Hai
sobat semua.. aku masih bercerita tentang perjalananku tahun lalu, tepatnya
sehari sebelum puasa. Kali ini aku akan bercerita perjalananku ke Sindoro untuk
kedua kalinya. Kedua kalinya??? Yeaahh, karena aku pernah mendaki Sindoro
sebelumnya. Tetapi saat itu aku nggak sempat muncak dikarenakan kondisi fisikku
tidak fit akibat lagi ‘dapet’ (menstruasi). Jadi ketika diajak oleh Andank,
teman pendakian Lawu dan Merapi #2, aku pun mengiyakannnya. Itung-itung
pengalaman mendaki sebelum puasa, yupz tanggal 9 Juli 2012 sudah mulai puasa
teman-teman –versi Muhammadiyah- dan pendakian ini dilakukan pada tanggal 6-7
Juli 2013. Gimana coba rasanya mendaki kejar-kejaran dengan waktu mau puasa?
Hehehee
Kami
mendaki Sindoro ber-14 orang, cukup banyak. Kami mendaki bersama teman-teman
Jatropa Farmasi UGM, aku lupa singkatan Jatropa apaan, yang jelas klub pecinta
alamnya anak Farmasi UGM gitu deh. Selain aku dan Andank, jelas sudah disitu
ada soulmatenya Andak, Ardi (selain
adek kelas SMA, Ardi pernah mendaki bareng aku di Merapi #2) dan selebihnya
adalah teman-teman Farmasi. Kalau nggak salah ingat ada Firda, Indah, Vava,
Yoga, Maria, mas Imam, Mas Muchtar, Atik, dan yang tiga lagi lupa namanya
(maklumm, uda mulai tuaa, uda lama pulak -,- ).
Rencana
kami akan mendaki pagi hari, yaitu Sabtu (6/07/12) pagi, maka kami sudah berangkat dari Jogja Jum’at sore.
Karena basecamp Sindoro (menurut anggapan kami, terutama aku :p ) tidak lebih
bagus dari basecamp Sumbing, maka kami bermalam di basecamp Sumbing. Numpang
nginep ceritanya, hhohoho
Sabtu
pagi yang cerah. Setelah di pusingkan olehku yang lupa akan jalan masuk ke
basecamp Sindoro, akhirnya sampailah sudah pukul 07.00 pagi di basecamp
Sindoro. Setelah berburu makan, registrasi dan packing ulang, kurang lebih pukul 08.15an kami mulai trekking.
Karena banyaknya personil, dan teman-teman dari farmasi juga banyak yang baru
pertama mendaki, maka kami pun mendaki dengan santai.
Pos
demi pos kami lewati. Pos I adalah perbatasan antara ladang dan hutan Sindoro,
disana kami istirahat cukup lama. Pos II lumayan jauh dari Pos I, berbeda
dengan pertama kali aku ke Sindoro dulu, pos II sekarang ada gubug dan ada
tulisan ‘pos II’ nya. Medan dari pos I menuju pos II ini sudah mulai naik,
meskipun jalan datar banyak ditemui. Sedangkan untuk menuju pos III dari pos II
ini medannya lumayan, lumayan nanjak dan susah. Salah satu teman kami, Maria
sempat terjatuh, sehingga kami harus berhenti cukup lama untuk mengobati dan
beristirahat. Kurang lebih pukul 14.15an kami telah sampai pos III. Disinilah
kami ngecamp, seperti pendakian Sindoro pertamaku dulu.
pos I |
Sesampai
di Pos III, setelah istirahat sejenak, beberapa mendirikan tenda dan beberapa
masak. Sembari menikmati senja yang semakin larut tertutup gelap kami menikmati
pesona alam ini dengan penuh rasa syukur. Bercengkrama dengan kawan-kawan baru,
berfoto-foto mengabadikan kenangan, dan menyantap hidangan special ala anak
gunung yang bagaimanapun rasanya tetap saja nikmat di lidah.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan? (QS. Ar-Rahman)
Kami
berencana muncak pukul 00.00, karena kami mentargetkan untuk melihat sunrise di
puncak. Sebenarnya perjalanan dari pos III sampai puncak kurang lebih tiga jam.
Akan tetapi, menurut pak leader, Andank, melihat kondisi kami yang beberapa
masih belajar mendaki dan bersahabat dengan alam maka kami mengasumsikan kurang
lebih 4-5jam perjalanan. Oleh karena itu, pukul 21.00 tenda kami pun telah
sepi. Semua telah lelap dengan mimpi masing-masing.
Tengah
malam pun kami terbangun dan bersiap-siap untuk muncak. Menurut informasi,
meninggalkan barang di tempat ngecamp Sindoro sangatlah tidak aman. Selain
karena pencurian, juga adanya babi hutan yang kadang mengacak-acak tenda. Maka
kami harus membawa barang sampai puncak. Akan tetapi, tetiba Maria bilang bahwa
dia tidak enak badan, sehingga tidak ikut muncak. Dengan ditemani salah seorang
temannya (yang aku lupa namanya, yang pasti cowok), maka mereka berdua didaulat
untuk menjaga barang. Antara sedih dan seneng sih, sedih karena nggak bisa
muncak bareng-bareng, tapi seneng juga karena dengan ada yang jaga tenda, muncaknya
nggak usah berat-berat bawa barang.
Eits,
nggak berat-berat bawa barang, tapi itu tak berlaku untuk aku. Karena aku tetep
bawa matras, tiga SB (SleepingBag) dan dua botol air minum yang masing-masing
1,5 liter. Tapi ditengah jalan lumayan berkurang 1 botol kok minumnya,
hohohohoho. Yupz, si Andank mendaulat aku buat bawa tas muncak, alasane karena
aku uda sering naik gunung. Jadi, aku, Ardi, Andank, Vava dan Indah yang bawa
tas muncak. Tapi Vava dan Indah kadang di gantiin Firda dan Atik atau temen
yang lain. Aku nggak ada yang gantiin bawa, huhuhuhuu, yaudah deh nggak papa, belajar
nggak manja, belajar bawa beban sampai puncak, dan juga belajar mengayomi.
Terimakasih adek-adek farmasi untuk perjalanannya, ini adalah pertama kali aku
muncak bawa tas dengan isian segambreng lhoo, hohoho :*
Ada banyak hal yang tidak kita sadari, bahwa ada
pelajaran di setiap perjalanan
Pukul
01.00 kurang kami mulai meninggalkan pos III untuk muncak. Angin saat itu sudah
mulai kencang. Dingin menusuk-nusuk kulit yang tipis ini. Ditemani bintang
malam, tak menggoyahkan kami berdua belas menapaki punggungan Sindoro. Medan
dari pos III menuju puncak tak semudah medan dari basecamp - pos III. Kalau
nggak jalanan menukik ya bebatuan yang ganas. Duuhhh kapan sampainya >.<
Setelah kami berjalan kurang lebih 3jam, bau belerang mulai tercium. Aaahhhh
puncak semakin dekat, Alhamdulillah.
pos IV (dipoto pas turun) |
medan mau ke puncak (dipoto pas turun) |
Pukul
04.45an sampailah kami di puncak. yeeaaahhh puncak Sindoro :* Subhanallah, akhirnya perjuangan kami berbuah
hasil. Shalat subuh di hamparan rumput menjadi penuh haru. Sujud syukur tak
kuasa aku bendung. Terimakasih Allah, akhirnya aku bisa mencapai puncak Sindoro
juga. Matahari cantik mulai memperlihatkan rona merahnya. Kami pun mulai
masak-masak dan foto-foto.
Fajar di puncak :) |
yeaaahhh..! |
My Tim |
Sebenarnya
ada keinginan hati tuk memutari kawah Sindoro ini, yang kata Andank kurang
lebih 1jam. Akan tetapi, angin sudah mulai berhembus kencang. Membuat kami tak
bisa berlama-lama menikmati indahnya puncak Sindoro. Pukul 07.30 kami pun
segera bergegas turun, padahal rencana pukul 09.00 kami baru mau turun. Memang,
puncak Sindoro ini sering ‘usil’, kalau nggak bau belerang yang menyengat tajam
ya angin yang kencang. Jadi bagi para pendaki yang akan ngecam disekitaran
puncak, mungkin perlu mempertimbangkan dua hal ini.
Turun
tak sesulit ketika naik. Jelas. Interval pukul 10.00-11.00an kami
berbondong-bondong sampai di pos III lagi. kami turun memang tidak berbarengan,
ada yang lari, ada yang pelan-pelan, dan ada yang mampir-mampir (kalau nggak
istirahat ya foto-foto). Pukul 12.00 kami segera packing dan pukul 13.00 lebih
kami mulai turun ke bawah.
Saat
turun, aku menyendiri, aku lari-lari gitu, pengen banget deh cepet-cepet sampai
di basecamp (nggak inget beberapa minggu lalu turun sendiri kesesat di Sumbing
-,- ). Di saat hampir mendekati pos II, tetiba ada bunyi-bunyian gitu. Aku pun
berhenti sejenak, mencoba menafsirkan bunyi apaan itu. kayak suara anjing, tapi
kok lebih suara monyet, tapi kok nggak dua-duanya juga ya. Huaaaaaa takutttt.
Mana suaranya keras dan berasa di samping dan belakangku. Duhalah, mana
sendirian pula >.< pas aku lihat kearah samping di balik semak-semak gitu
(meski takut rasa penasaran tetep ada) terlihat hewan hitam kecil (lebih gede
dari kucing tapi) matanya kuning. Babi hutan. Syok, bingung. Akhirnya cuma bisa
tahan nafas, sembunyi di parit jalan air dan berdo’a “aku masih pengen hidup ya
Allah”. setelah dirasa itu babi lari menjauh kedalam hutan, aku pun segera
lari, nggak peduli engkel bakal kambuh, nggak peduli nafas ngosngosan, yang
penting segera pergi dari situ.
Sampai
di pos II aku pun langsung duduk di bangku sambil atur nafas. Buka tas dan
ambil minuman. Tak peduli beberapa mata memandang heran ke arahku. Ya, ada
beberapa pendaki yang sedang istirahat di pos II. Hingga akhirnya disaat
orang-orang itu mau lanjut turun aku pun bilang “mass, perginya nanti dong,
temenin saya dulu sampai ada temen saya sampai sini”. Dan berhasil, para
pendekar itu (karena semuanya laki-laki) akhirnya menemaniku sampai mas Muchtar
tiba di pos II. “aaakkk makasih mas-masnya” kataku mendadah-dadah mereka *dasar
genit, toyor pala ndiri -,-
Setelah
istirahat sejenak, kami pun segera melanjutkan perjalanan. Aku nggak berani
sendirian lagi. hahahaha cemen. Pukul 15.15 beberapa dari kami sampai di pos I,
sambil menunggu beberapa teman yang masih di belakang kami pun istirahat. Ya,
si Vava sempat terpeleset di tikungan sebelum pos II, sehingga dia harus
berjalan pelan sekali. Setelah semua berkumpul, beberapa dari kami turun naik
ojek, menimbang Vava yang kakinya luka dan beberapa teman-teman yang kelelahan.
Hanya para lelaki serta aku, Atik dan Maria saja yang berjalan kaki melanjutkan
perjalanan pulang.
Pukul
18.00 tepat kami segera melanjutkan perjalanan pulang. Ada kejadian dramatis
saat pulang, di sekitar Secang sebelum pertigaan Magelang-Semarang, Tiba-tiba
motor mas Muchtar disebelahku dan meminta berhenti sebentar (posisiku paling
depan). Begitu kami berhenti, Maria langsung pingsan. Gusti Allah, aku pun
segera mengambil minyak kayu putih. Vava, Indah dan Firda segera sigap menopang
Maria. Sepertinya dia kelelahan, salah juga sih ya tadi kami nggak mampir makan
dulu hingga harus ada yang nggak kuat nahan lapar. Karena kami berencana akan
makan di Jogja saja. Maafkan kami ya Maria, semoga nggak kampok main sama kami
lagi :)
Alhamdulillah,
kami serombongan sampai Jogja dengan selamat. Badan capek dan pegal luar biasa,
tetapi bahagia cetar membahana. Apalagi esok telah tarawih dan bulan ramadhan
telah tiba. Selamat datang kembali ramadhan. Aku siap menghadapimu dengan
segala ketundukanku pada-Nya. Mendaki gunung sebelum puasa memang luar biasa (=^.^=).
No comments:
Post a Comment