Tuesday, May 20, 2014

Ada apa sih dengan tulisanku?


“Aku menulis seperti kehilangan fokus. Datar dan nggak berasa,” kataku pada sahabatku. “kamu hanya kurang membaca saja kawan,” jawabnya kemudian. Ya, akhir-akhir ini aku sangat jarang sekali membaca buku. Padahal ada beberapa buku dirumah yang tertata rapi belum sempat aku baca. Masih rapi. Karena setelah lolos dari tas kresek toko buku langsung aku tata rapi di rak. Malang nian bukan nasib buku-bukuku, hanya menjadi pajangan indah saja di rak. Hanya nafsu memebeli saja rupanya diriku ini. Menyedihkan. 

Tak pelik jika aku merasa kehilangan fokus dalam menulis. Kehilangan ‘rasa’ sehingga menjadikan tulisan-tulisanku menjadi ‘datar’ dan ‘hambar’. Tak fokus seolah-olah meloncat kesana kemari. Sehingga lama-lama aku membaca tulisanku sendiri ‘ngos-ngosan’. Dan bertanya “Ada apa sih dengan tulisanku?”

Mungkin benar, jika kurangnya ‘rasa’ tulisanku ini akibat aku kurang membaca buku. Sebab, membaca buku adalah salah satu cara menggali ide untuk membuat tulisan menjadi lebih ‘hidup’. Dengan membaca kita banyak tahu macam-macam jenis kepenulisan yang dimiliki secara khas oleh setiap penulis. Kita bisa banyak belajar dari situ. Untuk berkreativitas dalam menulis.

Ya, harus banyak membaca. Jika ingin menjadikan tulisan kita menjadi lebih ‘hidup’ dan memiliki ‘rasa’. (=^.^=)

Sunday, May 18, 2014

Hanya Rindu



Andai kamu tahu. Aku sangat ingin bertemu denganmu. Berada dalam satu ruang dan satu waktu denganmu. Melihat kamu baik-baik saja. Walau hanya sekejap mata.

Andai kamu tahu. Aku sangat ingin bersua denganmu. Berbicara banyak hal dneganmu. Ringan namun berkualitas. Walau hanya sebentar saja.

Andai kamu tahu. Sungguh andai kamu tahu. Aku tak ingin apa-apa darimu. Aku hanya rindu, rindu dan rindu. 


16 Mei 2014, 08:34pm (LatePost)

Friday, May 16, 2014

Jalani saja…



Aku tak pernah menuntut, bahkan membuatmu merasa tertuntut. Aku selalu menjadikan semua ini menjadi rasa syukurku atas nikmat Allah. Tiada nikmat Allah yang bisa didustakan bukan? Kau nikmati hidupmu, aku nikmati hidupku. Jika Allah berkehendak, dipersimpangan jalan nanti kita pasti akan bertemu (=^.^=)

Badai Menggoyang Prahu



Candu itu minta penawar. Setelah terlena dengan keindahan Semeru yang tak pernah bosan untuk diceritakan, akhirnya rasa ingin menikmati alam kembali membuncah. Ingin rasanya kaki ini segera melesat kembali menapaki bukit-bukit tinggi yang semakin menjulang menembus awan. Bersapa dengan pohon-pohon nan rindang dan nuansa keindahan alam yang tak pernah bosan untuk dipandang. Ingin sekali.

Kecanduan, untuk apapun itu, pasti bakal diperjuangkan, termasuk kecanduan menikmati alam

Bersahabat dengan alam membuat kita kaya. Kaya akan ilmu, kaya akan pengalaman dan yang paling penting adalah kaya akan teman. Sehingga, tak diragukan lagi jika bersahabat dengan alam ini menjadi sebuah candu untuk jiwa-jiwa yang tengah merindu pada kedamaian alam.

Catatan Perjalanan Semeru #Part IV



Perjalanan menuju puncak biasanya adalah perjalanan yang tersulit. Tak hanya butuh fisik yang kuat, namun juga mental yang kuat. Dan inilah akhir catatan perjalalan semeru ku setelah sekelumit cerita yang telah aku bagi di Catatan Perjalanan Semeru #Part I #Part II dan #Part III. Dengan hati aku menuliskannya, menguak kembali memori-memori beberapa  bulan yang lalu, yang selalu aku nanti-nanti kapan aku bisa menyelesaikan tulisan ini. Untuk kalian yang telah setia menanti cerita-ceritaku, monggo……

Monday, May 12, 2014

Kok jadi malah nurun begini? -___-



 Nggak tahu ini kebetulan atau bukan. Yang jelas 3 turunan dari nenek sampai aku habis mengalami kejadian yang aneh (menurutku) dengan cara yang runtut. Jadi kemarin (Minggu, 10/5/14) kami sekeluarga menghadiri acara hajatan pernikahan saudara. Kebetulan yang punya hajat adalah sepupu dari ibuk yang tengah menikahkan anak laki-lakinya. Sekeluarga besar dari ibuk pun turut hadir tak terkecuali simbah putriku yang usianya semakin senja.

Pagi hari sebelum kami serombongan menuju tempat mempelai perempuan, kami sekeluarga foto-foto dahulu sambil membawa seserahan1. Disaat kami sedang berfoto-foto tas yang dibawa simbah jatuh. Tetapi beliau tidak sadar sampai kami semua masuk di mobil masing-masing. ya maklumlah simbah-simbah :p Dan tas itu dibawakan oleh ibuk aku.

Secangkir Kopi Panas





Pada secangkir kopi panas aku bertanya..

Bagaimana cara tersenyum dari hati itu?
Dia pun menjawab, ketika kamu merasa bahagia.

Bagaimana cara merasakan bahagia itu?
Ketika kamu tidak merasa sedih.

Bagaimana rasa sedih itu?
Ketika kamu sadar kamu sulit untuk tersenyum.

Kehidupan itu seperti secangkir kopi panas. Tak bisa ditebak apakah manis atau pahit yang akan kita minum pertama kali. Seperti halnya kehidupan. Tak akan pernah tahu bahagia atau sedih, berhasil atau gagal, jatuh atau bangkit yang akan kita lewati. Tetapi kita bisa mengusahakan membuat kopi itu menjadi manis bukan?

Hadapilah hidup ini dengan senyum manis. Maka, ketika kamu sedih kamu tetap merasakan bahagia. Karena kamu lah yang tahu bagaimana menjadikan kopimu itu menjadi nikmat.

Lalu aku pun bertanya lagi, bagaimana aku bisa menikmati kopimu dengan enak?
Dia pun menjawab, ketika kamu bisa merasakan pahit dan manisku sekaligus. Ketika kamu sadar bagaimana perbedaan rasa manis dan pahitku itu. Serta, Ketika kamu bisa tersenyum bahagia apapun rasaku.

Selamat menikmati kopi kehidupanmu dalam secangkir kopi panas.

Bantul, 12 Mei 2014. 10:56am