Thursday, November 21, 2013

Cerita di Balik Camping Bani Saman 1936


“Mau ikut ke Merbabu nggak, besok tanggal 27-28 April 2013?” begitu isi pesan WhatsUpp yang aku terima dari adek angkatan SMA, Dayat. Lama aku membalas isi pesan tersebut. Selain sedang sibuk, juga karena mikir akan ikut atau tidak. “kita cuma camping aja kok, di camping ground Merbabu, jadi nggak naik sampai puncak, nanti kumpul sama banyak pendaki, ayo ikut biar nambah temen” tambah Dayat lagi sebelum aku membalasnya. “emang itu acara apa sih Day?” balasku tanpa menjawab iya tidaknya ajakannya. “camping aja, sama banyak pendaki, temannya temenku yang bikin acara. Gratis kok,”. Aku pun terdiam, ku pandangi kalendar agendaku, tertera tanggal 27-28 April aku diminta sekolahku menjadi fasilitator sebuah acara *sekolahku memang selalu mengadakan acara yang melibatkan alumni-alumninya*

Camping dengan banyak pendaki, sepertinya menarik, aku bisa belajar banyak dari mereka, pikirku saat itu. Tapi amanah menjadi fasilitator yang sudah kusanggupi jauh-jauh hari menjadikanku ragu untuk mengikuti acara yang ditawarkan Dayat. Astaghfirullah. Aku takut menjadi orang yang tak amanah ini. Setelah berfikir agak lama, aku menemukan solusinya, aku harus mencari pengganti untuk acara di sekolahku. Artinya aku tak lari dari tanggung jawab, toh aku udah sering ikut acara itu, sekali-kali kasih kesempatan ke teman-teman yang lain *ini mah alasan aja* Akhirnya aku pun menghubungi teman-teman yang kosong dihari itu. Alhamdulillah ada yang mau. Tapi dengan syarat aku tetap datang di acara sekolah untuk sedikit membantu dan menerangkan beberapa hal yang harus dikerjakan teman-temanku. Setelah kupastikan jadwal keberangkatan acara camping siang hari, maka pagi hari aku dapat mengikuti beberapa agenda pagi di acara sekolahku.

Amanah itu janji. Janji harus ditepati. Jika kau tak sanggup menepati, bicarakan, jangan lari dari tanggung jawabmu !!

Setelah aku menyanggupi untuk ikut acara camping, Dayat pun mengajak kopdar dengan teman-temannya di angkringan KR, Jalan Mangkubumi Yogyakarta. Disana aku dipertemukan dengan teman-teman Dayat yang akan menjadi timku. Ada mbak Ranny yang rame abis, ada mas Mameth yang heboh, dan ada Wahid yang pendiam. Kata mbak Ranny nanti kita ada tujuh orang dalam tim, tetapi yang dua orang lagi tidak bisa datang malam itu. Mbak Ranny juga menjelaskan, sebenarnya acara itu adalah acara milad semacam sebuah organisasi pecinta alam milik keluarga seseorang, terus yang diundang adalah kelompok-kelompok pendaki dari beberapa daerah. Oh ada to kelompok pecinta alam selain mahasiswa gitu? Baru tahu. *duuuhh Idaa, kemana aja sih lo baru tahu! *

Oke, hari yang dinantikan pun tiba. Begitu adzan dhuhur selesai, aku pun segera minta izin guru-guru panitia acara di sekolahku untuk pulang karena ada agenda lain -maaf ya Bu, saya bohong, tapi saya pengen banget ikut acara itu, karena saya yakin ada manfaatnya- Sesampai di kos aku pun segera mempersiapkan ini itu. Nyunyuku, (nama) carrier ku -maaf ya Nyu, kalau kamu udah aku jual, hiks hiks- pun telah penuh terisi. Hingga tanpa sadar HP pun berdering beberapa kali dari nomor yang belum ada dalam daftar. Ketika ku angkat, ternyata dari Mbak Ranny, dia menanyakan aku ada dimana. Duuh maaf ya mbak, kalau pada nungguin aku. Baru siap-siap ini. Setelah beres aku pun menyusul ke tempat janjian kumpul.

Setelah bertemu semuanya, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Selo basecamp Merbabu. Sesampai disana kami pun  telah disambut oleh panitia berseragam biru muda abu-abu. Dan seperti biasa aku menebarkan senyum sana-sini, soalnya belum kenal, jadi cukup kasih senyum aja, mumpung punya senyum manis, hihihihi :p

Kata panitia, acara akan dimulai sehabis isya, jadi kami datang kurang lebih tiga jam sebelum acara. Oleh panitia kami dipandu menuju camping ground yang letaknya tak jauh basecamp Merbabu. Jadi kami tidak mendaki teman-teman, kami camping, di lereng gunung Merbabu. Tapi meskipun di lereng, ternyata dinginnya menggigit. Bbrrrrrr

Di campingground kami pun segera mendirikan tenda, kemudian masak-masak dan ngobrol-ngobrol. Ada kejadian menarik saat aku selesai shalat malam itu. Tiba-tiba ada pacet bertengger di atas tas kecilku. Sontak ketika empuk-empuk aku pegang aku teriak sembari membuang tasku. Oleh mas Mamet pacet dibuang dari tasku. Semenjak kejadian itu aku jadi paranoid terhadap pacet. Setiap aku akan duduk aku teliti dengan seksama, setiap aku mau makan aku perhatikan baik-baik makananku, setiap aku pergi melangkah selalu melihat bawah, kanan, kiri untuk berjaga-jaga siapa tahu ada pacet lewat. Sehingga malam itu resmi sudah namaku berganti menjadi MISS PACET. Okee terimakasih *kibas bulu mata*

Malam semakin larut, tapi kenapa acara belum dimulai-mulai ya. Aku jadi semakin tidak tahu sebenarnya ini acara apa. Oh Tuhan, aku terkena taqlid buta, aku tak tahu apa yang aku ikuti, aku tak tahu aku dimana dan sedang apa.. aaaaaakkkkkk *hakdes, lebay ini mah :|
kuamati backdrop yang terbentang didepan, tertulis besar-sesar :

TAJUK HARMONI KEAKRABAN
SENYUM, SALAM, SAPA, TADABUR ALAM
numpang narsis :p
Bila dilihat dari tulisan tersebut, acara ini semacam acara malam keakrabannya para pendaki. Begitu acara akan dimulai kami dikumpulkan dalam tempat yang lapang ditengah-tengah singgasana tenda bertengger. Meskipun telah disediakan terpal untuk duduk, ternyata dingin tetap tak mau ditawar. Sehingga sembari menikmati acara, sembari pula menikmati dingin. Untungnya panitia baik hati, kopi hangat pun beredar di sekililing kami. Alhadulillah.

Acara dimulai dengan pembukaan, sambutan-sambutan, serah terima baksos kepada penduduk setempat, pengenalan Bani Saman dan Tempe –penyelenggara acara- , hiburan dan nonton film.
Baksos? Jadi acara ini ada baksosnya ya. Oh mungkin hanya panitia penyelenggara saja yang melakukannya. Sehingga kesimpulan saya, acara hari ini adalah acara puncak dari serangkaian acara yang diadakan Bani Saman dengan bantuan dari teman-teman Tempe. Dan acara puncak mengundang kenalan-kenalan sekelompok pendaki yang mengenal atau dikenal oleh Bani Saman ataupun Tempe *menurut aku sih*

Sekali lagi, jika melihat tema dari acara tersebut sudah dipastikan acara ini untuk keakraban bagi peserta yang mengikuti acara tersebut. Tapi untuk yang saling mengenal saja. Bukan untuk orang yang kebingungan semacam aku yang masih belum tahu apa-apa dan belum kenal siapa-siapa kecuali teman se-tim. Alhasil aku menjadi sosok wartawati untuk tanya ini itu kepada mbak Ranny yang notabene sudah hampir kenal dengan beberapa peserta di acara tersebut. Beruntung, mbak Ranny yang cerewet sedikit membantuku untuk mengenali beberapa panitia yang mungkin setelah acara selesai aku pasti lupa lagi *karena tidak ada interaksi intensif yang membuat kita mengenal seseorang*

Tahu belum tenta kenal. Kenal sudah pasti tahu. Jika kau ingin mengenal dan dikenal, minimal jabatlah tangan dan ucapkan sepatah kata pada seseorang agar memori merekam semuanya.

Mungkin aku masih berfikir ala ‘mahasiswa’ jika konsep acara keakraban akan ada sesi perkenalan. Baik dari panitia ataupun peserta. Entah dengan konsep permainan atau hiburan atau hanya perkenalan didepan yang bisa cukup diwakilkan karena peserta banyak -250 orang men pesertanya-  Ya, itu hanya dalam pikiran sempitku. Mungkin saja memang panitia mengkonsepkan acara ini untuk peserta supaya aktif berkenalan sendiri. Sehingga memang tidak ada konsep untuk acara kenal-kenalan ala pikiran ‘mahasiswa’ ku itu.

Keesok harinya peserta di minta untuk berkumpul lagi di tengah-tengah tenda. Panitia mengadakan games untuk memperakrab peserta -usaha yang bagus- Akan tetapi tidak semua peserta turut meramaikan acara tersebut. Lebih banyak yang menonton daripada yang turut serta. Termasuk aku yang lebih suka jadi penonton. Mengapa demikian? Karena panitia tidak mewajibkan, yang kedua karena aku tidak punya keberanian untuk ikut serta. Hahhaa konyol banget yaa, bukan aku banget. Tetapi memang itu yang kurasanan, asing. Mungkin karena memang ini pertama kalinya aku mengenal kelompok pendaki yang sebenarnya. Sedangkan aku? Hanyalah penikmat alam tanpa ikatan dengan kelompok apapun atau manapun. Ini masih asing buatku. Dan ternyata panitia tidak memfasilitasi untuk peserta asing sepertiku. Hahaha iyalah, palingan cuma aku peserta yang nyasar yang nggak tahu apa-apa.
tuukann, dari 250 peserta yang ikut games cuma segini...
aku cukup narsis aja, daripada bengong kayak sapi ompong :p
Diakhir acara kami diberi ‘oleh-oleh’ kaus bertuliskan Bani Saman 1936, kalender dan stiker. Oleh-oleh yang manis bukan? Tapi tak semanis acara yang aku ikuti ini. Karena tujuanku untuk bisa mendapat teman untuk bertukar cerita tidak sesuai yang aku harapkan. Tetapi ada yang sebuah nasihat yang aku dapatkan dari seseorang yang sudah ‘sepuh’ usianya tapi masih punya jiwa dan semangat muda “tidak ada pensiunan pencinta alam, adanya seumur hidup menikmati alam”. Terimakasih pak Tua untuk obrolan dan nasihatnya :) hanya ini yang aku dapatkan diacara tersebut, selebihnya aku hanya terdiam dalam ketidaktahuanku -,-

bahkan aku foto ini cuma mbak Ranny yang aku tahu -___-"
sumber : Bani Saman

where i am? hohoho
Sumber : Bani Saman
So, tindakan selanjutnya aku harus tahu apa itu Tempe dan Bani Saman. Jangan sampai aku terdiam dalam ketidak tahuanku. Nah, ini ceritaku, apa ceritamu? (=^.^=)

No comments:

Post a Comment