“aku menyukai aroma tanah ini,
aroma tanah yang terkena tetesan hujan pertama,” kataku lantang pada Quee
sahabatku yang mengomentari tingkahku hari ini.
Ya, begitu hujan turun aku
segera bergegas keluar dan berdiri tegak di ujung teras dengan mata terpejam
dan tangan membentang seakan-akan menyilahkan tetesan hujan itu mengenai
sekujur tubuhku, kemudian cuping hidungku bergerak-gerak membaui aroma
tanah yang terkena tetesan hujan tersebut. “mengapa bisa kau menyukainya
Kiran?” tanya Quee. “entah, aku hanya tahu aku menyukainya,” jawabku mantap.
“kau menyukai sesuatu tanpa alasan Kiran,” protes Quee. “mengapa harus
beralasan? Haruskah rasa suka itu selalu mempunyai alasan? Bukannya rasa suka
yang dari hati itu justru jika tidak beralasan?”. “aku tak paham mkasudmu
Kiran..” tanya Quee lagi. “ketika kita menyukai sesuatu kadang kala kita
bingung mengapa kita bisa menyukai hal tersebut, tapi justru itulah suka dari
hati, karena kita menyukai sesuatu ikhlas dari hati, bukan paksaan dan bukan
karena ini itu. Kita benar-benar suka dan kita menikmatinya,” jelasku panjang
lebar. “apakah ini berlaku juga ketika kita menyukai seseorang Kiran?” tanya
Quee dengan mengerling nakal. “iya...” jawabku mantab sekali lagi. (=^.^=)
No comments:
Post a Comment