Selamat
pagi malaikat keluargaku, selamat 40 hari kau menuju keabadian yang sempurna. Apakah
engkau baik-baik saja? Adakah yang membuatkanmu teh panas manis di pagi begini?
Teh spesial yang dibuat di teko pot dengan tutup teko kuno. Ah pasti ada, dan
mungkin rasanya lebih nikmat daripada teh buatanku atau ibu.
Jujur,
kadang aku masih tak menyangka kau telah meninggalkan kami. Meninggalkan kami
untuk selama-lamanya. Terkadang aku mulai berfikiran konyol, membenarkan adanya
realitas dalam sinetron yang dulu pernah heboh. Sinetron yang antara judul dan isinya
nggak nyambung blas. Judulnya “Rahasia Illahi” tetapi isinya kalau nggak arwah orang
gentayangan, mayat bangkit dari kubur atau mayat yang udah bertahun-tahun
dikubur masih utuh. Aku nggak pernah tahu itu benar atau nggak. Yang jelas
selama 40 hari ini aku selalu berfikir aku akan mengalami kehadiranmu yang
bangkit dari kubur.
Konyol,
benar-benar konyol. Aku terjebak dalam ilusi cerita fiktif buatan manusia. Merusak
rasionalku untuk berfikir nyata. Hahahahhahahaa, aku menertawakan diriku
sendiri yang bodoh malaikatku. Aku yakin, kau pasti tertawa juga jika
mengetahui aku punya pikiran konyol itu.
Malaikatku,
mengapa kau begitu cepat menuju Griya-Nya. Mengapa kau tak menungguku untuk
wisuda, menyelesaikan amanah kuliahku dititik darah penghabisanku. Mengapa kau
tak menungguku untuk mengijabkanku pada laki-laki sholeh yang menjadi harapanmu
menjadi imamku. Mengapa? Mengapa?
Malaikatku,
ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. Banyaaaaakk sekali. Tentang skripsiku,
tentang laki-laki yang dekat dengaku (aku pengen dia diseleksi oleh
kegalakanmu), tentang agama, tentang kehidupan dan macam-macam. Kita berdua
ngobrol didapur atau diruang TV. Menertawakan bersama kebodohan-kebodohan yang
terjadi disekeliling kita.
Malaikatku,
aku rindu padamu. Aku rindu nasehat-nasehatmu, aku rindu obrolan-obrolan di
dapur, aku rindu menjadi makmummu, aku rindu mendengar lantunan qiraahmu. Aku
rindu, pada semua yang ada dalam dirimu. Bahkan karena rindunya aku masih
sering menangis sendirian. Sampai aku menuliskan tulisan ini pun aku masih
dalam keadaan terisak dan berderai air mata. Dan hanya lewat do’a aku bisa
melepaskan kerinduan itu. Dalam dzikir panjang lantunan do’a disetiap sujudku.
Mungkin,
memang sudah selesai tugasmu sebagai Khalifah dan Abdullah didunia ini. Semoga
kau tetap menjadi malaikat kami disisi Allah SWT, dan ditempatkan ditempat
terindah-Nya. Dalam Griya-Nya yang apik. Aamiin….
Bantul,
20 Maret 2014, 07:31
Aku yang
merindukanmu
Ida
No comments:
Post a Comment