Puncak
Merapi belum tergapai. Yupz, ketika melakukan tiktok ke Merapi beberapa bulan
yang lalu, kami terkena badai dan hujan sehingga menghambat untuk melanjutkan
perjalanan kami ke puncak. Padahal saat itu tepi kawah sudah berada 100m
didepan kami. Tetapi karena kabut yang gelap, kami tidak berani mengambil
resiko untuk melongok sejenak melihat kawah. Takut-takut salah pijak malah jadi
santapan lezat lahar nan panas itu. So, keinginan mengunjungi Merapi masih
menjadi keinginan terkuat.
Dua
minggu setelah pendakian Sindoro (yang gagal muncak juga karena lagi ‘berhalangan’) Dimas
( kakak angkatan di kampus) kembali mengajakku muncak ke Merapi lagi (yupz,
merapi #1 waktu itu juga sama Dimas). Awalnya aku nolak, karena aku yakin
banget tanggal yang ditentukan itu (09 Maret 2013, satu bulan pas dari
pendakian Sindoro) mendekati atau bahkan tanggal aku mendapatkan “tamu agung”
alias “haid”. Aku nggak mau kayak di Sindoro waktu itu. Gagal muncak karena
takut nggak kuat. Tapi aku berfikir ulang, bukannya aku masih kuat ya waktu
itu, aku nggak muncak karena takut nggak kuat aja kan. Setelah dibujuk-bujuk
oleh Avy sahabat dekatku di kampus, karena dia pengen banget naik gunung,
akhirnya luluh sudah aku dan memutuskan untuk ikut. Demi kamu lho Vy :3
Manusia pada
dasarnya mempertahankan rasa takutnya daripada rasa inginnya. Padahal belum
tentu apa yang ditakutkan itu terjadi. Maka jika kamu ingin sukses, lawan
ketakutanmu itu!
Akhirnya,
hari Sabtu 09 Maret 2013 kami melakukan pendakian ke Merapi. Rencana awal kami
berdelapan orang. Tapi ketika kumpul di kos teman ternyata hanya enam orang
yang ikut. Mas Reksa dan Ayu (teman mendaki Sindoro) batal. Akhirnya hanya aku,
Avy, Dimas, Ardi (teman Ayu dan adek se almamater SMA ku), Andank (teman
mendaki di Lawu) serta Afif teman Dimas dan Andank. Karena Avy baru pertama
kali muncak, maka kami putuskan untuk ngecamp di Merapi, sembari menikmati alam
dengan nyaman.
Kami
sampai basecamp Merapi di New Selo kurang lebih pukul 14.00an. sampai di
basecamp waktu itu kami langsung di sambut dengan guyuran hujan. Sembari
menanti hujan reda, kami menikmati teh hangat dan semangkuk mie untuk menambah
energi di pendakian. Hmmmm Nikmat Tuhan
yang manakah yang kamu dustakan?. Ternyata hingga waktu ashar lewat hujan
pun tak kunjung reda. Maka dari itu, jika masih hujan, mau tak mau pukul 16.00
harus sudah mulai nanjak.
Perkara
dimulai. Aku melupakan satu hal ketika lagi haid, yaitu kontrol emosi. Sehingga
sebelum berangkat nanjak, aku sudah “diusik” oleh teman-teman sehingga membuat kondisiku
tidak nyaman. Alhasil ketika mulai meninggalkan basecamp aku masih njegadul (kayaknya bahasa Indonesianya
cemberut deh :D ). Emosiku tiba-tiba labil, sehingga mudah sekali emosi dan
tersinggung. Akbibatnya sepanjang perjalanan aku cemberut dan diam. Sampai
teman-teman pun pada nggak berani ngerbercandain aku lagi. tapi mereka paham
dengan kondisi aku yang lagi ‘dapet’ sehingga mereka pun berusaha mencairkan
suasana dengan menenangkan aku. Baru mulai bisa mencair kembali setelah melalui
ladang penduduk. Oh men, emosiku labil, maaf ya teman-teman membuat perjalanan
awal jadi tidak nyaman -____________-“
Aku
nggak akan menceritakan detail perjalanannya, karena jalur pendakian yang kami
lalui pernah aku ceritakan di Merapi Tiktok Tiktok. Ketika sampai pos satu,
tetiba aku merasakan menggigil dan nyeri yang luar biasa pada perut (duuh,
kenapa sama kejadian kayak di Sindoro waktu itu -,- ). Tapi aku yakin jika aku
masih kuat melanjutkan perjalanan. Setelah istirahat sejenak kami pun
melanjutkan perjalanan. Dan karena Avy merasa kasihan kepadaku (dia merasa
bersalah mungkin sudah membujuk-bujuk aku buat ikutan) dengan baik hati dia
membawakan carrierku. Sebab dia hanya
bawa tas ransel kecil berisi makanan dan baju ganti.
Pukul
21.00 lebih kami sampai di Watu Gajah. Karena mereka takut aku kenapa-kenapa
dan saat itu angina juga mulai kencang, maka diputuskan untuk ngecamp di Watu Gajah ini. Rupanya malam
ini lumayan banyak pendaki yang mengunjungi merapi ini. Sehingga kami pun harus
mencari-cari tempat yang nyaman untuk mendirikan tenda. Setelah menemukan
tempat yang pas, tenda segera berdiri. Harusnya kami mendirikan dua tenda, tapi
karena tempat sempit dan merasa satu tenda cukup untuk kami berenam, maka satu
tenda yang kami dirikan. Padahal tenda tersebut hanya berkapasitas untuk empat orang.
Hadeeeuhhh -,-
Malam
semakin larut. Suara angin dan gemerisik pepohonan berpadu dengan rintik hujan
berirama merdu memadukan suasana malam. Hmmm, sungguh kenikmatan luar biasa
bisa menikati malam yang indah dalam tenda di tengah hutan. Sembari makan
malam, kamipun bermain “A B C lima dasar”, permainan jaman SD yang dapat
membantu kecerdasan serta keakraban. Permainan dilakukan dengan cara kita
mengulurkan jari kita, terserah mau berapa jari yang kita ulurkan. Kemudian,
salah satu dari kami menghitung jari dengan huruf, bukan dengan angka. Karena tema
yang kami sepakati adalah menyebutkan nama hewan berkaki empat, maka kami harus
menyebutkan nama hewan dari huruf yang jatuh dalam hitungan terakhir. Misal
yang jatuh huruf “S” maka bisa kita menyebutkan sapi, singa dsb. Hal ini membuat
kami harus berfikir keras mencari nama-nama hewan tersebut. Karena kalau tidak
bisa menyebutkan hukumannya harus menggombal dengan tema yang ditentukan,
hahahaha permainan yang menarik bukan. Dan aku mendapat hukuman dua kali,
disuruh nggombal tentang kacamata dan rumput, hihihi. Semua mendapat kesempatan
dihukum, tapi yang paling parah jelas
Dimas, dia mendapat hukuman berkali-kali. Hahahha kasian deh lu Dim :p
Pagi
hari nan indah disambut mentari. Kicauan burung mulai bernyanyi memberikan
nuansa pagi yang syahdu. Angin yang mengalir lembut turut mewarnai nuansa pagi
itu. Sarapan pun berasa nikmat mendapatkan suguhan sun rise yang indah seperti telur ceplok.
Setelah mempersiapkan
beberapa hal untuk muncak, kami pun melanjutkan muncak, kira-kira pukul 06.00
lebih kami meninggalkan tenda dan barang-barang lainnya. Harus bisa sampai
puncak ini. Harus, kataku dalam hati. Sambil
menikmati perjalanan, tak lupa foto-foto menjadi penyemangat kami. Seakan lupa
kalau aku lagi haid. Nyerinya ilang, yeyy..
Background gunung Merbabu |
narsis dibawah langit biruu, uwwooo |
yeaaahh, this is my tim :) |
puncaknya uda keliataannn :* |
Lagi-lagi
pasir menuju puncak menjadi tantangan terberat dalam pendakian ini. Maju
selangkah, mundul dua langkah. Aaakkkk kapan sampainya -,- tapi aku harus bisa,
harus sampai puncak. Akhirnya dengan mengerahkan seluruh energi yang ada (lebay
ini mah) kurang lebih pukul 08.00 sampailah di puncak, ditepi kawah yang dulu
aku liat sekilas sebelum memutuskan untuk turun. Akhirnya, Alhamdulillah, sujud
syukur deh.
merah putih di puncak Merapi :* |
narsis again with tim, yeaahhh |
poto ditepi kawah, sayang kawahnya ketutup kabut :( |
Kurang
lebih 45 menit kami di puncak tiba-tiba mas Reksa muncul. Ealah, ternyata dia
nyusul coba. Katanya dia berangkat dari basecamp
jam 06.00kurang, dan dia sampai puncak pukul 09.00 kurang. Keren banget, ranger broo hahahaha. Baru
kami asyik berfoto-foto dan menikmati cemilan di tepi kawah. Tiba-tiba dari
arah kawah terdengar bunyi dentuman yang lumayan keras dengan sedikit getaran.
Huaaaaaaa, merapi jangan marah dong. Degdegan sudah kami dibuatnya. Bahkan Andank
langsung buru-buru turun. Dimas pun segera mengomando kami untuk segera turun. Sepertinya
itu kode untuk kami segera turun deh, hohohoho.
Pukul 09.00 kami pun turun
menuju tempat ngecamp kami. Seperti saat
Merapi Tiktok beberapa bulan yang lalu, menuruni puncak merapi adalah
kesenanganku. Sebab aku bisa berseluncur dengan nikmat seperti bermain ski di
salju-salju. Hihihihi,
Kurang
lebih pukul 10.30an kami sampai Watu Gajah lagi. Sampai tempat ngecamp kami pun menjemur beberapa perlatan
yang basah karena hujan semalam sambil memasak untuk makan siang kami sebagai
energi turun kebawah. Begitu tengah hari lebih kami mulai perjalanan untuk
turun. Karena cuaca sedikit mendung, maka tidak terlalu panas. Jadi perjalanan
begitu nikmat dan menyenangkan. Di perjalanan kami bertemu dengan beberapa
pendaki lain yang mau naik, padahal waktu itu hari Minggu lho, ternyata mereka
sedang mengikut pendakian masal 1000 pendaki. Waoww, goodluck semuanya deh. Biar nggak tumbukan dengan pendaki lain,
setelah pos dua kami turun melalui jalur kartini. Jalur ini berbeda dengan
jalur regular yang biasa dilewati para pendaki. Jalur ini jalanannya tanah
bukan bebatuan seperti jalur regular. Nanti jalur ini berakhir sampai di pos
satu. dari pos satu kami melewati jalur regular. Setelah berjalan terus, sampailah
di basecamp, kemudian istirahat
sebentar dan lanjut pulang ke Jogja.
Okey,
see you merapi. Terimakasih Allah, terimakasih merapi, terimakasih untuk
kesempatan sampai puncak dan dentuman kecilnya. Saya bahagia sekali. (=^.^=)
No comments:
Post a Comment