Bak sungai yang mengalir di derasnya jeram. Mimpi
pun mengalir di derasnya kehidupan. Hidup seirama dengan mimpi. Tak ada mimpi
jika tak ada kehidupan. Dan mimpi-mimpi itu, akan selalu setia menemani anak
manusia disetiap lelapnya –Mm-
Apakah
kalian punya mimpi sobat semua? Mimpi yang selalu dikhayalkan disetiap hembusan
nafasmu. Mimpi yang selalu kalian ceritakan kepada orang-orang terdekatmu.
Mimpi yang selalu ingin kamu wujudkan. Mimpi yang selalu di bilang konyol oleh
teman-temanmu karena punya mimpi nggak penting. Dan beranikah kalian
mewujudkannya?
Ada sebuah mimpi konyol yang selalu ingin aku wujudkan dari semenjak kelas I SMA (tahun 2006). Yaitu mendaki gunung di Semeru. Konyol darimananya? Itu sekarang. Tapi dulu, 7 tahun yang lalu? untuk aku yang memang diberi anugrah irit muka dan berbadan imut nan lucu ini jelas itu sangat konyol. Anak kecil mau naik gunung? Ngebayangin hampir ketelen kerir aja udah nggak sanggup, apalagi ngesot-ngesot di gunung. Udah Mol, urungkan niatmu, begitu nasihat teman-temanku.
Mengapa
aku begitu ingin sekali ke Semeru? Aku pengen kayak Soe Hoek Gie. Om Gie yang
kalau di film nya di perankan Nicholas Saputra ini memang udah mengaduk-aduk
alam bawah sadarku. Sumpah, ganteng banget sosok Gie ini, tatapan matanya yang
kayak elang, gaya bicaranya yang tegas, terus… woyyyy salah fokus woy -,- Bukan,
bukan itu teman-teman yang aku kagumi dari sosok Gie ini. Tapi pengalaman hidup
dia yang dihabiskan untuk naik gunung jika dia tengah ‘galau’ dengan hiruk
pikuknya politik negara. Pengalaman dia tentang bagaimana bisa menjadi ‘lebih
hidup’ setelah berekplorasi dengan alam. Sikap dan sifat dia yang (katanya)
terbentuk dari pengalamannya mendaki gunung. Aku pengen mencoba naik gunung, sekaliiii
aja, batinku saat itu. Lalu ketika tahu beliau meninggalnya di Semeru, justru
aku pengen mengunjungi gunung terakhir yang beliau daki itu. Aku ingin mengenal
alam lebih dekat.
Seseorang
hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan
mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia
bersama rakyatnya dari dekat." (Soe Hok Gie)
“ Tidak akan hilang suatu bangsa bila pemudanya
masih ada yang suka masuk hutan, berpetualang, di alam bebas, dan mendaki
gunung” ( Henry Dunnat – Bapak Pandu Dunia)
Pokoknya
ke Semeru, mboh kui kapan, pokmen Semeru
(entah itu kapan, pokoknya Semeru), kataku dalam hati. Keinginan ke Semeru
semakin kuat, tatkala salah seorang temanku menyarankanku membaca buku 5cm
karya Om Donny Dirgantoro. Kata temanku, novelnya isinya ada tentang pendakian
ke Semeru. Biar aku tahu pendakian itu seperti apa kata dia. Segera saja ku
acak-acak Shoping -tempat jual buku murah di Jogja- untuk mendapatkan buku itu.
Taaadaaaa, setelah berhasil ngerayu-rayu abang buku di Shoping dapat deh novel
5cm dengan harga di bawah g***ed** , maklum masih SMA jadi nyari bukunya
ditempat yang murah, hehee.
Aku
nggak munafik sih kalau hasrat dan keinginanku ke Semeru terinspirasi dari 5cm.
Inspirasi itu boleh dari mana saja kan? Aku yakin, manusia hidup pasti nggak
lepas dari inspirasi. Bahkan mungkin, aku bisa lho jadi inspirasi kalian, kalau
mau sih :p So, terinspirasi dari sosok Gie yang sering naik gunung dan 5cm lah
aku memulai naik gunung. Tetapi dari novelnya, bukan dari filmnya. Film muncul
pada Desember 2012, sedangkan keinginanku mendaki Semeru sudah sejak 2006.
Tetapi baru beneran bisa mendaki gunung ya September 2012 dengan Sumbing
sebagai gunung pertama yang aku daki. Jadi masa bodo deh jika aku ini dibilang
salah satu korban 5cm.
Oke
balik ke Semeru tadi. Dan akhirnya di Agustus 2013 lah aku berhasil mendatangi
gunung impianku itu. Nggak mudah memang mengumpulkan mental untuk mendaki
Semeru. Ada saja banyak rintangan yang mengurungkan keinginan ini. Seperti
ketika naik ke Merapi, mau muncak aja aku udah putus asa dulu, “ini pasir
kenapa nggak bersahabat sih, maju selangkah mundur dua langkah, kapan sampainya?”
keluhku saat itu. “Gimana kamu mau ke Semeru naik Merapi aja udah ngeluh,” kata
salah seorang temanku. Kemudian ketika gagal muncak di pendakian Sindoro,
merasa banget bahwa nggak mungkin deh nyoba-nyoba ke Semeru. Sindoro aja begini
medannya, gimana Semeru yang memiliki ketinggian 3676 mDpl. Gunung tertinggi di pulau Jawa yang terletak di kawasan Malang dan Lumajang ini telah membuatku galau. Hingga akhirnya aku benar-bernar yakin aku
tak mungkin mengunjungi Semeru.
Lantas
bagaimana aku bisa yakin untuk naik Semeru? Yaitu ketika aku ikut acara Camping Bani Saman pada April 2013. Saat itu panitia acara yang terdiri dari Bani Saman dan TEMPE
(TEMannya PEndaki) Kartosuro memberikan pamflet pendakian Semeru pada Agustus
2013. Nama acaranya adalah Tracking Semeru Indonesia (TSI). Jujur saja, saat pertama
melihat pamflet itu aku masih belum meliriknya. Mau ikut pun masih mikir-mikir.
Namun, dua-tiga minggu setelah acara, tetiba dapat keyakinan kalau aku pengen
ikut itu acara. Kebeneran saat wasapan (WhatsApp)
dengan mas Mamet -teman se tim ketika Camping Bani Saman- dia nya juga pengen
ikut. Yes dapat teman. Lalu aku ngewasap Dayat temenku untuk minta tolong
fotoin pamlet yang dia bawa itu. Setelah foto dikirim segera saja aku sms CP
yang tertera di pamflet itu. Entah kenapa yang terpilih adalah nama ‘IpongSetiawan’ yang setelah kenal ternyata orangnya nyebelin banget, hahahahaa,
damai mas :p
Setelah
menghubungi CP, aku layaknya orang kesetanan ngebujuk-bujuk mas Mamet untuk
segera ke Kartosuro bayar DP. “Ntar kalau kuotanya penuh kita nggak dapet tempat
lho mas,” kataku saat itu. Padahal saat itu baru bulan Mei apa ya, sedangkan
pendaftaran ditutup bulan Juni. “Iya Mol, nunggu aku luang sek ya,” jawab Mas
Mamet. Hahahaa, nafsu banget ya aku mau ke Semeru ini.
Awalnya
juga si Dayat ini nggak ikut karena mau pergi kemana gitu. Aahh Dayat, nggak
ada yang nemenin aku dong.. hohoho. Tapi pas akhir bulan Ramadhan tetiba dia
bilang ‘aku ikut Mol, tapi ntar aku langsung ke Kartosuro,” Yeaaahhhhh, nambah
satu orang yang dikenal lagi. Jadi kalau ntar disana aku belum bisa dapat teman
seenggaknya ada Day –panggilan ke Dayat- sama mas Mamet. Dan ternyata sepulang
TSI, temanku tambah banyak, pengalamanku tambah banyak, aaaakkkk senangnya, muaaaahhh deh TSI.
Ramadhan
2013 yang menyenangkan, karena setelahnya aku bakal ke Semeru, merayakan 17
Agustus disana.. aaaakkkkkhhh bahagianya sampai tiap hari senyum-senyum sendiri
ngebayangin berada di Ranu Kumbolo. Sampai ibuku pun terheran-heran ngeliat
anaknya tiba-tiba sering lonjak-lonjak
sendirian di kamar, hahahhaa. Nah, bagaimana perjalananku selama di Semeru…
akan aku ceritain di tulisanku selanjutnya.. ikutin terus ya… (=^.^=)
No comments:
Post a Comment