Apa
sih belajar dari tokoh idola itu? Adalah semacam ngefans ke seseorang yang kita
sebut tokoh idola dan kita belajar dari kehidupannya. Jadi ngefans yang baik
gitu. Nggak cuma stalking aktivitas
hidupnya atau caper di sosial medianya.
Buat
aku ngefans itu adalah belajar.
Artinya, ketika aku ngefans sama seseorang aku pengen belajar dari dia. Baik
dari pengalaman baiknya atau buruknya. Karena
baik buruk seseorang itu relative, tergantung dari sisi mana kita melihat.
Aku
ngefans sama Marshanda. Dari jaman dia jadi Lala di sinetron Bidadari sampai
detik ini aku menulis. “Dia kan gila Da, habis cerai lepas jilbab, masak kayak
gitu kamu ngefans?”. Bodo amat itu kataku. Seperti yang aku bilang tadi, baik
buruk seseorang itu relative tergantung dari sisi mana kita melihat. Memang aku
nggak suka dia yang lepas jilbab, terlepas apapun alasannya. Tapi aku mengagumi
kegigihannya dalam mencapai karir, kreativitasnya, juga parenting dia ke Sienna
anaknya saat itu.
Dari
Caca (panggilan Marshanda) aku belajar tentang parenting. Buat aku yang belum
menikah dan masih ‘males’ belajar ilmu ke-rumah-tangga-an jadi tergugah untuk
belajar mengenai parenting. Aku bisa tahu tentang Maria Montessori, atau lebih
dikenal dengan metode Montessori. Metode pendidikan untuk anak-anak, yang
banyak dijadikan acuan parenting di sekolah dan juga para orang tua. Makasih
Ca, aku jadi belajar tentang parenting.
Terus
dari mana aku tahu semua itu? Dari twitter dan fanspage facebook-nya. Aihhhh,
ketauan banget ya aku hobi KEPO alias stalking sosial media orang. Ehehehehee.
Mungkin dalam hal ini KEPO itu menjadi baik adanya. Kita kepoin idola kita
terus kita gali tentang mereka. Serap ilmunya dan ambil yang baik-baik. Ngefans
juga nggak harus melulu menjadi manusia garis depan dalam mention twitter atau
ngomen sampah di instagramnya. Bahkan aku pribadi ngefans sama beberapa orang
belum tentu aku follow twitter atau instagramnya. Sekali lagi, buatku ngefans
adalah belajar.
Terus
beberapa hari yang lalu aku liat di instagram Anji (eks personil drive), dia
memposting sebuah gambar dengan tulisan seperti dibawah ini :
Dari
situ aku jadi kepikiran dengan banyak orang yang menjadi idolaku, mengapa
mereka bisa seperti itu, latarbelakang apa yang membuat mereka menjadi seperti
sekarang ini. Terus mereka punya tokoh idola seperti apakah yang bisa membentuk
karakter seperti itu dan lain sebagainya.
Ngomong-ngomong,
aku juga ngefans sama Anji lho. Sejak dia menyanyikan lagu ‘Bersama Bintang’ di
Drive. Suka kepoin kehidupan Anji. Dan salut sama Anji. Masih ingatkan kasus
Anji dengan Sheila Marcia. Dulu sempat marah dan sebel, bisa-bisanya Anji kayak
gitu. Terlepas dari itu semua, aku bisa melihat ada banyak sisi baik dari Anji.
Aku masih menikmati lagu-lagunya.
Jadi
inget, aku dulu pernah mencemooh temenku yang masih setia ngefans sama Ariel
Noah meskipun Ariel pernah berkasus sampai masuk penjara. “kenapa orang kayak
gitu kamu idolain sih?” kataku saat itu. Temenku jawab “sebenarnya dia itu
kreatif, pinter, suaranya bagus, cuma lagi salah jalan aja”. Sesimpel itu? dan
aku baru menemukan jawabannya setelah Anji mengeluarkan lagu’ Jerawat Rindu’.
Aku kembali suka kepo-kepo tentang Anji. Pengalaman hidupnya lah yang bisa
bikin Anji kayak sekarang. Terimakasih Anji pernah mengenalmu lewat pengalaman
hidupmu.
Selain
Marshanda dan Anji, aku juga ngefans sama komika. Ada Ernest Prakasa dengan
keluarganya yang lucu. Dari Koh Ernest secara tidak langsung jadi kenal
istrinya. Justru ini poitnya, aku malah lebih ngefans istrinya daripada Koh
Ernest sendiri. Hahahaha, maaf ya Koh.
Terus
ada Dzawin Nur Ikram. Kita sama Win, alumni pondok pesantren. Yang mana kalau
kita agak ‘kekiri’ dikit pasti pondok pesantrennya kebawa-bawa. Aku salut sama
Dzawin yang selalu percaya diri mengatakan bahwa dia lulusan pondok pesantren.
Karena nggak semua orang berani mengakui lulusan pondok lho. Contohnya ya aku
sendiri ini.
Aku
tahu Dzawin dari Indra Frimawan, juara tiganya SUCI 5 kemarin. Sering kepo-kepo
Indra jadi mengenal sosok Dzawin. Aku juga ngefans sama Indra. Gaya Stand Up-nya yang misterius bikin aku
penasaran. Dan taraaaa….. kami punya kesamaan. Sama-sama pernah menjadi orang
yang dianggap aneh dan berbeda. Dimana hal itu kadang bikin aku minder. Tapi
justru keanehan Indra membawa dia dalam panggung Stand Up. Sedangkan aku? Semoga ada keberuntungan dalam keanehanku.
Kalo kata Indra : Being normal is not
option. Kalau tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah yang paling beda.
Balik
lagi ke Dzawin, dari dia aku jadi tahu Pidi Baiq. Iya, Dzawin ngefans sama Pidi
Baiq. Katanya Pidi Baiq panutan Dzawin dalam berkarya. Langsung deh aku
kepo-kepo Pidi Baiq. Terus aku mendadak ngefans juga. Ampun deh, aku gampang
ngefans sama orang. Hahahaha. Serius nih, buku-bukunya Pidi Baiq emang seru.
Ringan tapi bermakna. Tapi maaf-maaf ya Om Pidi, belum kepo-kepo anda terlalu
jauh. Daftar per-kepoan-ku banyak, antri dulu ya. :D
Sebenernya
masih banyak tokoh idola yang ku jadikan tempat belajar. Bahkan dari yang telah
meninggal sekalipun. Seperti Rasulullah SAW dan bapakku. Aku bersyukur banget,
Allah mengirimkan semestanya untuk bisa mengenal mereka, belajar banyak hal
dari mereka. Meski hanya lewat sosial media, cerita atau pun dari buku. Semoga
manfaatnya menjadikan bekal mereka di akhirat kelak. Amiin…. (=^.^=)
*Terimakasih kalian, barisan para ilmu. Mari
kepo-kepo tokoh idolanya tokoh idola kita :p
No comments:
Post a Comment