Wednesday, March 19, 2014

Dear, kamu

Kamu, kamu yang telah lama aku tunggu. Kamu yang seperti laki-laki pencakar langit. Kamu yang memiliki tatapan mata tegas seperti elang, ketenangan jiwa yang lembut, tutur kata yang cerdas dan sikap yang berwibawa.

Kamu, kamu yang kuterima bukan karena hartamu, apalagi parasmu. Kamu, yang aku pilih karena keshalihanmu dan rasa cintamu pada Tuhanmu. Kamu, yang selalu meyakinkanku untuk menempuh tujuan bersama, menjadikanku makmum yang bersahaja, membimbingku setiap saat, serta membawa keluarga kecil kita dalam naungan sakinah, mawadah dan rahmah.
                             
Dear, kamu. Akan ada suatu masa, kamu akan menemukanku. Kita bukan manusia yang telah dipertemukan dari bayi. Kita juga bukan manusia super seperti dukun yang bisa meraba isi hati dan pikiran masing-masing. Kita adalah dua insan yang sebelumnya belum saling mengenal. Mari, perlahan kita saling mengenal, saling memahami, saling tukar pikiran, samakan tujuan dan rencanakan masa depan. Sebelum kau pinta baik-baik pada orangtuaku tolong kenali aku, pelajari sikapku, dan pahami sifatku, karena aku pun akan begitu terhadapmu. Kita sama-sama belajar. Jangan kau buru-buru ikuti cintamu. Tapi ikuti kata hatimu, memilihku bukan keharusan bukan pula kewajiban. Begitu juga ketika aku menerimamu. Kita saling menerima karena hati kita yang saling memilih.


Dear kamu. Akan ada suatu masa, kamu akan menemukanku. Perlu kamu ketahui, aku ini seseorang yang mudah emosional, tidak sabaran dan mudah putus asa. Aku berharap jika kamu tengah mendapatkan aku yang seperti itu, kuatkan aku. Pinjamkan sebentar bahumu untuk sandaran keluh kesahku. Tak usah kau banyak kata, cukup kau memberikan kenyamanan untukku itu lebih dari cukup. Aku tidak akan memaksamu untuk berbuat romantis terhadapku setiap hari. Memaksamu mencium keningku disaat kau pergi, atau memaksamu memberikan oleh-oleh jika kau tengah bepergian. Aku tak pernah mengharuskanmu seperti itu. Bagiku, kamu memberikan kenyamanan untukku setiap saat itu lebih dari cukup. Bagiku, kita saling memahami dan mengerti satu sama lain itu adalah ekspresi cinta paling indah yang akan kita rasakan. Sekecil apapun pemberianmu aku akan selalu bersyukur dan berterimakasih.

Dear kamu. Akan ada suatu masa, kamu akan menemukanku. Mungkin, aku ini adalah seorang insyinyur pertanian yang selayaknya bekerja di perkebunan atau di Lab Tanaman. Akan tetapi, jika kamu perbolehkan, aku hanya ingin berdiam di rumah saja. Menghiasi rumahmu dengan aneka tanaman bunga, buah, sayur dan obat-obatan. Aku tidak ingin bekerja layaknya wanita kantoran yang setiap hari dihabiskan untuk kerjaannya. Aku hanya ingin mempraktikan ilmu-ilmuku semasa kuliah dirumah. Dimana nantinya aku bisa lebih dekat dengan anak-anak kita, selalu hadir dimasa perkembangan anak-anak kita. Bolehkah? Aku berharap kau tak pernah malu mempunyai istri seorang sarjana yang hanya berdiam diri dirumah. Aku berharap kau tak ragu memilihku jika nanti ada banyak pertanyaan mengapa aku seorang sarjana pertanian tapi tak berbuat apa-apa untuk masalah pangan negara. Kamu yang lebih tahu tentang aku, mengapa aku seperti itu. Benar bukan?

Dear kamu. Akan ada suatu masa, kamu akan menemukanku. Kamu tahu kan aku sangat mencintai petualangan. Berkelana mencari ‘hidup’ yang ‘lebih hidup’. Jika kamu perbolehkan, aku ingin tetap berkelana sepanjang hidupku. Menikmati sudut kota dan damainya pedesaan, menikmati cita rasa kuliner diberbagai daerah, dan menikmati pemandangan lukisan Tuhan di sela-sela alam. Jangan kamu takut, karena aku takkan pernah melupakan kewajibanku. Kewajibanku terhadap Tuhanku, kewajibanku sebagai pendamping hidupmu dan kewajibanku sebagai ibu dari anak-anakmu

Dear kamu. Akan ada suatu masa, kamu akan menemukanku. Mungkin kita mempunyai cara pandang yang berbeda, bahkan mungkin saat ini kamu telah merencanakan ingin punya anak berapa dan seperti apa. Tetapi perlu kamu ketahui, aku ini bukan robot mesin pembuat anak, jadi jangan kamu paksa aku menyetak generasimu sebanyak mungkin. Beri aku waktu menikmati hidupku. Tiga atau empat anak sepertinya cukup meramaikan istana kita, begitu bukan?

Lantas, jika mereka telah hadir, aku hanya memohon kepadamu, jangan paksa mereka untuk menjadi pandai dan pintar dalam segala hal. Jangan kamu paksa mereka harus rangking satu di sekolahnya, jangan kamu paksa mereka untuk menjadi dokter, insyinyur atau pilot sekalipun, dan jangan kau paksa mereka memenuhi ambisi-ambisi kita. Karena bagiku, mereka menjadi orang yang bermanfaat dan taat pada Tuhannya, sudah lebih dari cukup. Jika mereka pintar, cerdas, hebat dan kreatif itu adalah bonus untuk kita.

Percayakan aku dirumah untuk mendidik mereka. Aku hanya ingin mendidik mereka dengan sederhana namun bermakna, belajar dari kehidupan, belajar dari alam dan belajar dari sekelilingnya. Karena aku ingin mereka menjadi pribadi yang peka terhadap banyak hal. Sehingga mereka tahu, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat. Jadi, aku berharap kerjasama denganmu, untuk menjadikan generasi kita yang demikian. Pahami dulu maksud baikku, kita diskusikan bersama, jika memang tidak berkenan di hatimu, kita bisa mencari jalan terbaiknya. Karena, tanpamu aku pun tak sanggup mewujudkannya.

Dear kamu. Akan ada suatu masa, kamu akan menemukanku. Jika nanti kita bersama, luangkanlah sedikit waktu bersandar untuk kita berdua. Saling memeluk untuk merasakan detak jantung kebahagiaan kita. Berdiam sejenak merasakan hangatnya nafas cinta kita. Cukup sebentar saja. Aku rasa itu sangat baik. Apalagi jika kita sedang lelah dengan segala masalah yang terjadi disekeliling kita.

Dear kamu. Akan ada suatu masa, kamu akan menemukanku. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik. Menjalankan amanah Tuhan yang termaktub dalam perjanjian suci kita. Semoga….


#Late Post#
Bantul, 17 November 2013
11:18am
aku yang menunggu kamu

2 comments: