Wednesday, November 13, 2013

Kado Itu Do'a




Kemarin malam (12/10/13) saya terheran-heran melihat bungkusan berisi sajadah tergeletak di kursi makan di dapur. Sebenarnya lebih tepat disebut karpet, karena ukurannya lebih besar daripada sajadah pada umumnya. Mungkin karena bercorak masjid sehingga saya bilang itu sajadah. 

Saya cium baunya sepertinya sajadah itu masih baru. “ini sajadah siapa Buk?” tanya saya pada ibu yang sedang mempersiapkan makanan untuk acara ronda bapak nanti malam. “untuk kado nikahan anaknya temen ibu,” jawab ibu saya. “masak nikahan dikado sajadah si Buk?” protes saya. “emang harusnya apa?” “ya kayak teapot, bad cover, sprei atau piring atau apalah gitu yang dibutuhkan pengantin baru,” jawab saya. “ya nggak papa kan sajadah? Memberi kado itu kan sama halnya do’a. Kita memberi tidak hanya sekedar memberi, tapi ada sebuah harapan dari apa yang kita berikan. Ibu kasih sajadah kan berharap walau pun pengantin baru tetap ingat shalat,” jelas ibu saya panjang lebar.

Mendengar penjelasan ibu, saya hanya terdiam seksama. Biasanya kita memberi kado untuk pernikahan seseorang seperti teapot, bad cover, sprei, piring, atau hiasan dinding dengan corak pengantin. Tetapi ibu saya berbeda, beliau anti mainstream sekali dengan penjelasan yang luar biasa. Kado itu do’a. Sehingga saya berfikir, memberi kado itu tidak hanya memberi sesuai apa yang diinginkan seseorang dengan maksud membuat seseorang itu bahagia. Atau memberi sesuatu seperti pada umumnya, seperti pernikahan harus teapot, gelas, sprei dll. Tetapi ada yang lebih dari itu, yaitu memberi sesuatu dengan sebuah pengharapan yang luar biasa. Dimana harapan itu menjadi do’a si pemberi untuk seseorang yang diberi tersebut.

Subhanallah. Saya mendapat pelajaran berharga dari ibu saya malam itu. Terimakasi ibu :* (=^.^=)

Bantul 13 Oktober 2013

No comments:

Post a Comment