Haloo
sahabat semesta, setelah sekian lama mogok nulis akhirnya aku nulis-nulis lagi.
Kali ini tentang beberapa hal yang baru aku sadari tentang diriku sendiri.
Lumayan lama aku nggak perhatian sama diriku, sekalinya perhatian ternyata
diriku ini mengenaskan sekali *oooohhhhh
Setelah
berminggu-minggu menguras tenaga, hati dan pikiran, akhirnya aku memahami sedikit tentang diriku
dikehidupanku. Kehidupan yang berbeda dari hidupku sebelum-sebelumnya. Apakah
itu?
Aku
belum pengen nikah. Lhahhhh??? Pliiissss nggak usah lebay ya nanggepinya. Aku
akan jelasin atu-atu. Santaiiii kayak di pantai oke?
Jadi
gini, aku dulu setelah lulus SMA bercita-cita pengen nikah muda. Setelah kuliah
dan ‘deket’ sama cowok, udah ada kepikiran dalam waktu dekat bakal nikah.
Apalagi ada temen kuliah yang udah nikah di usia 20 tahun. Semakin syemangat
syekali. Gencar banget jadi mahasiswa labil ngebet nikah. Bahkan kalo ada kakak
angkatan nikah langsung baper (bawa perasaan). Dih~
Terus
kenapa nggak jadi nikah? Simpel aja, karena ternyata aku nggak sesiap yang aku
bayangin. Iya ternyata aku cuma pengen doang. Nafsu banget yak.
Awal
perkuliahan membuka wacanaku terhadap berbagai macam hal. Segala macam
organisasi, komunitas dan hobi aku geluti. Berbagai macam aktivitas aku ikuti.
Mumpung masih berjiwa muda, kataku waktu itu. Lalu, ketika itikad baik terhadap
pernikahan ada di depan mata, ternyata aku nggak siap. Mundur teratur dan
bubar. Bye.
Okelah,
aku kasih target 1-2 tahun lagi. Ternyata masih sama aja. Aku malah keasyikan
memasuki dunia travelling. Main sana
main sini. Lupa kalau pernah pengen nikah muda. Hingga umurku mencapai umur 25
dan sekarang umurku 26 tahun. Aku bukan lagi belum siap nikah tapi malah belum
pengen nikah. Nahlo!
Dari
sini aku mencoba mengamati fase kehidupanku, dari yang pengen nikah sampai yang
belum siap dan sampai yang belum pengen nikah. Menurut pengamatan seorang ahli
perkepoan bernama Molydha, ada beberapa fase pada kehidupan perempuan.
Kira-kira
umur 20-23 adalah masa-masa pengen nikah, ada temen yang udah nikah langsung
galau menye-menye. Yang berani langsung segera nikah, yang nggak berani
terpaksa ngegalau ra uwis-uwis. Yang
jomblo terpaksa ngenesnya double.
Umur
23-25 adalah masa-masanya pertimbangan, dimana menikmati masa ‘sendiri’ (belum pengen
ada ikatan pernikahan, bukan berarti jomblo ya) atau segera menikah. Biasanya
yang udah punya pacar segera nuntut mas pacar untuk segera lamar. Yang jomblo
ribut cari jodoh. Yang masih pengen ‘sendiri’ bisanya memuaskan diri sama
target-target hidup.
Umur
25-27 adalah masa-masa apatis. Segera menikah ya Alhamdulillah, belum ya nggak
papa. Lempeng. Udah nggak galau menye-menye lagi. Baik yang jomblo atau yang
udah punya pacar.
Umur
27-30 adalah masa-masa kritis. Biasanya umur-umur segini kembali lagi kayak
usia 23-25 tahun. Masa-masa pertimbangan. Bedanya pertimbangan tentang masalah
umur. Kegalauan pun bakal mungkin terjadi. Apalagi jadi omongan orang. Tapi
kalo yang lempeng ya lempeng aja. Tetep seterong sama aktivitas
‘kesendiriannya’.
Nah,
kenapa aku belum pengen nikah? Aku pun nggak tahu alasan pastinya. Semakin
dicari semakin nggak dapet jawabannya. Semakin dipikirin semakin nggak jelas alasannya.
Adanya cuma : aku belum pengen nikah. Udah gitu aja. Titik.
Mungkin
sampai detik aku menulis ini aku masih belum pengen nikah. Tapi aku nggak tahu
kalau besok pagi tiba-tiba kepalaku kejedot pintu terus mendadak siap dan
pengen nikah. Siapa yang tahu kan? :D :D Karena kita nggak pernah tahu rahasia
Tuhan untuk setiap hamba-Nya. Selalu minta yang terbaik untuk kehidupan kita,
aku rasa itu cukup adil untuk semuanya.
Ehem,
ternyata ada manfaatnya juga belum pengen nikah sampai usia 26 tahun ini.
Seenggaknya tulisan ini bisa di bikin, jiahahahahaha.
(=^.^=)
No comments:
Post a Comment