Hari
ini, aku merayakan ultahku sendiri. Sendirian. Sederhana saja, aku beli kue
kecil dan mampir warung makan untuk sekedar mengisi perut. Setelah itu aku
pergi ke Perpustakaan Bantul untuk sekedar menulis-nulis. Nah disini, di
perpustakaan ini, aku melihat seorang bapak yang begitu asyik bersama anak
lelakinya melihat-lihat buku. Anak tersebut kurang lebih berusia tiga tahun. Aku
perhatikan terus interaksi bapak dan anak tersebut.
Kemudian
aku teringat ketika tadi makan di warung. Saat aku sedang menikmati makanku,
tak sengaja mataku menangkap pemandangan yang membuatku tertarik untuk melihatnya. Ada dua meja
di antara meja-meja warung makan itu berisi seorang bapak dengan anak
laki-lakinya. Meja yang sederet dengan mejaku seorang bapak dengan anak
laki-laki yang aktif. Si anak makan sambil jalan kesana kemari. Sedangkan meja yang
satu lagi berisi seorang bapak dengan anak yang cenderung asyik dengan
makanannya.
Lalu apa yang membuatku begitu memperhatikan mereka?
Lalu apa yang membuatku begitu memperhatikan mereka?
Ketiga
bapak dan anak tersebut sama-sama tanpa ditemani seorang perempuan (dalam hal ini istri si bapak atau ibu si anak). Mereka hanya berdua saja. Bapak dan anak. Awalnya aku pikir mereka
datang bersama dengan seorang perempuan. Tetapi, sampai makan mereka habis dan
meninggalkan warung makan, mereka hanya berdua saja. Begitu juga sepasang
bapak-anak di perpustakaan. Sampai mereka meninggalkan perpustakaan, mereka
hanya berdua.
Tak
kusangka, masih ada ‘me time’ antara bapak-anak. Meskipun hanya makan
sekalipun. Tetapi kebersamaan itu pasti akan melekat selalu di hati anak-anak
tersebut. Apalagi anak-anak itu laki-laki semua. Figur ayah yang baik telah
mereka dapatkan di masa kanak-kanaknya. Figur ‘jagoan’ sudah ada dihadapan
mereka.
Memang
jarang sekali pemandangan bapak-anak terlihat asyik berdua untuk melakukan sesuatu. Terlebih makan bersama di warung atau mengunjungi perpustakaan. Kebanyakan
figur bapak lebih asyik sendiri untuk mencari uang, sedangkan urusan anak
kebanyakan bersama ibunya. Padahal, peran bapak dikehidupan itu penting sekali
dalam pembentukan karakter anak. Baik anak laki-laki atau pun perempuan.
Seperti
yang terjadi dalam diriku. Aku selalu merasa jika bapakku adalah laki-laki
terhebat didunia. Laki-laki paling penuh cinta dan kasih sayang. Dari kecil,
aku selalu punya waktu berdua sama bapak. Walau pun hanya makan di warung. Atau
pergi ke toko untuk mencari sesuatu. Tetapi kebersamaan itu membuatku lebih
dekat dengannya. Membuatku percaya jika cinta itu tak perlu di ungkapkan. Karena
bapakku tak pernah bilang sayang kepadaku. Tetapi, sikapnya kepadaku sudah
cukup membuktikan bahwa beliau sangat sayang kepadaku.
Ya,
hampir 25 tahun aku hidup bersama bapak. Kenangan bersamanya masih selalu
melekat dalam sanubari. Cintanya masih mengalir tulus hingga relung hati. Bahkan,
aku mengharapkan suatu saat aku mendapatkan imam yang bisa membuatku nyaman
seperti berada di samping bapak. Yang membuatku selalu jatuh cinta seperti aku
cinta kepada bapakku.
Terimakasih
untuk bapakku tercinta yang kini telah istirahat dalam damai di Griya-Nya. Atas
segala kasih sayangmu, cintamu, ilmu mu dan segalanya yang telah kau berikan
pada putri kecilmu ini selama hampir 25 tahun. Semoga aku bisa mewujudkan mimpi
dan harapanmu. Semoga aku bisa menjadi yang terbaik untukmu. Dan semoga Allah
mengampuni dosa serta menerima amal baikmu. Aamiin….. (=^.^=)
No comments:
Post a Comment