Mau nulis yang rada
serius nih. Serius nggak jelasnya tapi :D :D Jadi beberapa hari yang lalu aku
bukber (buka bersama) dengan beberapa teman kuliah. Disela-sela obrolan kami,
salah satu teman ada yang bilang “Alhamdulillah ya, puasa kali ini terasa mudah
banget, padahal kalau masih awal-awal biasanya berat” Terus teman yang lain
komentar “mungkin karena kita udah biasa puasa sunnah, jadi nggak kerasa
berat”.
Aku waktu itu cuma diem
aja. Karena jujur saja, puasaku di awal-awal kemarin berat banget rasanya.
Bahkan puasa pertama aku malah tidur seharian. Bukan, bukan karena aku nggak
tahan lapar. Tapi memang benar adanya, aku merasa berat puasa pertama kemarin.
Apa ada yang salah dengan puasaku?
Sebelum Ramadhan
menghampiri, aku telah meniatkan dengan baik jika bulan suci ini akan kembali
berjuang untuk memperjuangkan apa yang seharusnya di perjuangkan. Karena
harapanku di bulan suci ini pasti akan diberi kemudahan oleh-Nya.
Tapi rupanya, justru
ini menjadi tantangan tersendiri untukku. Puasa pertama yang tiba-tiba kangen
bapak. Di kejar-kejar deadline urusan
di kampus. Motor tiba-tiba rewel, bahkan pernah sampai ban motor belakang
meletus (bukan bocor, tapi MELETUS), nuntun kurang lebih 300m. Itu rasanya
lebih berat daripada sekedar menahan lapar.
Dari sini aku mencoba
mengerti, puasa itu tidak hanya sekedar menahan nafsu. Terlebih nafsu makan.
Kalau hanya sekedar menahan lapar semua orang juga bisa. Pengemis tu contohnya.
Pernah pas nonton Stand Up Comedy si Rigen (SUCI5) bilang “Buat anak kosan mah
puasa udah hal yang biasa. Udah nggak ada tantangannya. Nggak bulan puasa kita
juga udah puasa”.
Intinya, menahan lapar
itu sudah BIASA. Yang menjadi luar biasa adalah ketika kita bisa menjadi
manusia bijak dikala sedang lapar. Karena nggak semua orang bisa menjadi sabar,
ikhlas atau bisa menahan amarah ketika berada diposisi yang jauh dari nyaman. Puasa
Ramadhan adalah sekolahnya. Mengutip kata-kata Fahd Djibran “‘Jika kau merasa
puasa terlalu mudah bagimu, berarti ada yang salah dengan puasamu!’.
Remender
for me juga ini sebenarnya. Karena sampai saat ini esensi
dari puasa yang aku jalani hanya sebatas menahan lapar doang. Baru kali ini
nemu ujung untuk memaknai hakikat dari puasa itu sendiri. Nggak apa-apa
terlambat daripada tidak tahu sama sekali. Iya kan? (=^.^=)
No comments:
Post a Comment