Thursday, September 12, 2013

Mencintai Alam Sebagaimana Mencintai Allah



Kalimati dengan background Mahameru :)

 “dulu bunda sering naik gunung?” tanyaku pada bunda sambil memperhatikan foto-foto di album lama bunda. 

“iya Nak, jaman bunda masih kuliah dulu,” jawab bunda sembari membersihkan kardus-kardus berisi album lamanya. “kenapa bunda suka naik gunung?” tanyaku kemudian. “bunda juga suka pantai ya, ini bawah lautkah bunda, bunda suka ke hutan-hutan juga, ini bunda mainan perahu di sungai juga ya,” berondongku berapi-api antusias melihat foto-foto bunda sebelum sempat bunda menjawab. Beliau hanya tersenyum, sambil mengusap-usap kepalaku dan berkata “karena bunda menyukai alam ini Nak, bunda mencintai alam, karena bunda mencintai Allah,”. Aku terdiam sesaat mencoba memaknai perkataan bunda yang kemudian ku lontarkan “maksud Bunda?”. 

Bunda diam beberapa saat, kemudian menjelaskan perkataannya dengan seksama. “alam selalu menghadirkan keindahan bagi siapa yang memandang, baik itu pantai, laut, hutan, gunung, air terjun dan masih banyak lagi. alam selalu memberikan keindahan , memberikan ketentraman, dan juga memberikan kenyamanan. Lantas apa bunda datang ketempat-tempat itu hanya untuk sekedar menikmatinya? Tidak Nak, lebih dari itu. Dengan kita mendatangi alam, menikmati keindahannya, disitu kita juga berkontribusi ikut serta merawatnya. Mengapa harus dijaga? Karena alam milik generasi yang akan datang, dia dititipkan pada generasi bunda biar kamu besok bisa tetap menikmatinya. Mengapa pula bunda bilang mencintai alam karena mencintai Allah? Karena Allah lah pencipta alam itu Nak, karena Dia bunda menjaga anugrah-Nya dan  karena Dia bunda merawat karya-Nya,”. Aku pun manggut-manggut paham. “jadi kita nggak boleh mengambil apapun yang ada di alam ini bunda?”. “alam di ciptakan untuk manusia Nak, kalau ada yang bermanfaat boleh kita ambil, tetapiiii…..,” bunda berhenti sejenak, kemudian “…. Kita harus menggantinya agar tidak punah. Misalnya, pohon-pohon di hutan, kita butuh untuk buat rumah, ya boleh di ambil, tetapi harus ditanam lagi pohon baru biar pohonnya nggak habis. Terus mutiara di lautan, boleh saja diambil, asal tiram dijaga dan dirawat agar tetap menghasilkan mutiara yang indah lagi,”. 

Bunda pun bercerita, banyak sekali eksploitasi alam saat ini, mengambil kekayaan alam besar-besaran tanpa mengadakan pergantian, tanpa adanya perawatan, tanpa adanya adanya kasih sayang terhadap alam itu. Sehingga tak dapat dipungkiri, air laut semakin lama semakin keruh, ekosistem dibawahnya lambat laun mulai tidak seimbang. Pun begitu dengan gunung, pengundulan tak dapat dicegah dan kebakaran hutan tak dapat dihindari. Jika alam marah, salah siapa? Tuhan yang menakdirkan? Tidak. Semua kembali lagi kepada manusia yang tinggal di alam itu sendiri. Bagaimana memberlakukan alam ini.
 
Jika kita mencintai Tuhan kita, maka kita akan menghargai karya-Nya. Mencintai Tuhan, berarti mencintai alam ciptaan-Nya. Dengan cara turut menjaga, merawat dan memperbaikinya. Alam tak pernah meminta dirinya untuk dinikmati, dia hanya butuh dipahami, begitu kata bunda. Dan bunda berharap aku kelak juga turut memahami alam itu.

Alam juga seperti manusia, kata bunda lagi, dia mempunyai kehidupan. Ada hal yang disukai dan ada hal yang tidak disukainya. Bukankah manusia juga begitu? Bisa jadi jika seseorang mengusik oranglain hal yang tidak disukai dia menjadi tersinggung. Begitu juga alam, jika dia diusik hal-hal yang tidak disukainya wajar bukan jika dia marah?.

Bunda pun berharap, aku kelak tidak hanya sekedar sebagai penikmat alam saja. Tetapi sebagai seorang agen perubahan yang mampu berkontribusi menjaga, merawat dan memperbaiki alam. Dapat menjaga kesimbangan alam ini sebaik-baiknya, sehingga kebermanfaatan alam tetap terjaga sampai akhir hayat kelak. Baiklah bunda, aku akan mencintai alam sebagaimana mencintai Allah. (=^.^=)

No comments:

Post a Comment