Thursday, March 20, 2014

Dear Malaikat Keluargaku

Selamat pagi malaikat keluargaku, selamat 40 hari kau menuju keabadian yang sempurna. Apakah engkau baik-baik saja? Adakah yang membuatkanmu teh panas manis di pagi begini? Teh spesial yang dibuat di teko pot dengan tutup teko kuno. Ah pasti ada, dan mungkin rasanya lebih nikmat daripada teh buatanku atau ibu.

Jujur, kadang aku masih tak menyangka kau telah meninggalkan kami. Meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Terkadang aku mulai berfikiran konyol, membenarkan adanya realitas dalam sinetron yang dulu pernah heboh. Sinetron yang antara judul dan isinya nggak nyambung blas. Judulnya “Rahasia Illahi”  tetapi isinya kalau nggak arwah orang gentayangan, mayat bangkit dari kubur atau mayat yang udah bertahun-tahun dikubur masih utuh. Aku nggak pernah tahu itu benar atau nggak. Yang jelas selama 40 hari ini aku selalu berfikir aku akan mengalami kehadiranmu yang bangkit dari kubur.


Konyol, benar-benar konyol. Aku terjebak dalam ilusi cerita fiktif buatan manusia. Merusak rasionalku untuk berfikir nyata. Hahahahhahahaa, aku menertawakan diriku sendiri yang bodoh malaikatku. Aku yakin, kau pasti tertawa juga jika mengetahui aku punya pikiran konyol itu.

Malaikatku, mengapa kau begitu cepat menuju Griya-Nya. Mengapa kau tak menungguku untuk wisuda, menyelesaikan amanah kuliahku dititik darah penghabisanku. Mengapa kau tak menungguku untuk mengijabkanku pada laki-laki sholeh yang menjadi harapanmu menjadi imamku. Mengapa? Mengapa?

Malaikatku, ada banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. Banyaaaaakk sekali. Tentang skripsiku, tentang laki-laki yang dekat dengaku (aku pengen dia diseleksi oleh kegalakanmu), tentang agama, tentang kehidupan dan macam-macam. Kita berdua ngobrol didapur atau diruang TV. Menertawakan bersama kebodohan-kebodohan yang terjadi disekeliling kita.

Malaikatku, aku rindu padamu. Aku rindu nasehat-nasehatmu, aku rindu obrolan-obrolan di dapur, aku rindu menjadi makmummu, aku rindu mendengar lantunan qiraahmu. Aku rindu, pada semua yang ada dalam dirimu. Bahkan karena rindunya aku masih sering menangis sendirian. Sampai aku menuliskan tulisan ini pun aku masih dalam keadaan terisak dan berderai air mata. Dan hanya lewat do’a aku bisa melepaskan kerinduan itu. Dalam dzikir panjang lantunan do’a disetiap sujudku.

Mungkin, memang sudah selesai tugasmu sebagai Khalifah dan Abdullah didunia ini. Semoga kau tetap menjadi malaikat kami disisi Allah SWT, dan ditempatkan ditempat terindah-Nya. Dalam Griya-Nya yang apik. Aamiin….


Bantul, 20 Maret 2014, 07:31
Aku yang merindukanmu
Ida


No comments:

Post a Comment