Ini
adalah pengalaman pertama saya mendaki gunung dengan teman-teman pendaki dari
sebuah kelompok pendaki non mahasiswa. Biasanya saya mendaki gunung dengan
teman-teman saya di UGM atau dari MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam) sebuah
universitas. Namun kali ini berbeda, saya naik gunung bareng dengan pendaki
dari TEMPE (Teman Pendaki) Kartosuro, dan POKPINK –singkatannya lupa- dari
Ceper, Klaten.
Ceritanya
bisa bareng mereka adalah ketika mas Hanif dari TEMPE ini ngajakin buat mendaki
merbabu. Kebetulan lagi nggak ada acara, yaudah ikut aja. Kenalan dengan mas
Hanif ini juga di sebuah acara di Camping Bani Saman, karena sama-sama IPM
makanya nyambung. So, biar nambah temen dan pengalaman, saya pun menerima
ajakannya. Dengan asumsi menjajal mendaki bareng bersama teman-teman non
mahasiswa.
Jum’at
31 Mei 2013, hari yang telah ditentukan pun tiba. Untuk mempermudah pertemuan,
saya pun ke Klaten dulu, tepatnya di Jatinom. Disana mampir dulu di warung soto
milik mas Slamet yang juga seorang pendaki dari suatu kelompok. Sembari
menunggu persiapan, saya pun berkenalan dengan teman-teman satu tim. Ada Ucup,
Pak RT dari POKPINK dan mas Wahyu teman salah satu dari mereka.
Kurang
lebih pukul 14.30 kami pun berangkat ke Selo, Boyolali (basecamp merbabu)
melalui Jatinom. Kurang lebih pukul 16.15 kami sampai basecamp. Cukup lama
memang, karena waktu itu hujan dan kami pun berteduh sebentar. Sehingga baru
sampai basecamp pukul 16.15. Kurang lebih pukul 17.00 kurang kami pun segera
mendaki.
Pos
demi pos kami lewati, sampai saat kami meninggalkan pos II tas salah satu teman
kami, mas Wahyu, tertinggal. Entah bagaimana ceritanya, yang jelas baru sadar
setelah jalan beberapa meter. Alhasil mas Hanif dan Ucup lari untuk mengambil.
Hahaha ada-ada saja :D
Kami
sampai pos III kurang lebih pukul 21.00an. Di pos III atau watu tulis lah kami
ngecamp. Setelah tenda berdiri kami pun masak-masak, bercandaan dan kemudian
tidur. Dan disinilah klimaks dari perjalanan ini. Ada sebuah kesalahan
komunikasi yang membuat saya sedikit dongkol. Akan tetapi kedongkolan saya
waktu itu juga dipicu karena kondisi saya yang lagi ‘dapet’ (menstruasi).
Sehingga saya ngambek nggak ketulungan (kayak pas di Merapi, juga sempet
ngambek :p ) Hohohohoo
Jadi
ceritanya, dari awal mereka hanya akan ngecamp di pos III saja. Nggak muncak.
Sedangkan bayangan saya kita mendaki ya muncak. Sebenarnya memang salah si,
jika kita beranggapan bahwa naik gunung itu harus muncak. Dan ini pelajaran
berharga buat saya. Bahwa mendaki gunung itu tak harus muncak, akan tetapi
bagaimana kita menikmati pendakian ini menjadi ssesuatu yang bermakna.
Akan
tetapi, ternyata kondisi saya waktu itu tidak bisa menerima akan nggak
muncaknya pendakian tersebut. Sehingga saya menajdi tidak nyaman dan tetiba
ngambek terus diam berkepanjangan. Membuat Pak RT, mas Wahyu, mas Hanif dan
Ucup bingung. Soalnya selain mas Hanif mereka nggak tahu jika saya dalam
kondisi menstruasi. Jadi mungkin mereka mengira saya hanya kecewa karena nggak
muncak sehingga menjadi seperti itu. ya, saya memang kecewa, akan tetapi jika
tidak dalam kondisi menstruasi biasanya saya bisa memendam rasa kecewa saya
seapik mungkin. Akan tetapi karena dalam kondisi seperti itu, keluarlah
kekecewaan saya dalam bentuk diam dan ngambek. Duuuuhhh jadi kayak anak kecil
banget yaaaa *tutup muka :p * sampai-sampai dengan juteknya saya bilang ke Ucup
masakannya kayak makanan kucing. Duuh maaf ya Ucuupp, ohohohoho
Akhirnya
sebelum dhuhur kami pun segera turun, karena beberapa dari kami ada yang punya
acara. Waktu turun saya nya sudah ‘lumayan’ bisa ketawa lagi. meskipun masih
tetep dongkol. Dan aksi ini terlihat dengan malasnya saya foto, padahal untuk
orang senarsis saya malas foto itu sesuatu banget, hahahaha. Akhirnya ngadem di
Merbabu ini begitu kelabu buat saya. Akan tetapi banyak hikmah yang saya ambil
disini. Pertama komunikasi antar tim (terutama mengenai tujuan pendakian dan
juga kondisi masing-masing person), dan yang kedua bahwa mendaki itu tidak
harus selamanya muncak walau kondisinya bagus sekalipun (baik fisik ataupun
cuaca). Ya, ini berbeda sekali dengan mahasiswa yang (kadang) berambisius jika
mendaki itu harus muncak.
yah habis ngambek pose bentar lahh :p |
Puncak hanyalah bonus, tujuan sebenarnya adalah
kembali kerumah dengan selamat
Begitulah
sekiranya pengalaman pertama saya mendaki bersama kelompok pendaki non
mahasiswa. Terimakasih ya buat pak RT, mas Wahyu, mas Hanif, dan Ucup yang
secara tidak langsung telah mengajarkan hal-hal yang begitu bermakna buat saya.
Ini ceritaku, bagaimana ceritamu? (=^.^=)
No comments:
Post a Comment