duo krucil :p |
Sengaja
aku beri judul begitu karena memang jelajah alam ke Merbabu kali ini hanya dua
orang saja. Aku dan Avy temanku. Duo krucil yang berusaha memberanikan diri
menjelajah gunung tanpa lelaki (porter juga) :D. Dimana secara fisik kami
berdua ini imut-imut dan selalu dibilang ‘anak kecil’ oleh kebanyakan orang. Mengakhiri
Agustus dengan sebuah pengalaman yang tidak biasa. Lalu bagaimana kisah
perjalanan kami?
Amazing
begitu kataku. Kami berdua bukanlah orang yang banyak pengalaman untuk mendaki
gunung. Meskipun kami berdua sudah lebih dari dua kali ikut pendakian bersama
teman-teman. Tapi, biasanya kami selalu menjadi “Queen”. Ikut serta hanya
membawa barang pribadi. Karena semua keperluan sudah dibawakan teman laki-laki.
Jadi belum pernah se-amazing kali ini yang semua-mua keperluan pendakian kami
urus dan bawa berdua.
Sabtu
(30/8/14) pagi kami berkumpul di kos lama Avy untuk packing ulang. Hal yang tidak pernah terjadi dalam sejarah
pendakian kami, bahwa hari itu kami membawa beban yang lebih berat dari
biasanya. Daypack-ku yang berukuran
40lt akhirnya penuh sesak dengan 3 botol air minum (@1.5lt), nesting + kompor,
frame tenda, Sleeping Bag (SB), baju ganti, logistik (beras + sayur + 2 nasi
bungkus) dan kamera. Sedangkan Avy, dengan carrierl
45lt nya berisi body tenda, SB, baju ganti, logistik (beraneka camilan), dan 2
botol air (1.5lt + 0.5lt).
Pukul
10.00 kami berangkat dari Jogja dengan perasaan berbagai macam rasa. Hingga,
saat aku bawa motor sempat nggak konsentrasi. Tepat ditanjakan yang mau ke arah
ketep aku sempet bingung pas mau melaju karena ada pickup disebelah. Akhirnya, dari situ Avy yang menggantikanku bawa
motor. Sampai basecamp Merbabu via Selo kurang lebih pukul 12.40. Disana kami
istirahat sebentar dan shalat. Lalu pukul 14.00 kami mulai nanjak.
Dari
awal kami sudah merencanakan jika ini pendakian santai dan tidak target puncak.
Kami berencana akan mendirikan tenda dan menikmati senja di pos III atau
dibawah Watu Tulis. Sehingga kami benar-benar berjalan santai. Ya, diluar
dugaan ku, jika perjalan basecamp – pos III memakan waktu kurang lebih 4 jam. Padahal,
biasanya waktu segitu cukup untuk sampai pos IV (sabana 1). Aku sadar saat itu,
bahwa aku terlalu yakin bahwa aku kuat membawa beban seberat itu sampai pos
III. Tetapi kenyataannya aku begitu kepayahan. Sehingga beberapa meter sekali
aku selalu menghentikan langkahku. Sungguh diluar dugaan.
Ada banyak hal yang tidak kita sadari, bahwa ada
pelajaran di setiap perjalanan
Pukul
17.40 sampailah kami di pos III dengan kondisi kaki ku kram. Berbeda dengan
Avy, dia masih energik dan kuat. Hingga tenda berdiri aku pun tak kuat
melangkahkan kakiku keluar. Karena setiap digerakkan pasti otot-ototnya
menegang dan sakit luar biasa. Beruntung sekali, kami membawa nasi bungkus dari
bawah. Sehingga begitu masuk tenda kami hanya memasak air hangat, makan nasi
bungkus lalu tidur. Hahahhahaa, pindah tidur doang ternyata. Rencana malam mau
curhat-curhat sambil menikmati taburan bintang gagal sudah :D
Kami
bangun pagi pukul 04.30. Setelah berdandan ala kadarnya (maklum perempuan) dan shalat
subuh kami pun segera keluar untuk menanti sunrise. Beruntung kami keluar
matahari belum muncul. Sehingga pagi itu kami bisa menikmati bongkahan matahari
terbit yang beradu dengan birunya langit memancarkan kehangatan pagi. Dan seperti
biasanya, jepretan kamera sana-sini deh. Bahkan kami sampai menuruni
bukit-bukit hanya untuk mencari tempat yang bagus untuk foto-foto. Untungnya kami
hanya berdua, coba berbanyak atau ada teman laki-laki, pasti udah direcokin
ulah kami yang maniak kamera ini. Hahahahhahahaa.
siluet fajar |
kenarsisan Avy :D |
kelakuan Moly :D |
merapi dari merbabu, cantik :) |
bluesky and edelweis |
Setelah
puas foto-foto kami menuju tenda dan masak-masak. Untuk pertama kalinya aku masak
nasi dan tidak gagal. Biasanya kalau masak nasi di gunung aku selalu gagal. Tapi
ini benar-benar jadi nasi cuy. Bukan jadi bubur atau nasi yang keras. Benar-benar
nasi. Hahahahaa. Sebagai pelengkap kami masak sayur soup untuk menemani nasi (yang
benar-benar nasi). Sungguh sarapan yang nikmat.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan? (QS. Ar-Rahman)
Setelah
sarapan kami segera packing. Pukul 09.15 kami mulai turun. Dan sungguh
menyebalkan jika mendaki di musim kemaru. Debunya itu lho. Setiap ada yang
turun pasti debunya bertebaran kemana-mana. Huh. Jadi sampai bawah kami dekil
sekali. Kayak habis perang. Itu sangkaan kami. Tapi orang yang ngeliat kami
pasti bilangnya kami masih bersih banget. Ya ampun ini muji atau nyindir. Mentang-mentang
kami hanya perempuan berdua apa, tegaaaa. Sampai basecamp pukul 12.00 dan
penuh orang. Setelah istirahat sebentar dan shalat dhuhur kami pun segera
beranjak meninggalkan basecamp.
Sungguh
petualangan yang menakjubkan buatku. Pengalaman yang tak bisa dibeli tapi mahal
harganya. Pertama, kami hanya berdua dan perempuan. Mematahkan segala asumsi
jika perempuan itu merepotkan. Tak selamanya naik gunung hanya manja-manjaan
saja. Kami bisa. Dan ini buktinya. Meskipun perjuangannya keras banget. Ngesot sana
sini bawa tas dengan beban berat hanya berdua.
Yang kedua, untuk aku pribadi adalah mengalahkan ego. Secara pribadi aku tipikal orang yang tidak suka dibeda-bedakan atau membeda-bedakan. Terlebih sesama perempuan. Aku menganggap semua orang sama, baik secara pengalaman atau pun kekuatan. Sehingga, dalam perjalanan ini aku menahan rasa ketidaksamaan itu. Contohnya dalam membawa barang. Dimana bebanku lebih berat dari yang Avy bawa.
Yang kedua, untuk aku pribadi adalah mengalahkan ego. Secara pribadi aku tipikal orang yang tidak suka dibeda-bedakan atau membeda-bedakan. Terlebih sesama perempuan. Aku menganggap semua orang sama, baik secara pengalaman atau pun kekuatan. Sehingga, dalam perjalanan ini aku menahan rasa ketidaksamaan itu. Contohnya dalam membawa barang. Dimana bebanku lebih berat dari yang Avy bawa.
Yang
ketiga adalah belajar sabar dan mengalahkan emosi. Beruntung sekali aku kuat
menahan sifat yang satu itu (emosi). Secara, Avy temanku ini tipikalnya hampir
sama denganku. Keras dan ketus. Lalu dia juga sering ragu-ragu dan mikir. Sehingga
akunya sering gemes sendiri. Tapi, kalau aku ngebales keras dan ketusnya bisa-bisa
bagai Tom and Jerry nih. Hahahaa. Tapi
dari dia aku belajar yang namanya sabar. Sehingga dalam perjalanan ini aku
melawan seluruh ego dan emosiku untuk bisa lebih sabar. Thanks Avy :*
Memang
benar kata mbak Agustin (guru yogaku), jika hubungan dua orang itu (baik
pertemanan atau pun pacaran) itu hal paling sulit dilakukan. Menyatukan dua
pikiran, dua sifat, dan dua hal yang berbeda itu bukan perkara yang mudah. Harus
benar-benar ada itikad untuk saling memahami dan mengerti. Tidak hanya satu
orang saja. Itulah yang namanya patner (bisa teman, sahabat, pacar, suami atau
istri). Bahkan kalau sudah taraf memahami yang tinggi, tanpa ucapan biasanya
sudah saling tahu apa yang dibutuhkan dan dirasakan patner kita tersebut. Intinya peka, memahami dan mengerti. Serta luruhkan
seluruh ego yang menguasai hati.
Terimakasih
Avy untuk petualangan 20 jam kemarin. Terimakasih Merbabu untuk segala hal luar
biasa yang dikirim Tuhan untukku. Semoga suatu saat aku bisa mengunjungimu
lagi. Muuaaahhhh :*
(=^.^=)
(=^.^=)
No comments:
Post a Comment