Kemarin
siang untuk mengisi waktu luang, aku berkunjung ke Perpustakaan Daerah
(Perpusda) Bantul. Seperti biasa, tempat favorit saya nongkrong di Perpusda
atau pun Perpus Kota (Perpustakaan Kota Yogyakarta) adalah bagian untuk
anak-anak. Tidak hanya karena tempatnya berkarpet dengan gambar-gambar lucu,
tapi euforia yang dirasakan sungguh
membuat aku senang. Meskipun celotehan anak-anak kerap mengganggu konsentrasi
membacaku.
Hal
yang menarik di bagian anak-anak menurutku adalah fenomena yang terjadi
diruangan tersebut. Ada anak-anak yang sedang belajar membaca, ada anak-anak
yang sibuk mencari buku yang disukainya, ada ibu-ibu yang membacakan bacaan ke
anaknya, ada ibu-ibu yang sedang mengajari anaknya membaca, dsb. Dimana
aktivitas itu membuatku merasa ingin jadi guru PAUD atau TK. Hahahaha. Nggak
nyambung banget ya.. :p
Tapi
serius lho. Aku untuk soal anak sangatlah peduli dan detail banget. Bahkan
bacaanku pun tak jauh dari kehamilan dan kelahiran, psikologi anak, parenting, dan bacaan lain yang erat
kaitannya dengan pertumbuhan anak. Sehingga ada celetukan dari seorang teman
yang bilang ke aku “pantas ya, kamu tu lebih sabar ngadepin anak daripada pacar
atau cowok, bacaanmu kayak gitu”. Hahahahhahaa. Ketawa aja lah :D :D
Namanya
juga suka. Mau bagaimana lagi. Dunia anak-anak itu mengasyikan. Selain bisa
nostalgia masa kecil juga bisa belajar lagi. Dimana manfaatnya bisa untuk diajarkan
pada generasi masa depan kelak. Bacaan anak-anak juga banyak pesan-pesan baik
yang kadang telah kita lupakan. Seperti menghargai sesama, kejujuran, kesopanan
dll. Dimana ajaran-ajaran tersebut tidak ada dalam mata pelajaran atau mata
kuliah di instansi pendidikan manapun.
Kadang
gemes banget kalau ngedapatin anak-anak yang lebih doyan maen game daripada baca buku. Lebih doyan
nongkrongin tivi daripada nongkrongin perpustakaan. Pengen banget teriak “Tu
lho dek, ada banyak buku bacaan bagus”. Aku masih ingat banget saat SD,
perpustakaan di SD ku yang bejibun bukunya jarang ada yang masuk. Paling hanya
satu-dua murid, termasuk aku. Dan sekarang, dengan teknologi yang semakin
canggih, semakin mengalahkan hasrat membaca buku. Anak-anak lebih suka dengan gadged mereka. Duh dek, miris tenan atiku -,-
Bacaan
anak-anak pada dasarnya membuat imajinasi kita semakin hidup. Dongeng-dongeng
imajinatif yang membuat kita berkreasi sendiri di pikiran kita. Cerita-cerita
unik yang kadang membuat kita seolah-olah berada didalamnya. Gambar-gambar lucu
yang selalu membuat kita tertawa, berimajinasi, berkhayal, dan berkreasi.
Bacaan penuh pesan moral yang membuat kita semakin ingin dan ingin terus
belajar. Semacam sedang mengevaluasi dan memberi nasihat untuk diri sendiri.
Tak ayal jika sampai sekarang aku masih suka membaca bacaan untuk anak-anak.
Selalu
bermimpi, suatu saat punya perpustakaan pribadi yang penuh dengan bacaan anak
yang bagus-bagus. Terus membudayakan membaca pada generasi muda. Biar mereka
menjadi generasi yang suka membaca. Karena aku setuju banget sama slogan “membaca membuka cakrawala dunia”. Dengan
membaca kita minimal telah mengantongi beberapa pengetahuan yang mungkin tak
bisa didapatkan di instansi pendidikan.
Ibarat
buku itu makanan. Maka membaca adalah nutrisinya. Jika makanan adalah kebutuhan
untuk kesehatan fisik. Maka, membaca adalah kebutuhan untuk kesehatan pikiran. Karena,
membaca bacaan yang bagus-bagus atau yang berimajinasi pasti pikiran kita jauh
dari stress. Kembali melakukan aktivitas
anak-anak bukan berarti kekanak-kanakan atau masa kecil kurang bahagia. Tapi
masa kecil yang bahagia yang selalu ingin di ulang lagi. So, berkutat
dengan buku bacaan anak itu sangat membahagiakan. Coba deh, hehehe. (=^.^=)
No comments:
Post a Comment