Kamu,
kamu yang telah lama aku tunggu. Kamu yang seperti laki-laki pencakar langit.
Kamu yang memiliki tatapan mata tegas seperti elang, ketenangan jiwa yang
lembut, tutur kata yang cerdas dan sikap yang berwibawa.
Kamu,
kamu yang kuterima bukan karena hartamu, apalagi parasmu. Kamu, yang aku pilih
karena keshalihanmu dan rasa cintamu pada Tuhanmu. Kamu, yang selalu
meyakinkanku untuk menempuh tujuan bersama, menjadikanku makmum yang bersahaja,
membimbingku setiap saat, serta membawa keluarga kecil kita dalam naungan
sakinah, mawadah dan rahmah.
Dear, kamu. Akan ada suatu masa, kamu
akan menemukanku. Kita bukan manusia yang telah dipertemukan dari bayi. Kita
juga bukan manusia super seperti dukun yang bisa meraba isi hati dan pikiran
masing-masing. Kita adalah dua insan yang sebelumnya belum saling mengenal.
Mari, perlahan kita saling mengenal, saling memahami, saling tukar pikiran,
samakan tujuan dan rencanakan masa depan. Sebelum kau pinta baik-baik pada
orangtuaku tolong kenali aku, pelajari sikapku, dan pahami sifatku, karena aku
pun akan begitu terhadapmu. Kita sama-sama belajar. Jangan kau buru-buru ikuti
cintamu. Tapi ikuti kata hatimu, memilihku bukan keharusan bukan pula
kewajiban. Begitu juga ketika aku menerimamu. Kita saling menerima karena hati
kita yang saling memilih.
Dear kamu. Akan ada suatu masa, kamu
akan menemukanku. Perlu kamu ketahui, aku ini seseorang yang mudah emosional,
tidak sabaran dan mudah putus asa. Aku berharap jika kamu tengah mendapatkan
aku yang seperti itu, kuatkan aku. Pinjamkan sebentar bahumu untuk sandaran
keluh kesahku. Tak usah kau banyak kata, cukup kau memberikan kenyamanan
untukku itu lebih dari cukup. Aku tidak akan memaksamu untuk berbuat romantis
terhadapku setiap hari. Memaksamu mencium keningku disaat kau pergi, atau
memaksamu memberikan oleh-oleh jika kau tengah bepergian. Aku tak pernah
mengharuskanmu seperti itu. Bagiku, kamu memberikan kenyamanan untukku setiap
saat itu lebih dari cukup. Bagiku, kita saling memahami dan mengerti satu sama
lain itu adalah ekspresi cinta paling indah yang akan kita rasakan. Sekecil
apapun pemberianmu aku akan selalu bersyukur dan berterimakasih.
Dear kamu. Akan ada suatu masa, kamu
akan menemukanku. Mungkin, aku ini adalah seorang insyinyur pertanian yang
selayaknya bekerja di perkebunan atau di Lab Tanaman. Akan tetapi, jika kamu
perbolehkan, aku hanya ingin berdiam di rumah saja. Menghiasi rumahmu dengan
aneka tanaman bunga, buah, sayur dan obat-obatan. Aku tidak ingin bekerja
layaknya wanita kantoran yang setiap hari dihabiskan untuk kerjaannya. Aku
hanya ingin mempraktikan ilmu-ilmuku semasa kuliah dirumah. Dimana nantinya aku
bisa lebih dekat dengan anak-anak kita, selalu hadir dimasa perkembangan
anak-anak kita. Bolehkah? Aku berharap kau tak pernah malu mempunyai istri
seorang sarjana yang hanya berdiam diri dirumah. Aku berharap kau tak ragu
memilihku jika nanti ada banyak pertanyaan mengapa aku seorang sarjana
pertanian tapi tak berbuat apa-apa untuk masalah pangan negara. Kamu yang lebih
tahu tentang aku, mengapa aku seperti itu. Benar bukan?
Dear kamu. Akan ada suatu masa, kamu
akan menemukanku. Kamu tahu kan aku sangat mencintai petualangan. Berkelana
mencari ‘hidup’ yang ‘lebih hidup’. Jika kamu perbolehkan, aku ingin tetap
berkelana sepanjang hidupku. Menikmati sudut kota dan damainya pedesaan,
menikmati cita rasa kuliner diberbagai daerah, dan menikmati pemandangan
lukisan Tuhan di sela-sela alam. Jangan kamu takut, karena aku takkan pernah
melupakan kewajibanku. Kewajibanku terhadap Tuhanku, kewajibanku sebagai
pendamping hidupmu dan kewajibanku sebagai ibu dari anak-anakmu
Dear kamu. Akan ada suatu masa, kamu
akan menemukanku. Mungkin kita mempunyai cara pandang yang berbeda, bahkan
mungkin saat ini kamu telah merencanakan ingin punya anak berapa dan seperti
apa. Tetapi perlu kamu ketahui, aku ini bukan robot mesin pembuat anak, jadi
jangan kamu paksa aku menyetak generasimu sebanyak mungkin. Beri aku waktu
menikmati hidupku. Tiga atau empat anak sepertinya cukup meramaikan istana
kita, begitu bukan?
Lantas, jika mereka telah hadir, aku
hanya memohon kepadamu, jangan paksa mereka untuk menjadi pandai dan pintar
dalam segala hal. Jangan kamu paksa mereka harus rangking satu di sekolahnya, jangan
kamu paksa mereka untuk menjadi dokter, insyinyur atau pilot sekalipun, dan jangan
kau paksa mereka memenuhi ambisi-ambisi kita. Karena bagiku, mereka menjadi
orang yang bermanfaat dan taat pada Tuhannya, sudah lebih dari cukup. Jika
mereka pintar, cerdas, hebat dan kreatif itu adalah bonus untuk kita.
Percayakan aku dirumah untuk mendidik
mereka. Aku hanya ingin mendidik mereka dengan sederhana namun bermakna, belajar
dari kehidupan, belajar dari alam dan belajar dari sekelilingnya. Karena aku
ingin mereka menjadi pribadi yang peka terhadap banyak hal. Sehingga mereka
tahu, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat. Jadi, aku berharap
kerjasama denganmu, untuk menjadikan generasi kita yang demikian. Pahami dulu
maksud baikku, kita diskusikan bersama, jika memang tidak berkenan di hatimu,
kita bisa mencari jalan terbaiknya. Karena, tanpamu aku pun tak sanggup
mewujudkannya.
Dear kamu. Akan ada suatu masa, kamu
akan menemukanku. Jika nanti kita bersama, luangkanlah sedikit waktu bersandar
untuk kita berdua. Saling memeluk untuk merasakan detak jantung kebahagiaan
kita. Berdiam sejenak merasakan hangatnya nafas cinta kita. Cukup sebentar
saja. Aku rasa itu sangat baik. Apalagi jika kita sedang lelah dengan segala
masalah yang terjadi disekeliling kita.
Dear kamu. Akan ada suatu masa, kamu
akan menemukanku. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. Menjalankan amanah
Tuhan yang termaktub dalam perjanjian suci kita. Semoga….
#Late Post#
Bantul, 17 November 2013
11:18am
aku yang menunggu kamu
aku yang menunggu kamu
#kunjungan balasan...hahaa
ReplyDeletewaaa kita sehati yak wkwkkkk
jadi terharu di kunjungi, hahaha
Delete