Saturday, January 18, 2014

Catatan Perjalanan Semeru #Part I

Bak sungai yang mengalir di derasnya jeram. Mimpi pun mengalir di derasnya kehidupan. Hidup seirama dengan mimpi. Tak ada mimpi jika tak ada kehidupan. Dan mimpi-mimpi itu, akan selalu setia menemani anak manusia disetiap lelapnya –Mm-

Apakah kalian punya mimpi sobat semua? Mimpi yang selalu dikhayalkan disetiap hembusan nafasmu. Mimpi yang selalu kalian ceritakan kepada orang-orang terdekatmu. Mimpi yang selalu ingin kamu wujudkan. Mimpi yang selalu di bilang konyol oleh teman-temanmu karena punya mimpi nggak penting. Dan beranikah kalian mewujudkannya?

Ada sebuah mimpi konyol yang selalu ingin aku wujudkan dari semenjak kelas I SMA (tahun 2006). Yaitu mendaki gunung di Semeru. Konyol darimananya? Itu sekarang. Tapi dulu, 7 tahun yang lalu? untuk aku yang memang diberi anugrah irit muka dan berbadan imut nan lucu ini jelas itu sangat konyol. Anak kecil mau naik gunung? Ngebayangin hampir ketelen kerir aja udah nggak sanggup, apalagi ngesot-ngesot di gunung. Udah Mol, urungkan niatmu, begitu nasihat teman-temanku.

Mengapa aku begitu ingin sekali ke Semeru? Aku pengen kayak Soe Hoek Gie. Om Gie yang kalau di film nya di perankan Nicholas Saputra ini memang udah mengaduk-aduk alam bawah sadarku. Sumpah, ganteng banget sosok Gie ini, tatapan matanya yang kayak elang, gaya bicaranya yang tegas, terus… woyyyy salah fokus woy -,- Bukan, bukan itu teman-teman yang aku kagumi dari sosok Gie ini. Tapi pengalaman hidup dia yang dihabiskan untuk naik gunung jika dia tengah ‘galau’ dengan hiruk pikuknya politik negara. Pengalaman dia tentang bagaimana bisa menjadi ‘lebih hidup’ setelah berekplorasi dengan alam. Sikap dan sifat dia yang (katanya) terbentuk dari pengalamannya mendaki gunung. Aku pengen mencoba naik gunung, sekaliiii aja, batinku saat itu. Lalu ketika tahu beliau meninggalnya di Semeru, justru aku pengen mengunjungi gunung terakhir yang beliau daki itu. Aku ingin mengenal alam lebih dekat.

Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat." (Soe Hok Gie)

“ Tidak akan hilang suatu bangsa bila pemudanya masih ada yang suka masuk hutan, berpetualang, di alam bebas, dan mendaki gunung” ( Henry Dunnat – Bapak Pandu Dunia)

Pokoknya ke Semeru, mboh kui kapan, pokmen Semeru (entah itu kapan, pokoknya Semeru), kataku dalam hati. Keinginan ke Semeru semakin kuat, tatkala salah seorang temanku menyarankanku membaca buku 5cm karya Om Donny Dirgantoro. Kata temanku, novelnya isinya ada tentang pendakian ke Semeru. Biar aku tahu pendakian itu seperti apa kata dia. Segera saja ku acak-acak Shoping -tempat jual buku murah di Jogja- untuk mendapatkan buku itu. Taaadaaaa, setelah berhasil ngerayu-rayu abang buku di Shoping dapat deh novel 5cm dengan harga di bawah g***ed** , maklum masih SMA jadi nyari bukunya ditempat yang murah, hehee.

Aku nggak munafik sih kalau hasrat dan keinginanku ke Semeru terinspirasi dari 5cm. Inspirasi itu boleh dari mana saja kan? Aku yakin, manusia hidup pasti nggak lepas dari inspirasi. Bahkan mungkin, aku bisa lho jadi inspirasi kalian, kalau mau sih :p So, terinspirasi dari sosok Gie yang sering naik gunung dan 5cm lah aku memulai naik gunung. Tetapi dari novelnya, bukan dari filmnya. Film muncul pada Desember 2012, sedangkan keinginanku mendaki Semeru sudah sejak 2006. Tetapi baru beneran bisa mendaki gunung ya September 2012 dengan Sumbing sebagai gunung pertama yang aku daki. Jadi masa bodo deh jika aku ini dibilang salah satu korban 5cm.
 
Tanya-tanya tentang Semeru sama mas Donny penulis novel 5cm
Oke balik ke Semeru tadi. Dan akhirnya di Agustus 2013 lah aku berhasil mendatangi gunung impianku itu. Nggak mudah memang mengumpulkan mental untuk mendaki Semeru. Ada saja banyak rintangan yang mengurungkan keinginan ini. Seperti ketika naik ke Merapi, mau muncak aja aku udah putus asa dulu, “ini pasir kenapa nggak bersahabat sih, maju selangkah mundur dua langkah, kapan sampainya?” keluhku saat itu. “Gimana kamu mau ke Semeru naik Merapi aja udah ngeluh,” kata salah seorang temanku. Kemudian ketika gagal muncak di pendakian Sindoro, merasa banget bahwa nggak mungkin deh nyoba-nyoba ke Semeru. Sindoro aja begini medannya, gimana Semeru yang memiliki ketinggian 3676 mDpl. Gunung tertinggi di pulau Jawa yang terletak di kawasan Malang dan Lumajang ini telah membuatku galau. Hingga akhirnya aku benar-bernar yakin aku tak mungkin mengunjungi Semeru.

Lantas bagaimana aku bisa yakin untuk naik Semeru? Yaitu ketika aku ikut acara Camping Bani Saman pada April 2013. Saat itu panitia acara yang terdiri dari Bani Saman dan TEMPE (TEMannya PEndaki) Kartosuro memberikan pamflet pendakian Semeru pada Agustus 2013. Nama acaranya adalah Tracking Semeru Indonesia (TSI). Jujur saja, saat pertama melihat pamflet itu aku masih belum meliriknya. Mau ikut pun masih mikir-mikir. Namun, dua-tiga minggu setelah acara, tetiba dapat keyakinan kalau aku pengen ikut itu acara. Kebeneran saat wasapan (WhatsApp) dengan mas Mamet -teman se tim ketika Camping Bani Saman- dia nya juga pengen ikut. Yes dapat teman. Lalu aku ngewasap Dayat temenku untuk minta tolong fotoin pamlet yang dia bawa itu. Setelah foto dikirim segera saja aku sms CP yang tertera di pamflet itu. Entah kenapa yang terpilih adalah nama ‘IpongSetiawan’ yang setelah kenal ternyata orangnya nyebelin banget, hahahahaa, damai mas :p
 
Pamflet fenomenal yang berhasil merayuku ke Semeru :*
Setelah menghubungi CP, aku layaknya orang kesetanan ngebujuk-bujuk mas Mamet untuk segera ke Kartosuro bayar DP. “Ntar kalau kuotanya penuh kita nggak dapet tempat lho mas,” kataku saat itu. Padahal saat itu baru bulan Mei apa ya, sedangkan pendaftaran ditutup bulan Juni. “Iya Mol, nunggu aku luang sek ya,” jawab Mas Mamet. Hahahaa, nafsu banget ya aku mau ke Semeru ini.

Awalnya juga si Dayat ini nggak ikut karena mau pergi kemana gitu. Aahh Dayat, nggak ada yang nemenin aku dong.. hohoho. Tapi pas akhir bulan Ramadhan tetiba dia bilang ‘aku ikut Mol, tapi ntar aku langsung ke Kartosuro,” Yeaaahhhhh, nambah satu orang yang dikenal lagi. Jadi kalau ntar disana aku belum bisa dapat teman seenggaknya ada Day –panggilan ke Dayat- sama mas Mamet. Dan ternyata sepulang TSI, temanku tambah banyak, pengalamanku tambah banyak,  aaaakkkk senangnya, muaaaahhh deh TSI.

Ramadhan 2013 yang menyenangkan, karena setelahnya aku bakal ke Semeru, merayakan 17 Agustus disana.. aaaakkkkkhhh bahagianya sampai tiap hari senyum-senyum sendiri ngebayangin berada di Ranu Kumbolo. Sampai ibuku pun terheran-heran ngeliat anaknya tiba-tiba sering  lonjak-lonjak sendirian di kamar, hahahhaa. Nah, bagaimana perjalananku selama di Semeru… akan aku ceritain di tulisanku selanjutnya.. ikutin terus ya… (=^.^=)

No comments:

Post a Comment