Kalimati dengan background Mahameru :) |
“dulu
bunda sering naik gunung?” tanyaku pada bunda sambil memperhatikan foto-foto di
album lama bunda.
“iya Nak, jaman bunda masih kuliah dulu,” jawab bunda sembari
membersihkan kardus-kardus berisi album lamanya. “kenapa bunda suka naik
gunung?” tanyaku kemudian. “bunda juga suka pantai ya, ini bawah lautkah bunda,
bunda suka ke hutan-hutan juga, ini bunda mainan perahu di sungai juga ya,”
berondongku berapi-api antusias melihat foto-foto bunda sebelum sempat bunda
menjawab. Beliau hanya tersenyum, sambil mengusap-usap kepalaku dan berkata
“karena bunda menyukai alam ini Nak, bunda mencintai alam, karena bunda
mencintai Allah,”. Aku terdiam sesaat mencoba memaknai perkataan bunda yang
kemudian ku lontarkan “maksud Bunda?”.
Bunda
diam beberapa saat, kemudian menjelaskan perkataannya dengan seksama. “alam
selalu menghadirkan keindahan bagi siapa yang memandang, baik itu pantai, laut,
hutan, gunung, air terjun dan masih banyak lagi. alam selalu memberikan keindahan
, memberikan ketentraman, dan juga memberikan kenyamanan. Lantas apa bunda
datang ketempat-tempat itu hanya untuk sekedar menikmatinya? Tidak Nak, lebih
dari itu. Dengan kita mendatangi alam, menikmati keindahannya, disitu kita juga
berkontribusi ikut serta merawatnya. Mengapa harus dijaga? Karena alam milik
generasi yang akan datang, dia dititipkan pada generasi bunda biar kamu besok bisa
tetap menikmatinya. Mengapa pula bunda bilang mencintai alam karena mencintai
Allah? Karena Allah lah pencipta alam itu Nak, karena Dia bunda menjaga
anugrah-Nya dan karena Dia bunda merawat
karya-Nya,”. Aku pun manggut-manggut paham. “jadi kita nggak boleh mengambil
apapun yang ada di alam ini bunda?”. “alam di ciptakan untuk manusia Nak, kalau
ada yang bermanfaat boleh kita ambil, tetapiiii…..,” bunda berhenti sejenak,
kemudian “…. Kita harus menggantinya agar tidak punah. Misalnya, pohon-pohon di
hutan, kita butuh untuk buat rumah, ya boleh di ambil, tetapi harus ditanam
lagi pohon baru biar pohonnya nggak habis. Terus mutiara di lautan, boleh saja
diambil, asal tiram dijaga dan dirawat agar tetap menghasilkan mutiara yang
indah lagi,”.
Bunda
pun bercerita, banyak sekali eksploitasi alam saat ini, mengambil kekayaan alam
besar-besaran tanpa mengadakan pergantian, tanpa adanya perawatan, tanpa adanya
adanya kasih sayang terhadap alam itu. Sehingga tak dapat dipungkiri, air laut
semakin lama semakin keruh, ekosistem dibawahnya lambat laun mulai tidak
seimbang. Pun begitu dengan gunung, pengundulan tak dapat dicegah dan kebakaran
hutan tak dapat dihindari. Jika alam marah, salah siapa? Tuhan yang
menakdirkan? Tidak. Semua kembali lagi kepada manusia yang tinggal di alam itu
sendiri. Bagaimana memberlakukan alam ini.
Jika
kita mencintai Tuhan kita, maka kita akan menghargai karya-Nya. Mencintai
Tuhan, berarti mencintai alam ciptaan-Nya. Dengan cara turut menjaga, merawat
dan memperbaikinya. Alam tak pernah meminta dirinya untuk dinikmati, dia hanya
butuh dipahami, begitu kata bunda. Dan bunda berharap aku kelak juga turut
memahami alam itu.
Alam
juga seperti manusia, kata bunda lagi, dia mempunyai kehidupan. Ada hal yang
disukai dan ada hal yang tidak disukainya. Bukankah manusia juga begitu? Bisa
jadi jika seseorang mengusik oranglain hal yang tidak disukai dia menjadi tersinggung.
Begitu juga alam, jika dia diusik hal-hal yang tidak disukainya wajar bukan
jika dia marah?.
Bunda
pun berharap, aku kelak tidak hanya sekedar sebagai penikmat alam saja. Tetapi
sebagai seorang agen perubahan yang mampu berkontribusi menjaga, merawat dan
memperbaiki alam. Dapat menjaga kesimbangan alam ini sebaik-baiknya, sehingga
kebermanfaatan alam tetap terjaga sampai akhir hayat kelak. Baiklah bunda, aku
akan mencintai alam sebagaimana mencintai Allah. (=^.^=)
No comments:
Post a Comment