Mbolang
kali ini ke Wonosobo. Haloohaaa Wonosooboohhh… ;) Cukup nekat juga sih
kepergian aku ke Wonosobo ini. Selain saat bulan puasa, tepatnya tanggal
Agustus 2011 (H-3 lebaran kalo nggak salah waktu itu), perjalanan menuju
kesananya pun seperti menantang bahaya banget, heuheuheu.
Mbolang
ini berawal dari aku yang pengen banget maen ke rumah Hasti –adek angkatan SMA
ku- sama pengen kuliner sego megono dan mie ongklok –puasa-puasa pikirannya
makan muluk ni aku- . Waktu itu Hasti baru dateng dari Bandung tanggal 25
Agustus 2011. Ntah kena bisikan apa, pas SMSan sama Hasti aku bilang aku pengen
maen kerumahnya, naik motor sendiri. Dan Hasti pun ngasih ancer-ancer
perjalanan dari Jogja-Wonosobo, lewat Temanggung. Karena aku masih nggak paham,
aku nyoba tanya sama adek angkatanku yang lainnya. Eeee malah sama dia dicariin
temen buat bareng ke Wonosobonya, karena temen dia orang Banjarnegara yang
masih deket sama Wonosobo, jadi disuruh barenglah sama aku.
Setelah
buka puasa, kami pun janjian ketemu. Setelah basa-basi kenalan, berangkatlah
kami menuju Wonosobo, tepatnya pukul 19.00 kami beranjak dari Jogja. Ternyata
kami tak melewati Temanggung, kami lewat Borobudur ke arah Magelang barat yang
nanti ketemu perbukitan dimana nanti langsung ketemu Wonosobo. Bahasa indahnya
adalah jalan pintas menuju Wonosobo melalui Magelang.
Aku
pun hanya nurut aja mau dilewatin mana, paling cuma ngapalin jalan biar besok
nggak nyasar kalo pulang ke Jogjanya. Daaannn, apa yang terjadi teman-teman,
memasuki perbukitan yang orang bilang Silento
–jalan pintas menuju Wonosobo- ternyata sepi banget. Jalanan terjal naik turun,
penerangan cahaya masih minim, jadi hanya motor kami saja yang merangkak melawati sepi tersebut.
Mana bukitnya lumayan serem, jadi kepikiran macem-macem kalo nanti dihadang
rampok bagaimana? Huhuhuhuhu, ah tapi inikan bulan puasa paling rampoknya pada
insaf dulu, pikirku saat itu. Sepi, gelap, hanya berdua ditengah suasana
mencekam. Pantesan aja dinamain Silento pasti dari kata-kata silent yang artinya diam, alias sepi
>.< kami mulai bernafas lega jika melewati rumah penduduk. Tapi
selebihnya hutan belantara nan gelap yang kami lewati.
Ketakutan akan
berubah menjadi keberanian jika kamu mau menghadapinya
Setelah
satu jam kami melewati Silento, akhirnya tibalah kami di Wonosobo.
Leeeggaaaaaa. Dan kami pun mulai tenang melanjutkan perjalanan menuju kota
Wonosobo. Sampai kota Wosobo, kira-kira pukul 21.00 kurang, jadi 2jam
perjalanan, cepet juga yaa. Karena janjianku dengan Hasti di alun-alun
Wonosobo, kami pun menunggu Hasti disana. Samapai sama, teman seperjalananku
sudah dijemput temannya. Dan apa yang dia katankan kepada kami “kalian ini
berdua nekat sekali, lewat Silento malem begini”. Kami berdua pun hanya
tersenyum kecut.
Udara
pun mulai meyeruak, dan Beeerrrrrrrrr dingin pun mulai menggerayangi kami. Ini
dinginnya semena-mena >.< pengen deh buru-buru masuk selimut. Oh Hastiii,
cepatlah kau dataaaaannnggg, kataku dalam hati saat kami menunggu Hasti.
Begitu
Hasti datang, kamipun berpisah, karena temen seperjalananku ini mau kerumah
temannya dulu. So, aku pun mengikuti Hasti menuju rumahnya. Wow, aku
gentayangan di kota orang bersama Dorada motorku tercinta, hehehehehe.
aku dan Dorada di Jalan Dieng |
Sampai
di rumah Hasti, aku pun disambut ramah oleh Abi dan Uminya. Ngobrol-ngobrol sebentar
kemudian masuk kamar dan tiduuuuurrrrrrr, hohohohohoo. Dinginnya semena-mena,
begitu ketemu kasur langsung deh rebahan dan menutup diri dengan selimut. Hasti
ketawa melihat tingkahku, kata dia ‘ini dinginnya belum seberapa Mbak’, aaaghhh
bagiku ini udah dingin.
Keesok
harinya, kami pun jalan-jalan di Wonosobo. Karena bulan puasa, jadi kami nggak
mau capek-capek, jadi hanya ke Telaga Menjer dan ngeliat kebun teh aja sambil
ngobrol-ngobrol. Di Telaga Menjer, kami pun naik perahu mengelilingi telaga, dengan
biaya Rp 10.000/orang. Mahal sih, soalnya hanya kami bertiga, kalo yang mau
naik banyak kata bapaknya bisa setengah dari harga itu. Karena pengen, yaudah
kami pun naik perahu dengan harga segitu, itung-itung sedekah buat bapaknya
dibulan puasa lah ya.
menatap bukit dari dalam perahu |
dipinggir telaga ^^v |
depan kantor PLTA |
Kuliner,
jelas takkan dilewati. Karena bulan puasa jadi harus pinter ngatur waktunya
nih. Jadi sore hari saat buka kami dipesankan Uminya Hasti mie ongklok
langganannya, hooreeeeee. Mie ongklok itu kayak mie ayam gitu, tapi kuahnya
lebih kental, terus ada satenya, sate sapi, mungkin bisa dibilang mie sapi,
hehehehee. Rasanya yummy, hmmmm jadi pengen nyobain lagi, Kemarin pernah
nyobain yang di Jogja tapi rasanya nggak senikmat di Wonosobo >.<
mie sapi alias mie ongklok |
buka bersama dengan mie ongklok Wonosobo :) |
sego megono Pekalongan |
sego megono WOnosobo |
No comments:
Post a Comment