya)?
Oke aku nggak bahas konteks itu. Tapi aku gemes sama yang kasih komentar di IG
Awkarin. WAIT….!!!!! Aku nggak follow IG Awkarin ya, tapi apalah daya kalo
komen-komen tentang itu pada dibahas di temlen twitterku. Mau nggak mau sungut
radar kepoku mancar.
Tiga menit terbuang sia-sia karena melototin komen-komen di
IG Awkarin. Gini lho, Awkarin ini lagi berduka ya tolonglah ngatain dia lain
kali aja ((lain kali aja)). Emang kalo pasanganmu meninggal kamu curhat di socmed terus
dibilangin ‘bego lo pacaran sama orang kayak gitu, pada akhirnya cuma ditinggal
mati kan’ atau ‘makanya tobat jadi orang yang bener’emangnya situ seneng, nggak kan. Btw, orang yang bener
itu gimana ya? komentar nggak pada konteksnya di socmed orang itu apakah udah
bener juga. Ehem.
Terlepas dari itu, aku juga sering nemuin komentar pada
konteks berita bunuh diri yang komentarnya nggak jauh-jauh dari “Kayak gini nih
orang yang nggak punya Tuhan” “Orang nggak bersyukur” “Pikirannya pendek banget
sih” dan lain-lain. Emang situ tahu ya kalo yang bunuh diri itu nggak punya
Tuhan.
Gini teman-teman, dari sependek pengalaman hidupku yang
biasa-biasa ini, orang bunuh diri itu bukan terjadi karena dia nggak bersyukur,
bukan karena nggak punya Tuhan. Orang yang rajin ibadah aja bisa bunuh diri.
Habis itu ada yang bilang mungkin ibadahnya nggak bener kali. HA HA HA HA
ketawain deh.
Terus orang bunuh diri karena apa dong. Ya kalo dari
kacamata orang biasa-biasa aja macam aku ini ya karena dia pengen bunuh diri
aja. Mungkin dia udah bosen hidupnya yang gitu-gitu aja, atau dia mau cari
perhatian tapi malah meninggal beneran. Atau yang udah berlevel karena dia
memang nggak tahu lagi harus gimana ((NGGAK TAHU LAGI HARUS GIMANA)).
Kenapa aku bisa bilang gitu, ya gimana lagi aku pernah ketiban sial
5 jam di rumah sakit nganterin orang yang hampir mati karena bunuh diri yang
Alhamdulillah selamat. Sampe ku bertanya-tanya kenapa aku yang harus nemuin
orang berdarah-darah dengan segenggam pisau ditangannya ya Allah. Kenapa
residen yang jaga banyak yang ganteng ya Allah. Kenapa ini jadi nggak fokus ya
Allah. Tapi aku nggak mau cerita soal ini ah. Males.
Oke aku lanjut lagi. Pernah denger ada bocah umur 8-15th bunuh
diri. Ya usia SD atau SMP lah. Apa seusia itu bisa dikatakan bunuh diri karena
‘nggak punya Tuhan’ ‘nggak bersyukur’. Umur segitu aku mah tahunya hal-hal
keren doang. Kalo pun lagi sebel sama hidup bukannya pengen bunuh diri tapi
malah pengen bunuh orang. Astaghfirullah, itu bukan pemikiran yang baik
teman-teman.
Jadi tolonglah, nggak semua orang yang punya masalah itu
bisa seperti kalian yang pinter mencari solusi, bisa mengatasi, dan bisa
mengerti. Nggak semua orang yang tertekan hidupnya bisa langsung tahu apa yang
harus dilakukan. Karena aku yakin setiap orang yang punya masalah pasti dia
pernah menjalani proses yang namanya berjuang dan berusaha bangkit.
Kalau seseorang sudah bunuh diri, percayalah bahwa itu
adalah pilihannya. Nggak mungkin kan dia bunuh diri karena hasil voting atau
musyawarah keluarga. Dia sudah memilih pilihan hidupnya dengan cara yang dia
tahu benar (yang jelas-jelas tidak benar). Dia sudah melalui proses berfikir
berulang kali. Bahkan yang paling hebat dia sudah membuat perencanaan yang
keren. Coba deh simak berita orang bunuh diri yang gantung, mikirin pengikat
atau cara nyantolin pengikat itu butuh skill lho. Jangan sembarangan, salah
ngiket bukannya malah mati tapi kesakitan setengah mati.
Orang yang bunuh diri mungkin bukan teman kalian. Karena
kalau mereka teman kalian tidak akan ada komentar dari mulut kalian “dasar
orang nggak punya agama” “Nggak mensyukuri hidup” dll. Karena kalau mereka
teman kalian pasti mereka sudah kalian rangkul sehingga tidak terjadi bunuh
diri. Kalau pun terjadi bunuh diri, ya itu tadi, itu sudah pilihan hidupnya.
Udah dirangkul baik-baik tapi tetep milih bunuh diri. Yaudah bye.
Yaudah cuma mau nulis ini aja, semoga tidak ada yang memberi
tanggapan bahwa tulisan ini tentang pembenaran bunuh diri. NOT. Karena aku pun
adalah golongan orang yang berusaha melewati masalah dengan cara yang (semoga) baik. Tulisan ini hanya murni karena kegemesan komentar-komentar ‘menyudutkan’
pada orang yang meninggal karena bunuh diri. Kasian keluarganya cuy, udah ditinggal masih dikata-katain.
Oke, sekian dan terimakasih semoga kalian ikhlas sudah menyia-nyiakan baca
tulisan ini 1-2 menit. Sekali lagi, bunuh diri bukan solusi.
No comments:
Post a Comment