Thursday, November 21, 2013

Merbabu Seru Penuh Haru #Bag I



Bukan hal mudah untuk menjadi EO pendakian. Pengalaman selama ini hanya sebagai pengikut, kali ini tertantang untuk menjadi penggerak dan pelaksana. Sebagai orang yang ikut dalam kegiatan sosial, seharusnya aku nggak asing dengan pengalaman kepanitiaan. Tetapi menjadi panitia pendakian? Itu masih asing buatku :|

Berawal dari obrolan aku, Sammy, Ayu dan Udin yang mempunyai keinginan untuk mendaki Merbabu. Tercetus secara tak sengaja di sebuah media social bernama whatsApp hingga berlanjut melobi teman-teman yang telah berpengalaman dalam hal pendakian. Satu persatu teman-teman yang telah berpengalaman kita hubungi, Dimas, mas Reksa, Andank dan juga Gilang. Akan tetapi teman-teman yang kami lobi ternyata tidak dapat ikut. Alhasil dengan segala keyakinan akhirnya kami berempat lah yang fix. Beruntung, Udin sudah pernah ke Merbabu, so tidak ada yang perlu dikhawatirkan, sudah ada guide nya.
Beberapa hari kemudian, dapat kabar dari Sammy, teman KKN dia ada yang mau ikutan. Kemudian aku dapat sms dari mas Adib (teman Sammy) dari Geografi dan temannya juga mau ikutan. Akhirnya peserta bertambah dan total menjadi sembilan orang. Agar mempermudah perjalanan kami briefing dahulu dua hari sebelum hari H. Ketika briefing, peserta tambah empat  orang lagi, sehingga total menjadi 13 orang. Briefing dilakukan di GSP (Grha Sabha Pramana) UGM sekalian jogging, dipandu oleh Dimas dan mas Reksa. Meskipun mereka tidak ikut mendaki tapi mereka mendampingi kami yang baru pertama kali mengadakan pendakian ini.

Sehari sebelum hari H aku merasa gelisah nggak karuan. Aku yang biasanya hanya sebagai pengikut kini harus mulai mempersiapkan ini itu. Nggak mudah ternyata. Satu persatu peserta aku sms untuk mengecek keperluan yang dibawa. Satu persatu aku tanya apa saja barang yang kurang *ibu-ibu paranoid banget*

bukankah meminimalis resiko adalah salah satu bentuk kedisiplinan?

Disaat aku genting nggak karuan mempersiapkan ini itu, tiba-tiba temanku Avy bilang pengen ikutan. Padahal dua hari yang lalu dia baru saja sampai Jogja setelah melakukan plesir ke Jawa Timur dan Bali. Dua minggu sebelumnya kami melakukan pendakian di Merapi. Avy yang masih minim pengalaman pendakian (baru sekali naik ke Merapi, kawah Ijen dan Bromo) membuatku ragu untuk memperbolehkan. Apalagi dia belum pernah membawa beban berat. Karena selama di Merapi sebagian barang aku yang bawa. Sedangkan pendakian kali ini aku sebagai pelaksana harus bertanggung jawab untuk semuanya. 

Avy tetep ngotot pengen ikutan. Dan akhirnya lagi-lagi aku luluh, minimal aku tahu dia kayak apa, meskipun aku belum lihat kemampuan dia menjaga fisiknya. Aku pun menyaratkan dia harus bawa semua barangnya sendiri dan tanggung resiko semua yang terjadi. Dia sanggup. Oke kamu ikut Vy, tapi jujur nekatmu itu terlalu beresiko, akibatnya setelah pulang dari Merbabu kamu sempat nggak sadarkan diri kan? Dan ini pelajaran buatku, besok lagi harus tegas kalo ada teman perempuan yang dalam kondisi capek dan belum berpengalaman untuk ikut pendakian. Untungnya dia cuma nggak sadarkan diri, kalau lebih dari itu? Aku nggak mau ngebayangin.

Kadang bersikap menyebalkan bukan karena benci atau tidak suka. Tapi karena rasa sayang yang ada. Bukankah rasa peduli dan menyebalkan itu beda tipis? :)

Malam sebelum keberangkatan, aku, Ayu, Sammy, mas Adib dan Udin berencana ngobrol untuk membicarakan persiapan. Tapi Udin berhalangan hadir, hingga hanya kami berempat yang “rapat”. Bismillah, semoga apa yang kami rencanakan mendapat Ridho dari yang Maha Kuasa. Aamiin :)
Sebelum bercerita panjang lebar, lebih dulu kenali Merbabu. Gunung ini merupakan salah satu gunung kembar yang ada di Jawa selain Sindoro-Sumbing, Gede-Pangrango dan Arjuna-Welirang. Merbabu letaknya berdekatan dengan Merapi. Untuk jalur pendakian ada beberapa alternatif jalur pendakian, yaitu via Wekas, via Kopeng, via Cuntel dan via Selo. Aku dan rombongan akan melalu Selo. Sebab kata teman-temanku, jalur ini selain memiliki view yang indah jalurnya juga lebih mudah meskipun panjang. Akan tetapi tidak seperti via Wekas, via Selo 

tidak terdapat sumber air. Jadi persediaan air harus banyak. Gunung dengan ketinggian 3145 mDpl ini memiliki kurang lebih Sembilan puncak, puncak Triangulasi, puncak Syarief, puncak Kentheng Songo dll. Puncak Kentheng Songo inilah puncak tertinggi di Merbabu.

Salah satu cara mempersiapkan perjalanan yang baik adalah bertanya dengan orang yang berpengalaman dan browsing info untuk mengenali tempat tujuan perjalanan

Jum’at 29 Maret 2013
Hari yang dinanti pun tiba, kurang lebih pukul 08.00 kami pun berkumpul di kos Udin. Aku Udin, Sammy, dan Ayu ngurus tenda, nesting dan kompor yang disewa didekat kos Ayu. Lagi-lagi Avy sudah ngebanjirin sms dan telpon menanyakan kapan berangkat. Duuhh Vy, aku kali ini jadi EO yang sibuk ini itu. Jadi maaf ya kamu sedikit aku cueki. Jujur saja aku masih sebal dengan kenekatanmu, jadi maaf ya kalau mungkin dalam pendakian merbabu ini aku jadi sosok yang menyebalkan dimatamu. Tapi ini semata-mata karena aku khawatir sama kamu >.< dan pada akhirnya kamu menjadi orang yang dikhawatirkan kan? Semoga semua ini jadi pelajaran buat kamu ya :*

Akhirnya setelah persiapan beres kami pun berangkat. Peserta total 13, sebab teman mas Adib membatalkan ikut. Mereka adalah aku, Ayu, Udin, Sammy, mas Adib, Avy, Icha, Fahmi, Galih, Adi, Ronny, Ulya dan Nurin. Ketika mau mendekati dhuhur, kami berhenti di sebuah masjid di Sawangan Magelang. Sembari menunggu yang laki-laki jum’atan, yang perempuan di beri tempat oleh seorang ibu istri takmir setempat dirumahnya. Asyiikk bisa numpang tidur sejenak :D

Selesai shalat jum’at kami melanjutkan perjalanan. Sampai basecamp Merbabu kurang lebih pukul 14.00. Malang tak bisa dibendung guys, tiba-tiba begitu sampai basecamp kami disambut hujan yang amat deras -,- akhirnya kami membatalkan rencana kami untuk mulai naik pukul 16.00. Hingga maghrib lewat hujan tak kunjung usai. Maka, sesuai kesepakatan, hujan reda atau belum pukul 19.00 kita sudah harus berangkat.
makan, sembari menunggu hujan
Pukul 19.00 kami berangkat meninggalkan basecamp setelah berdo’a terlebih dahulu. Dengan leader mas Adib. Perlahan lahan kami 13 orang mulai merayap dalam gelap dan dingin. Gerimis masih menyisakan sedikit airnya untuk mengantarkan kami mengenali Merbabu. Jalanan mulai menanjak menantang kaki-kaki yang haus akan sebuah petualangan. Alhamdulillah, tak sedikitpun dari kami mengeluh akan perjalanan ini. Tawa dan canda menghiasi perjalanan. Hingga perjalanan terasa sangat menyenangkan. Apalagi hujan telah reda dan purnama pun mulai tak malu lagi menampakkan pesonanya.
berangkaaaaattt...!!!
narsis dulu ditengah jalan :)

ouwooooooooo :)
Suasana seperti ini yang selalu aku rindukan…!!!!!
 
Setelah melewati pos I tiba-tiba terdengar suara binatang mulai berdatangan. Deg. Binatang apa itu? Monyetkah? Harimau kah? Hingga mas Adib menyarankan kepada kami untuk tidak ngobrol. Sunyi pun kembali menemani kami. Takut pun mulai menghantui. Ya Allah lindungilah kami. Begitu pos II, kami pun sudah boleh bersuara. Alhamdulillah :) 

Perjalanan pun dilanjutkan. Karena rencana kami akan ngecamp di sabana. Akan tetapi, ditengah perjalanan menuju III tiga tiba-tiba dapat kabar Nurin sakit. Aku pun segera mendekati rombongan belakang (posisi waktu itu aku selalu didepan). Dia ternyata punya riwayat jantung. Aku lupa menanyakan Ulya, Nurin dan Roni yang notabene teman Sammy punya sakit atau nggak. Karena hampir semua teman-teman dalam rombongan aku sudah mengenalnya. Duhh, kenapa mesti terlewatkan sih. “Ulya, gimana Nurin?” kataku pada Ulya yang sedang mengelus-elus punggung Nurin. Tampak Nurin kecapekan waktu itu. “udah nggak apa-apa kok Mbak, cuma kecapekan aja,” jawab Ulya. Setelah aku tanya-tanya tentang obat dan bagaimana penanggulangannya, mereka bilang nggak bawa, karena nggak nyangka kalau bakal kambuh. Pelisss, ini naik gunung, bukan piknik, jadi segala kemungkinan bakal terjadi, jadi alangkah baiknya sedia payung sebelum hujan *rada dongkol*

Salah satu cara mempersiapkan perjalanan yang baik adalah menganalisis resiko dan mepersiapkan jika kemungkinan terjadi. Sedia payung sebelum hujan.

Setelah istirahat beberapa menit kami pun melanjutkan perjalanan. Rombongan pun terbagi menjadi dua, beberapa teman-teman sudah melaju dan ada beberapa yang masih dibelakang. Dengan kondisi seperti itu maka kami putuskan untuk ngecamp di pos III atau biasa disebut watu (batu) tulis. Selain itu waktu pun sudah menunjukan hampir tengah malam.

Pos III ini tidak seperti pos I dan pos II yang hanya berupa dataran yang tidak terlalu luas, kalaupun untuk mendirikan tenda paling hanya muat 1-2 tenda. Akan tetapi pos tiga ini ternyata luas sekali. Seperti pelataran gitu. Disana sudah banyak tenda-tenda berdiri. Sehingga kami pun harus mencari tempat yang muat menampung 4 tenda kami.

Akhirnya, nikmat pegunungan yang selalu aku rindukan hadir kembali pada malam ini. Malam yang dingin, beserta bintang-bintang dan rembulan, menambah kenikmatan perjalanan menikmati alam ini. Subhanallah, Maha Indahnya ciptaan-Mu Tuhanku.

Apabila kamu melihat suatu keindahan, bersyukurlah karena kamu masih bisa menikmati keindahan yang belum tentu akan kamu bisa lihat lagi.

Bersambunggg...... :)

No comments:

Post a Comment