“Kau
laki-laki dan aku perempuan, mengapa kita tak berjodoh?” ungkap Senja terhadap
Fajar dipenghujung malam.
|
Senja di Sumbing |
Fajar pun diam, menatap Senja dengan ekspresi yang
tak dapat ditafsirkan. “jawab Fajar.. jawab..!” paksa Senja sambil menangis
sesenggukan. Fajar pun masih diam tanpa bicara sepatah kata pun. Diam pun
menyelimuti mereka berdua. Hingga beberapa saat kemudian, barulah Fajar membuka
suaranya. “Apakah bagimu berjodoh adalah kita harus selalu bersama? Tidak
Senja, tidak seperti itu. Kebersamaan adalah tujuan kita, tetapi bukan berarti
kita harus selalu bersama. Seperti halnya senja dan fajar, senja selalu muncul
di sore hari dan fajar selalu muncul di pagi hari. Mereka mempunyai tugas
masing-masing. Dikala sore, cahaya fajar pun menghilang digantikan senja,
begitu pula ketika pagi menjelang, fajar pun muncul menggantikan Senja. Tetapi
mereka sama-sama cahaya bukan? Mereka memang terlihat tak selalu bersama,
mereka memang tak seirama, namun mereka saling melengkapi. Mereka selalu
bersama, setiap matahari mulai ditengah bumi menyinari jagad raya. Seperti
halnya kita Senja, meskipun kita tak seirama dan tak selalu bersama, namun kita
saling melengkapi”. Senja pun terdiam, dan perlahan Fajar pun pergi
meninggalkannya. Subuh pun tiba. Fajar mulai tampak bercahaya, membentang dijagad
raya.
|
Fajar di Merapi |
|
Senja di Pantai Depok |
|
Senja di Pantai Depok |
|
Fajar di Sindoro |
Jika
kamu tahu, seberkas cahaya matahari terindah adalah ketika fajar dan senja.
Itulah mengapa aku menyukai matahari. Aku menyukainya dari dia terbit sampai
dia terbenam. Mereka saling memberikan keindahan. Tak pernah fajar dan senja
berebut akan tugasnya, mereka saling melengkapi. Tak pernah mereka cemburu satu
sama lain, bahkan dengan bulan sekalipun, yang nantinya menutupi berkas-berkas
cahaya mereka. Itulah keindahan, itulah kebersamaan. (=^.^=)
No comments:
Post a Comment