Senja
tadi, ketika kami sekeluarga sedang (akan) berbuka tiba-tiba pintu belakang
rumah terketuk keras. Saat itu, ibu baru saja akan berdo’a dan membatalkan
puasa. Sebenarnya kami ingin sekali tidak membukakan pintu. Akan tetapi,
sepertinya si’tamu’ mengetuk pintu semakin keras. Alhasil, ibu langsung menuju
pintu untuk menemui si tamu tersebut.
Dulu,
ketika bapak masih ada apabila masuk waktu shalat (mahgrib atau isya’) apabila
ada tamu yang datang, beliau tidak akan membukakan pintu atau pun menemuinya. Pernah
suatu ketika ada tamu datang tepat adzan isya’ dirumah kami, oleh bapak si tamu
langsung ditinggal ke masjid tanpa di persilakan masuk rumah dulu. Tamu baru
ditemuin setelah bapak pulang dari masjid.
Kejam,
begitu saat itu aku bilang ke bapak. Kalau itu tamu penting gimana, kataku saat
itu. Bapak hanya menjawab dengan senyum dan bilang “Kalau memang
butuh bapak pasti dia mau nunggu, sekalian biar si tamu paham kalau bertamu
bukan disaat jam shalat, karena nggak menghargai waktu shalat namanya”. Dan nggak sekali bapak
memberlakukan tamu yang datang disaat adzan seperti itu. Hingga pada akhirnya
tamu-tamu paham, jika ingin bertemu bapak bukan disaat jam shalat.
Sepele
memang. Sebab bertamu memang tidak ada aturan tertulisnya. Akan tetapi, sudah
disepakati secara umum jika bertamu juga memiliki aturan-aturan. Dimana aturan
bertamu dapat dipahami sebagai etika bermasyarakat. Tidak ada hukuman jika
melanggar. Akan tetapi jika diabaikan konsekuensinya adalah mendapat predikat
sebagai pribadi yang buruk. Dan itu yang bapak selalu ajarkan kepada kami. Jangan menerima
tamu disaat adzan.
Akan
tetapi ternyata senja tadi kami tak kuasa untuk tidak membukakan pintu. Sungguh,
betapa kesalnya aku dan ibuku yang tidak bisa setegas bapak. Harusnya kami
tetep kekeuh untuk tidak membukakan
pintu. Secara tamu mengetuk pintu disaat adzan maghrib berkumandang. Dimana waktu
maghrib di bulan Ramadhan ini adalah waktu berbuka puasa. Sehingga jika kami ‘kejam’
untuk tidak membukakan pintu, si tamu paham. Tapi sekali lagi, kami tidak
kuasa. Astaghfirullah. Semoga ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk kami
sekeluarga, untuk selalu menghargai waktu ibadah. (=^.^=)
No comments:
Post a Comment