Thursday, September 12, 2013

Merapi Tiktok Tiktok

Setelah kejadian di Lawu, membuat aku berpikir ulang kembali tentang pendakian. Dulu sempat berfikir, bahwa keinginan mendaki hanyalah sekali seumur hidup. Lama-lama kelamaan dalam diri ini muncul keinginan untuk mendaki seluruh gunung di Jawa Tengah (nggaya total ini). Rasa penasaran akan keindahan alam yang ditawarkan, ternyata melunturkan seluruh rasa takut. Hingga akhirnya tawaran untuk mendaki merapi tak dapat ditolak.
Teman bilang, “santai aja Mol, nggak usah bawa barang banyak, soalnya kita tiktok”. Ini adalah pertama kali dengar istilah tiktok dalam pendakian. Tiktok adalah mendaki gunung yang tanpa ngecamp (nginep), jadi naik pagi, sore udah turun. Biasanya tiktok dilakuin di gunung-gunung yang ketinggiannya kurang dari 3000 mdl, seperti merapi yang memiliki ketinggian 2911 mdpl. Dengan hanya membawa daypack isi minum, camilan dan mantel, oke merapi, aku akan mulai mengenalmu dengan tiktok.

Berangkatlah kami berempat, aku, Dimas, mas Reksa dan mbak Isna pada hari Minggu tanggal 23 Desember 2012 pukul 07.00 dari Jogja. Sampai basecamp Merapi di Selo, Boyolali kira-kira pukul 08.40. Setelah istirahat sejenak kami pun mulai tracking pukul 09.00.
my tim in Merapi
Perjalanan dimulai dari menyusuri jalanan aspal yang kiri kanan masih terdapat rumah. Dimana diujungnya masih terdapat tempat singgah terakhir sebelum memasuki areal pertanian. Ditempat itu dapat ditemui beberapa warung yang siap menyajikan makanan. Karena kami belum sarapan, maka kami sempatkan sejenak untuk memesan mie goreng untuk menambah tenaga. Kurang dari setengah jam, kamipun selesai sarapan dan melanjutkan perjalanan.

Dari New Selo, di tempat ini tepatnya diatas warung-warung tersebut terdapat tulisan New Selo besar sekali (semacam tulisan Holywood gitu), kami harus melewati ladang-ladang petani dengan track yang cukup susah (menurut aku). Jalanan yang licin, menghambat langkah kecilku untuk menapakinya, salahku juga aku mendaki memakai sandal.

Perbatasan ladang petani dan hutan ditandai dengan gapura hijau seperti shelter kecil. Sampai situ rupanya sudah ngosngosan, hhahaha payah, padahal hanya bawa daypack aja. Perjalanan pun berlanjut menuju pos-pos. Di merapi ini kira-kira terdapat tiga pos sebelum menuju pasar bubrah. Antara pos I sampai pos II tidak lah terlalu jauh. Di pos II atau orang biasa menyebut dengan watu gajah, waktu sampai sana aku pun clingak-clinguk cari-cari batu yang kayak gajah. Enggak ada ternyata -_____-“

Dengan ngos-ngosan, kami pun melanjutkan perjalanan. Menyebar senyum kepada setiap pendaki yang lewat. Menyapa sebentar untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan.

Setiap pendaki adalah keluarga, kata seorang teman kepadaku

Pada akhirnya, pukul 12.00an sampailah sudah kami di pasar bubrah. Aku amati baik-baik tempat ini. Kenapa bisa dinamakan pasar bubrah ya? Hmmm, bau mistis pun sepertinya mulai tercium >.< Di pasar bubrah ini kami mendirikan tenda untuk menaruh barang-barang. Sebab dengan medan puncak pasir, diharap kami hanya membawa barang-barang yang diperlukan saja. Sambil makan siang kami menikmati pesona alam yang ditawarkan merapi melalui pasar bubrah ini. Dari pasar bubrah tampak terlihat puncak garuda yang telah hancur akibat letusan 2010 lalu.


puncak garuda nampak gagah dibelakang :)
Pukul 14.00 kami mulai muncak. Tampak dengan gagah puncak garuda merapi berada didepan mata. Ya Allah snaggupkah aku, dengan medan pasir seperti itu?. “Ayo Mol, kamu harus bisa, katanya pengen ke Semeru, takhlukin yang ini dulu” kata Dimas terhadapku.

Ya, aku dulu pernah bilang ke temanku ini, kalau aku punya keinginan untuk mendaki Semeru, yang entah kapan aku bisa mengunjunginya. Sembari menapaki pasir-pasir merapi, aku pun berdo’a, semoga suatu saat aku bisa ke Semeru, Gede, Pangrango dan Argopuro ya Allah. Aamiin.. *nggak nyambung blas

Maju selangkah mundur dua langkah. Selalu begitu. Apalagi aku pakai sandal, sungguh luar biasa perjuangan menuju puncak merapi ini >.< medan pasir ini nggak berlangsung lama, kira-kira 30 menit melalui pasir, medan selanjutnya adalah bebatuan. Sempat kami tersesat, karena tiba-tiba kabut mulai turun dan jarak pandang pun semakin pendek. Alhamdulillah, beberapa menit kemudian kabut hilang dan kami pun menyusuri kembali batu-batuan tersebut.

Tapi keberuntungan kami ternyata harus berakhir. Disaat hati bergembira melihat bibir kawah (kurang lebih 100m dari bibir kawah) gerimis, kabut dan angin pun secara kompak turun bersamaan. Allah, bagaimana ini. Jarak pandang kurang dari 1m, kami nggak bawa mantel ke atas. Sehingga kami pun mencari-cari tempat berlindung dibalik bebatuan dipinggir-pinggir.
berteduh tapi sambil narsis :|
Kurang dari 10 menit gerimis pun berhenti, kabut sudah mulai menghilang, dan cuaca cerah seketika. Tapi ketakutan kami ternyata melumpuhkan niat kami meneruskan ke puncak. Takut tiba-tiba gerimis dan kabut dating lagi. Dan akhirnya kami memutuskan untuk menuruni puncak. Karena medannya pasir, kami pun turun seperti bermain SKI (olahraga yang disalju-salju itu). Cepet banget, nggak sampai setengah jam sudah sampai pasar bubrah lagi. Hahahaha, kegembiraan tak dapat kami bendung lagi. Gelak tawa mewarnai perjalan turun dari puncak. Iyaa, meskipun puncak tak dapat kami gapai, tapi kebersamaan dan kebahagiaan telah menyertai perjalanan kami.

Pukul 16.00 kami turun dari pasar bubrah menuju baseamp untuk kembali pulang kerumah. Iyaa, rumah adalah tujuan sebenarnya.

Puncak hanyalah bonus, tujuan sebenarnya adalah kembali kerumah dengan selamat

Akhirnya perjalanan merapi tiktok selesai sudah. Bye bye puncak merapi, suatu saat aku akan mengunjungimu kembali dan dapat menggapai puncakmu :)
bye merapi, kapan-kapan datang lagi
disambut gembira sama Merbabu pas pulangnya :)

No comments:

Post a Comment