Bagaimana kelanjutan cerita merbabu seruu???? Monggo:)
Sabtu 30 Maret
2013
“sesuatu yang ada dihatiku, sesuatu yang ada
dibenakku…..” lagu sesuatunya Syahrini meraung-raung manja dari HP ku,
pukul 04.00. Hoooaaamm, masih ngantuk. Sebentar-sebentar, ini pukul 04.00?
yaaahhh, nggak sunrise di puncak *kecewa* setelah nyawa terkumpul kurang lebih
pukul 05.00 aku pun keluar tenda. Kubangunkan Avy dan Ayu yang setenda denganku
untuk keluar shalat subuh. Dan hanya Avy yang bangun.
Subuh
beralaskan matras di atas rumput-rumput yang basah serta dingin yang menggila membuatku
semangat untuk segera shalat. Moment yang jarang terjadi bisa diberi kesempatan
berdo’a di hadapan-Nya dalam kondisi seperti ini. Saat itu Ulya telah bangun
juga, sehingga kami bertiga pun jamaah bersama. Ingin menangis rasanya ketika
kulantunkan ayat-ayat-Nya dalam sujudku ini. Subhanallah..
Pagi
ini kunikmati sunrise dibukit depan tempat kami ngecamp. Begitu sampai atas
tampak semburat matahari muncul dari peraduannya. Tampak gagah pula merapi
didepan sana. Ini sungguh pagi yang indah. Tak henti-hentinya selalu
kupanjatkan syukur pada Allah atas nikmat yang telah diberikan ini.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan? (QS. Ar-Rahman)
Pukul
09.00 kami mulai perjalanan ke puncak. Karena mas Adib dan Icha sudah pernah muncak,
mereka enggan untuk ikut naik. Pada saat kami akan naik, tiba-tiba Adi sakit
perut, sehingga dia tidak ikut muncak juga. Akhirnya hanya kami bersepuluh yang
muncak. Dari pos III kami mulai menapaki bukit-bukit Merbabu yang akan membawa
kami ke Sabana satu. Tiba di Sabana I kami mampir untuk foto-foto. Sabana
ini tak lebih luas dari pos III, akan tetapi memiliki daya tarik tersendiri
karena masih terdapat rumput-rumput nan hijau dan segar. Setelah istirahat
beberapa menit kami lanjutkan perjalanan menuju sabana II. Sabana II lebih luas daripada sabana I. Setelah sabana II
kami harus melintasi padang edelweiss yang waktu itu belum mekar untuk menuju
puncak.
Sabana I atau pos IV |
mejeng di Sabana I |
istirahat sejenak di atas padang edelweis |
sampai puncak nggak nahan buat narsis :D |
our tim in triangulasi summit. masih kalem |
mulai bergaya |
Saat
turun kami terbagi menjadi dua rombongan. Aku, Udin, Avy, Ayu, dan Fahmi turun
dengan cepat, supaya sampai pos III tidak kehujanan. Sedangkan Sammy, Ronny,
Galih, Ulya dan Nurin turun dengan santai, seakan pasrah jika hujan bakal
turun. Rombongan pertama sampai pos tiga pada pukul 16.00, setelah ngaso dan
makan kami pun segera menjamak dhuhur dan ashar. Beberapa menit kemudian, hujan
pun turun dengan derasnya. Nggak main-main, ini begitu deras dengan petir
menyambar-nyambar. Disaat hujan turun terlihat Galih berlari menuju tenda. Tapi
kenapa hanya sendiri, ternyata yang lain masih dibelakang.
Hujan
turun nggak main-main. Derasnya sampai membuat tenda kami kemasukan air. Sontak
aku teringat, jika mantel semua ada di tas yang dibawa Fahmi. Kemudian bekal
ada di tas yang udah dibawa Galih. Lantas, bagaimana dengan rombongan belakang?
Mungkinkah mereka menemukan cara untuk berteduh, mungkinkah mereka menumpang
ditenda orang lain? Bagaimana jika mereka kehausan? Oh Allah, lindungilah
teman-temanku, do’aku dalam hati sembari pelukan dengan Avy di tenda. Dingin,
dan suara hujan pun masih terus menyayat-nyayat :|
Maghrib
lewat, mereka pun belum sampai pos III. Khawatir mulai merayapi hatiku. Kenapa
disaat aku menjadi EO pendakian harus begini? Aku merasa aku menjadi sosok
bodoh saat itu juga. Merasa beban tanggung jawab begitu amat berat. Ingin rasanya
menangis, tapi aku nggak mau selemah itu. Hanya do’a yang bisa menenangkanku
saat itu. hingga pukul 19.00 lebih akhirnya mereka sampai di pos tiga.
Alhamdulillah
Seharusnya
malam ini dalam rencana kami sudah dalam perjalanan ke Jogja. Tapi malah
terjebak hujan yang amat lebat di pos III Merbabu. Hujan seakan tak mau di
negoisasi, masih saja deras. Hingga kami terkantuk-kantuk di tenda. Tapi tetap
saja tidak bisa tidur, tenda basah, kami hanya puas meringkuk dalam tempat yang
kering. Alam seakan menguji nyali dan kesabaran kami.
Jika perjalananmu meleset dari rencana, maka
. jangan panik dan tetap tenang
. berfikir untuk mencari solusi
. dan segera bertindak
Ketika
hujan mulai reda, mas Adib tiba-tiba bersuara dari arah tenda seberang “apa
yang harus kita lakukan? Mol?” teriak dia sembari memanggil namaku. Tenang Mol,
tenang, begitu kataku. “kalau seandainya pulang malam ini memungkinkan nggak?”
tanyaku pelan-pelan. “kalau terang memungkinkan, tapi kita sampai basecamp
pagi-pagi buta” jawab mas Adib. Akhirnya setelah diskusi, suara terbanyak
adalah pulang. Karena jika dipaksakan bermalam di tenda kami bakal tidur
kedinginan, karena tenda basah luar dalam. Toh alam sepertinya mulai bersahabat
kembali. Hujan reda begitu dratis memunculkan beberapa bintang-bintang. Ya,
jika bintang muncul pertanda malam itu takkan turun hujan.
Alam selalu menunjukkan tanda-tandanya untuk jalan
kehidupan manusia
Akhirnya,
setelah benar-benar reda kami pun beres-beres. Pukul 23.00 tepat kami pun
segera meninggalkan pos tiga dengan semangat. Lagi-lagi ditengah perjalanan
kami terbagi menjadi dua rombongan. Rombongan depan ada aku, mas Adib, Adi,
Icha, Ayu, Avy, Udin, dan Sammy. Sedangkan rombongan belakang ada Galih, Fahmi,
Ronny, Ulya, dan Nurin. Pukul 03.00 tepat rombongan depan sampai di basecamp. Sampai
sana kami langsung tertidur. Pagi hari pukul 05.00 kami bangun subuh dan
siap-siap untuk perjalanan ke Jogja.
Ohya,
karena pendakian ini terjadi hal-hal diluar rencana –rencana awal Sabtu malam
sudah di Jogja- orang tuaku hampir saja menelefon tim SAR. Akan tetapi mereka
masih meredam hingga hari Minggu, jika hari Minggu aku nggak balik juga katanya
udah nyiapin polisi dan tim SAR. Haduuuhhh Pak, Buk, sebegitunyaa, jadi
terharuuu :* Alhamdulillah anakmu yang manis ini selamat dan sehat kok, hanya
terkendala waktu diluar rencana aja. Tapi ini pengalaman berarti lho, aku bisa
banyak belajar dari beberapa kesalahan akan pendakian yang diluar rencana ini.
Merbabu
seru dan penuh haru. Dari awal perjalanan hingga pulang sampai tujuan selalu
ada makna bercerita. Sungguh pengalaman menjadi EO yang luar biasa ini. Dikasih
kesempatan untuk dapat berkoordinir dengan teman-teman dalam menjalankan
petualangan. Terimakasih teman-teman pendakian merbabu pertamaku, kalian luar
biasa, memberiku banyak hal untuk banyak belajar. Jangan kapok mendaki bareng
aku yang ribet ini yaaaa :p
*edisi
kangen sama teman-teman PANTI SINGLE ELEGAN, sebuah panti tempat anak-anak yang
(sok ngaku) masih single, hehehehehehe, miss you
Whoa! Sangat mengesankan ya, hehe. Terima kasih atas sharing-nya btw ^-^
ReplyDeletesama2 mbak :)
Delete