“Mau
ikut ke Merbabu nggak, besok tanggal 27-28 April 2013?” begitu isi pesan WhatsUpp yang aku terima dari adek
angkatan SMA, Dayat. Lama aku membalas isi pesan tersebut. Selain sedang sibuk,
juga karena mikir akan ikut atau tidak. “kita cuma camping aja kok, di camping
ground Merbabu, jadi nggak naik sampai puncak, nanti kumpul sama banyak
pendaki, ayo ikut biar nambah temen” tambah Dayat lagi sebelum aku membalasnya.
“emang itu acara apa sih Day?” balasku tanpa menjawab iya tidaknya ajakannya. “camping
aja, sama banyak pendaki, temannya temenku yang bikin acara. Gratis kok,”. Aku
pun terdiam, ku pandangi kalendar agendaku, tertera tanggal 27-28 April aku
diminta sekolahku menjadi fasilitator sebuah acara *sekolahku memang selalu
mengadakan acara yang melibatkan alumni-alumninya*
Camping
dengan banyak pendaki, sepertinya menarik, aku bisa belajar banyak dari mereka,
pikirku saat itu. Tapi amanah menjadi fasilitator yang sudah kusanggupi
jauh-jauh hari menjadikanku ragu untuk mengikuti acara yang ditawarkan Dayat.
Astaghfirullah. Aku takut menjadi orang yang tak amanah ini. Setelah berfikir
agak lama, aku menemukan solusinya, aku harus mencari pengganti untuk acara di
sekolahku. Artinya aku tak lari dari tanggung jawab, toh aku udah sering ikut
acara itu, sekali-kali kasih kesempatan ke teman-teman yang lain *ini mah
alasan aja* Akhirnya aku pun menghubungi teman-teman yang kosong dihari itu. Alhamdulillah
ada yang mau. Tapi dengan syarat aku tetap datang di acara sekolah untuk
sedikit membantu dan menerangkan beberapa hal yang harus dikerjakan
teman-temanku. Setelah kupastikan jadwal keberangkatan acara camping siang
hari, maka pagi hari aku dapat mengikuti beberapa agenda pagi di acara
sekolahku.
Amanah itu
janji. Janji harus ditepati. Jika kau tak sanggup menepati, bicarakan, jangan
lari dari tanggung jawabmu !!
Setelah
aku menyanggupi untuk ikut acara camping, Dayat pun mengajak kopdar dengan
teman-temannya di angkringan KR, Jalan Mangkubumi Yogyakarta. Disana aku
dipertemukan dengan teman-teman Dayat yang akan menjadi timku. Ada mbak Ranny
yang rame abis, ada mas Mameth yang heboh, dan ada Wahid yang pendiam. Kata
mbak Ranny nanti kita ada tujuh orang dalam tim, tetapi yang dua orang lagi
tidak bisa datang malam itu. Mbak Ranny juga menjelaskan, sebenarnya acara itu
adalah acara milad semacam sebuah organisasi pecinta alam milik keluarga
seseorang, terus yang diundang adalah kelompok-kelompok pendaki dari beberapa
daerah. Oh ada to kelompok pecinta alam selain mahasiswa gitu? Baru tahu.
*duuuhh Idaa, kemana aja sih lo baru tahu! *
Oke,
hari yang dinantikan pun tiba. Begitu adzan dhuhur selesai, aku pun segera
minta izin guru-guru panitia acara di sekolahku untuk pulang karena ada agenda
lain -maaf ya Bu, saya bohong, tapi saya pengen banget ikut acara itu, karena
saya yakin ada manfaatnya- Sesampai di kos aku pun segera mempersiapkan ini
itu. Nyunyuku, (nama) carrier ku -maaf ya Nyu, kalau kamu udah aku jual, hiks
hiks- pun telah penuh terisi. Hingga tanpa sadar HP pun berdering beberapa kali
dari nomor yang belum ada dalam daftar. Ketika ku angkat, ternyata dari Mbak
Ranny, dia menanyakan aku ada dimana. Duuh maaf ya mbak, kalau pada nungguin
aku. Baru siap-siap ini. Setelah beres aku pun menyusul ke tempat janjian
kumpul.
Setelah
bertemu semuanya, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Selo basecamp Merbabu.
Sesampai disana kami pun telah disambut
oleh panitia berseragam biru muda abu-abu. Dan seperti biasa aku menebarkan
senyum sana-sini, soalnya belum kenal, jadi cukup kasih senyum aja, mumpung
punya senyum manis, hihihihi :p
Kata
panitia, acara akan dimulai sehabis isya, jadi kami datang kurang lebih tiga
jam sebelum acara. Oleh panitia kami dipandu menuju camping ground yang
letaknya tak jauh basecamp Merbabu. Jadi kami tidak mendaki teman-teman, kami
camping, di lereng gunung Merbabu. Tapi meskipun di lereng, ternyata dinginnya
menggigit. Bbrrrrrr
Di
campingground kami pun segera mendirikan tenda, kemudian masak-masak dan
ngobrol-ngobrol. Ada kejadian menarik saat aku selesai shalat malam itu. Tiba-tiba
ada pacet bertengger di atas tas kecilku. Sontak ketika empuk-empuk aku pegang
aku teriak sembari membuang tasku. Oleh mas Mamet pacet dibuang dari tasku.
Semenjak kejadian itu aku jadi paranoid terhadap pacet. Setiap aku akan duduk
aku teliti dengan seksama, setiap aku mau makan aku perhatikan baik-baik
makananku, setiap aku pergi melangkah selalu melihat bawah, kanan, kiri untuk
berjaga-jaga siapa tahu ada pacet lewat. Sehingga malam itu resmi sudah namaku
berganti menjadi MISS PACET. Okee terimakasih *kibas bulu mata*
Malam
semakin larut, tapi kenapa acara belum dimulai-mulai ya. Aku jadi semakin tidak
tahu sebenarnya ini acara apa. Oh Tuhan, aku terkena taqlid buta, aku tak tahu
apa yang aku ikuti, aku tak tahu aku dimana dan sedang apa.. aaaaaakkkkkk
*hakdes, lebay ini mah :|
kuamati
backdrop yang terbentang didepan, tertulis besar-sesar :
TAJUK HARMONI KEAKRABAN
SENYUM, SALAM, SAPA, TADABUR ALAM
numpang narsis :p |
Bila
dilihat dari tulisan tersebut, acara ini semacam acara malam keakrabannya para
pendaki. Begitu acara akan dimulai kami dikumpulkan dalam tempat yang lapang
ditengah-tengah singgasana tenda bertengger. Meskipun telah disediakan terpal
untuk duduk, ternyata dingin tetap tak mau ditawar. Sehingga sembari menikmati
acara, sembari pula menikmati dingin. Untungnya panitia baik hati, kopi hangat
pun beredar di sekililing kami. Alhadulillah.
Acara
dimulai dengan pembukaan, sambutan-sambutan, serah terima baksos kepada
penduduk setempat, pengenalan Bani Saman dan Tempe –penyelenggara acara- , hiburan
dan nonton film.
Baksos?
Jadi acara ini ada baksosnya ya. Oh mungkin hanya panitia penyelenggara saja
yang melakukannya. Sehingga kesimpulan saya, acara hari ini adalah acara puncak
dari serangkaian acara yang diadakan Bani Saman dengan bantuan dari teman-teman
Tempe. Dan acara puncak mengundang kenalan-kenalan sekelompok pendaki yang
mengenal atau dikenal oleh Bani Saman ataupun Tempe *menurut aku sih*
Sekali
lagi, jika melihat tema dari acara tersebut sudah dipastikan acara ini untuk
keakraban bagi peserta yang mengikuti acara tersebut. Tapi untuk yang saling
mengenal saja. Bukan untuk orang yang kebingungan semacam aku yang masih belum
tahu apa-apa dan belum kenal siapa-siapa kecuali teman se-tim. Alhasil aku
menjadi sosok wartawati untuk tanya ini itu kepada mbak Ranny yang notabene
sudah hampir kenal dengan beberapa peserta di acara tersebut. Beruntung, mbak
Ranny yang cerewet sedikit membantuku untuk mengenali beberapa panitia yang
mungkin setelah acara selesai aku pasti lupa lagi *karena tidak ada interaksi
intensif yang membuat kita mengenal seseorang*
Tahu belum tenta
kenal. Kenal sudah pasti tahu. Jika kau ingin mengenal dan dikenal, minimal
jabatlah tangan dan ucapkan sepatah kata pada seseorang agar memori merekam
semuanya.
Mungkin
aku masih berfikir ala ‘mahasiswa’ jika konsep acara keakraban akan ada sesi
perkenalan. Baik dari panitia ataupun peserta. Entah dengan konsep permainan
atau hiburan atau hanya perkenalan didepan yang bisa cukup diwakilkan karena
peserta banyak -250 orang men pesertanya-
Ya, itu hanya dalam pikiran sempitku. Mungkin saja memang panitia
mengkonsepkan acara ini untuk peserta supaya aktif berkenalan sendiri. Sehingga
memang tidak ada konsep untuk acara kenal-kenalan ala pikiran ‘mahasiswa’ ku
itu.
Keesok
harinya peserta di minta untuk berkumpul lagi di tengah-tengah tenda. Panitia
mengadakan games untuk memperakrab
peserta -usaha yang bagus- Akan tetapi tidak semua peserta turut meramaikan
acara tersebut. Lebih banyak yang menonton daripada yang turut serta. Termasuk
aku yang lebih suka jadi penonton. Mengapa demikian? Karena panitia tidak
mewajibkan, yang kedua karena aku tidak punya keberanian untuk ikut serta.
Hahhaa konyol banget yaa, bukan aku banget. Tetapi memang itu yang kurasanan,
asing. Mungkin karena memang ini pertama kalinya aku mengenal kelompok pendaki
yang sebenarnya. Sedangkan aku? Hanyalah penikmat alam tanpa ikatan dengan
kelompok apapun atau manapun. Ini masih asing buatku. Dan ternyata panitia
tidak memfasilitasi untuk peserta asing sepertiku. Hahaha iyalah, palingan cuma
aku peserta yang nyasar yang nggak tahu apa-apa.
tuukann, dari 250 peserta yang ikut games cuma segini... |
aku cukup narsis aja, daripada bengong kayak sapi ompong :p |
Diakhir
acara kami diberi ‘oleh-oleh’ kaus bertuliskan Bani Saman 1936, kalender dan
stiker. Oleh-oleh yang manis bukan? Tapi tak semanis acara yang aku ikuti ini. Karena
tujuanku untuk bisa mendapat teman untuk bertukar cerita tidak sesuai yang aku
harapkan. Tetapi ada yang sebuah nasihat yang aku dapatkan dari seseorang yang
sudah ‘sepuh’ usianya tapi masih punya jiwa dan semangat muda “tidak ada pensiunan pencinta alam, adanya seumur
hidup menikmati alam”. Terimakasih pak Tua untuk obrolan dan nasihatnya :)
hanya ini yang aku dapatkan diacara tersebut, selebihnya aku hanya terdiam
dalam ketidaktahuanku -,-
bahkan aku foto ini cuma mbak Ranny yang aku tahu -___-" sumber : Bani Saman |
where i am? hohoho Sumber : Bani Saman |
So,
tindakan selanjutnya aku harus tahu apa itu Tempe dan Bani Saman. Jangan sampai
aku terdiam dalam ketidak tahuanku. Nah, ini ceritaku, apa ceritamu? (=^.^=)
No comments:
Post a Comment