Wonder woman atau cewek nekat ?? Mungkin
itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan aku saat itu. Saat aku ‘iseng’
berpergian melepas GALAU -hari gini masih galau ~ cih- di salah satu pantai di
Gunungkidul.
Saat itu, tepatnya hari Jum’at tanggal
12 April 2013, aku sedang dirundung galau –halah- yang berkepanjangan. Kalo
ditanya aku galau kenapa, aku jelas nggak bisa jawab -namanya galau mana ada
tahu sebabnya-. Tapi mungkin bisa jadi aku galau gara-gara mau ngadep dosen
tapi ditolak -maklum guys itu dosen galak banget :p-, nggak banget ya, galau
gara-gara ‘ditolak’ ngadep dosen, hahahaha. Tapi nggak juga, bisa jadi aku
galau gara-gara dicuekin temen –ciehhh-hahaha. Ah apapun alasannya, intinya,
hari itu aku lagi galau dan aku pengen melepas galauku ditempat yang indah,
yang saat itu aku berfikir adalah pantai.
Selepas dari kampus, kira-kira pukul
13.25, aku segera menyelesaikan urusan tulisanku untuk Bledug Mrapi. So, tepat
pukul 14.00 baru aku mulai perjalananku menuju salah satu pantai di
Gunungkidul, sendirian, inget guys SENDIRIAN. Dan pantai tujuanku adalah pantai
Pok Tunggal.
Kenapa Pok Tunggal? Karena aku belum
pernah. Jadi, sebelum berangkat, aku mencoba bertanya tentang pantai Pok
Tunggal dengan beberapa teman-temanku. Banyak yang mengatakan perjalanan dari
Jogja – Pok Tunggal kurang lebih 2-3 jam dan medannya susah. Tapi karena udah
pengen, sesusah apapun jalanin ajah –inimah nekat-
Pukul 15.00an aku sudah sampai kota
Wonosari, dan berhenti sebentar disebuah warung Mie Ayam untuk makan dan
menunggu hujan reda. Setelah reda –hujannya PHP bgt cuy- kira-kira pukul
15.35an aku segera melanjutkan perjalananku menuju pantai Pok Tunggal. Karena
aku nggak tahu posisi Pok Tunggal, so aku lewat daerah Tepus untuk menuju
pantai tersebut, jadi aku nggak nglewatin daerah Baron, Kukup dsb. Kira-kira
pukul 16.15an aku sudah sampai daerah Siung, dan aku tak menemukan arah menuju
pantai Pok Tunggal. Dimana gerangan wahai kau pantai Pok Tunggal??
Ternyata eh ternyata –setelah tanya sini
situ- pantai Pok Tunggal terletak setelah pantai Indrayanti. Yaahhh, salah
jalan deh L . Awalnya
mau langsung puter balik dari arah jalan Siung menuju pantai Pok Tunggal. Tapi
rugi juga kalo nggak nengok Siung, mumpung.
Akhirnya mampirlah aku ke Siung. Nggak lama-lama aku ke Siung, soalnya
udah pernah, cuma say hello aja
dengan pantai habis itu buru-buru melanjutkan ke Pok Tunggal karena saat itu
sudah pukul 16.50an.
Melajulah aku ke Pok Tunggal. Sayang,
alam tak bersahabat denganku kala itu, maka turunlah gerimis menemani
perjalanan kesendirianku. Terpaksa pake mantel biar nggak sakit. Dan 10 menit
kemudian sampailah aku pada jalan yang menunjukkan arah pantai Pok Tunggal.
Sempat berhenti sebentar, memastikan apakah aku bisa melewati jalanan itu. soalnya,
dilihat dari kejauhan, jalanan bebatuan itu sedikit becek dan naik turun.
Setelah melepas mantel –lagi-lagi digodain hujan PHP- aku lanjutkan perjalanan
itu. Awalnya sangsi, tapi mau gimana lagi, Pok Tunggal udah didepan mata cuy.
Dengan komat-kamit do’a, aku lewatilah
jalanan terjal berbatu yang sedikit becek dengan medan naik turun itu yang kalo
orang bilang off road. Wooowww,
fantastik guys, 15 menit aku berjuang sendirian melawan terjalnya bebatuan
hanya untuk menuju Pok Tunggal.
jalanan menuju pantai Pok Tunggal .___. |
Awalnya jalan setapak yang terlihat, tapi lama
kelamaaan -______-“ off road mulai
menantang. Pengen banget marahin temen-temenku yang sampai nggak ngasih tahu
jalanan Pok Tunggal yang sebegitu ekstrimnya. Tapi begitu sampai tujuan,
kira-kira pukul 17.15an, Subhanallah ini pantai masih bersih banget. Nggak
berhenti aku mengucap syukur bisa sampai ditempat yang indah ini. Bahkan aku
lupa kalau aku lagi galau.
Memang alam selalu menghadirkan
kebahagiaan tersendiri tanpa kita harus meminta, bahkan alampun menyambut ramah
ketika kita membutuhkannya. Ya, saat aku sampai Pok Tunggal lambat laun mendung
pun menghilang, tergantikan dengan semburat jingga sang matahari yang mulai
melaju keperadabannya. Bahkan ombak pun menari dengan lincah pelan-pelan. Sayang,
aku tak membawa kamera, hanya dengan HP imutku ini aku mengabadikan keindahan
itu –yang hasilnya luar biasa standarnya alias so bad :(
Asyiiikkknya menggalau sendirian :D |
Aku pun tak berlama-lama di Pok Tunggal. Setelah kenalan –modus minta dipotoin- sama mas-mas dari Jakarta yang lagi syuting dan ngobrol-ngobrol dengan penduduk setempat, pukul 18.30 aku memutuskan untuk segera meninggalkan Pok Tunggal. Oh sudah gelap ya ternyata –plaakkk..!- nggak nyadar banget akunya, sendirian ditempat sepi nggak segera pulang-pulang. Bahkan sama penduduk pantai aku disuruh nginep aja, tapi ya ogah lah ya aku nginep sendirian di tempat antah berantah itu. so, kuputuskan untuk segera meninggalkan Pok Tunggal, yang artinya aku akan ber- off road- ria lagi.
Lagi-lagi aku nggak tahu kalo dari Pok
Tunggal menuju jalan utama –jalanan aspal- itu nggak ada lampu. Dan bodohnya
aku nggak minta tolong penduduk pantai buat nganter aku sampe keluar Pok
Tunggal –begoooo-. Akhirnya, dengan bekal komat kamit do’a berangkatlah aku
melewati jalanan penuh tantangan itu, yang kali ini pake bonus gelap. Takut?
Jelas iya. Pengen nangis? Jelas banget. Tapi apakah ketakutan dan tangisanku
bakal bawa aku keluar dari tempat ini hidup-hidup?. So, disinilah tantangan aku
selanjutnya, apakah aku ini wonder woman atau cewek nekat.
Jalanan terjal pun aku lalui dalam gelap
dengan buliran keringat penuh tasbih dan takbir. Do’a segala macam aku
lantunkan dari mulut bawelku ini. Hanya berharap keajaiban pertolongan datang
menghampiriku. Tapi ternyata tidak –sedih-. Hingga di tengah perjalanan, aku
merasakan motorku ada yang nahan, sehingga aku hampir terjungkal. Oh Allah,
jangan kasih tantangan dari dunia lain dong, yang dari dunia ini aja udah
rumit, huks. Butuh hampir 1 menit aku menenangkan Dorada –nama motorku- dari
‘sesuatu’ yang menahannya. Kalo ditanya gimana perasaanku saat itu? pengen
nangis pake banget -.- dan akhirnya, berhasilah aku melaju kembali.
Begitu sampai jalan utama, kembali
bingung melanda. Aku mau lewat kanan yang berarti arah Tepus atau lewat kiri
yang berarti lewat Baron. Karena tadi berangkat lewat Tepus yaudah pulang lewat
Baron ajalah. Dan itu merupakan keputusan terbego. Kenapa? Karena dari Pok
Tunggal lewat Baron lebih jauh daripada lewat tepus untuk menuju Wonosari.
Selain itu, lewat Baron lebih sepi daripada lewat Tepus, karena Tepus masih
banyak rumah penduduk. Begoooooooooo >.< . Tips aja guys, kalo mau ke Pok
Tunggal cepetan lewat Tepus daripada lewat Baron.
Setiap kali melihat cahaya lampu
disepanjang pantai, hati ini terasa damai. Damai bukan karena melihat sesuatu
yang indah, tapi damai karena berarti disekitar itu ada orang -,- sapa tau guys
akunya tiba-tiba kenapa-kenapa, maklum sendirian. Akhirnya pukul 19.30 sampailah
sudah aku di kota Wonosari. Mampir pom bensin isi bensin plus ngejamak shalat.
Dan pukul 20.45an sampailah di kosan tercintah. Legaaaa banget rasanya.
Akhirnya keluar hidup-hidup dari tempat yang mencekam. Hiiiii
Kalo ditanya aku mau ngulangin kayak
gini lagi, aku bilang NGGAK MAU. Gilaaaaa, ini aja udah taruhan nyawa
>.< So, untuk teman-teman tercintah, jika dirimu galau jangan senekat
aku yahh. Emang ini pengalaman menarik. Menarik untuk ditakuti. Kalo pengen
galau sendirian cukup di pantai Depok, Parangtritis, Kuaru, Pandansari, atau
Pandansimo aja dehh, lebih aman. Soalnya aku juga biasa dateng sendirian
ketempat itu dan kalo bukan hari libur tempat itu juga nggak sepi-sepi banget.
So, silakan berapresiasi, aku ini wonder
woman atau cewek nekat?? :p :p
(=^.^=)Molmol
No comments:
Post a Comment