Thursday, March 20, 2014

Dear Malaikat Keluargaku

Selamat pagi malaikat keluargaku, selamat 40 hari kau menuju keabadian yang sempurna. Apakah engkau baik-baik saja? Adakah yang membuatkanmu teh panas manis di pagi begini? Teh spesial yang dibuat di teko pot dengan tutup teko kuno. Ah pasti ada, dan mungkin rasanya lebih nikmat daripada teh buatanku atau ibu.

Jujur, kadang aku masih tak menyangka kau telah meninggalkan kami. Meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Terkadang aku mulai berfikiran konyol, membenarkan adanya realitas dalam sinetron yang dulu pernah heboh. Sinetron yang antara judul dan isinya nggak nyambung blas. Judulnya “Rahasia Illahi”  tetapi isinya kalau nggak arwah orang gentayangan, mayat bangkit dari kubur atau mayat yang udah bertahun-tahun dikubur masih utuh. Aku nggak pernah tahu itu benar atau nggak. Yang jelas selama 40 hari ini aku selalu berfikir aku akan mengalami kehadiranmu yang bangkit dari kubur.

9214

Jika dilihat dari angkanya, sepertinya 9214 adalah angka yang biasa saja. Tapi jika dianalogika seperti huruf, dengan 9 adalah huruf ‘G’, angka 2 yang berdempet dengan angka 9 membentuk huruf ‘R’, lalu angka 1 adalah huruf ‘I’ dan angka 4 adalah ‘A’, maka terbentuklah kata GRIA. GRIA = GRIYA = Rumah = Tempat Pulang.

Hanya kebetulan, atau memang sudah takdirnya, alam memberikan petunjuk kepada seseorang untuk pulang melalui sebuah penanggalan.. Ya, dia kini yang tengah berbahagia disisi Tuhan adalah seseorang yang menyukai perhitungan alam mengenai penanggalan. Sehingga ketika dia menuju rumah-Nya diberi sebuah tanggal yang bermakna ‘pulang’. Tak ada yang menduga ataupun mengira, hanya berbaring sebentar langsung pulang begitu saja. Sepertinya 9214 adalah takdir untuknya agar segera pulang.



Takdir setiap manusia untuk kembali keasalnya pasti satu persatu akan di alami setiap insan. Hanya tinggal menunggu waktu saja, kapan kami pulang ke griya-Nya yang apik. Selamat berbahagia wahai malaikat keluargaku, tugasmu sebagai manusia di bumi telah usai. Seperti Rasulullah kau pulang dalam usia 63 tahun dan telah melewati skenario Tuhan dengan baik. Semoga Tuhan merengkuh kebaikan-kebaikanmu, hingga kau disandingkan dengan orang-orang sholeh di griya-Nya. Aamiin…


#Late post#
10-2-14, 4:51am

Wednesday, March 19, 2014

Harapan

Hey,, ada apa dengan kehidupan
Mengapa ia menjadi enggan
Bahkan terlihat bosan
Apakah sudah tak ada lagi harapan

Lihatlah alam
Ia semakin ragu
Terpuruk dan tenggelam
Dalam kehidupan palsu

Lantas, apa pedulimu?
Tak kau lihatkah kehidupan merindukanmu
Merindukan sosok bersahaja
Yang membawa kemaslahatan bangsa

18 Maret 2014

10:01pm

Catatan Perjalanan Semeru #Part III

Melanjutkan kisah Catatan Perjalanan Semeru #Part II. Dari sini pendakian dimulai. Canda dan tawa menghiasi perjalanan kami para TSIer. Keramaian kami mulai menggaung di belantara Semeru. Seperti apa ceritanya?? Hmmmm…

Dear, kamu

Kamu, kamu yang telah lama aku tunggu. Kamu yang seperti laki-laki pencakar langit. Kamu yang memiliki tatapan mata tegas seperti elang, ketenangan jiwa yang lembut, tutur kata yang cerdas dan sikap yang berwibawa.

Kamu, kamu yang kuterima bukan karena hartamu, apalagi parasmu. Kamu, yang aku pilih karena keshalihanmu dan rasa cintamu pada Tuhanmu. Kamu, yang selalu meyakinkanku untuk menempuh tujuan bersama, menjadikanku makmum yang bersahaja, membimbingku setiap saat, serta membawa keluarga kecil kita dalam naungan sakinah, mawadah dan rahmah.
                             
Dear, kamu. Akan ada suatu masa, kamu akan menemukanku. Kita bukan manusia yang telah dipertemukan dari bayi. Kita juga bukan manusia super seperti dukun yang bisa meraba isi hati dan pikiran masing-masing. Kita adalah dua insan yang sebelumnya belum saling mengenal. Mari, perlahan kita saling mengenal, saling memahami, saling tukar pikiran, samakan tujuan dan rencanakan masa depan. Sebelum kau pinta baik-baik pada orangtuaku tolong kenali aku, pelajari sikapku, dan pahami sifatku, karena aku pun akan begitu terhadapmu. Kita sama-sama belajar. Jangan kau buru-buru ikuti cintamu. Tapi ikuti kata hatimu, memilihku bukan keharusan bukan pula kewajiban. Begitu juga ketika aku menerimamu. Kita saling menerima karena hati kita yang saling memilih.

Sunday, March 16, 2014

Catatan Perjalanan Semeru #Part II

Disinilah cerita petualangan Semeru dimulai. Setelah berdarah-darah galau akan ikut atau tidak (Part#1). Kepingan-kepingan setiap peristiwa tersusun rapi membentuk paragraf cerita akan suka dan dukanya perjalanan. Seperti berjalan dalam sebuah lorong, pasti kita akan menemui bagian lorong yang sedikit gelap atau bahkan gelap sekalipun. Dari sini aku dapat mengatakan bahwa setiap perjalanan pasti ada cerita, disetiap cerita pasti tersembunyi makna, dan makna itulah perjalanan hidup sesungguhnya.  Ini lah mulainya petualanganku di Semeru…