Tuesday, September 2, 2014

Ketika Duo Krucil Ke Merbabu #Merbabu 4



duo krucil :p
Sengaja aku beri judul begitu karena memang jelajah alam ke Merbabu kali ini hanya dua orang saja. Aku dan Avy temanku. Duo krucil yang berusaha memberanikan diri menjelajah gunung tanpa lelaki (porter juga) :D. Dimana secara fisik kami berdua ini imut-imut dan selalu dibilang ‘anak kecil’ oleh kebanyakan orang. Mengakhiri Agustus dengan sebuah pengalaman yang tidak biasa. Lalu bagaimana kisah perjalanan kami?




Amazing begitu kataku. Kami berdua bukanlah orang yang banyak pengalaman untuk mendaki gunung. Meskipun kami berdua sudah lebih dari dua kali ikut pendakian bersama teman-teman. Tapi, biasanya kami selalu menjadi “Queen”. Ikut serta hanya membawa barang pribadi. Karena semua keperluan sudah dibawakan teman laki-laki. Jadi belum pernah se-amazing kali ini yang semua-mua keperluan pendakian kami urus dan bawa berdua.

Sabtu (30/8/14) pagi kami berkumpul di kos lama Avy untuk packing ulang. Hal yang tidak pernah terjadi dalam sejarah pendakian kami, bahwa hari itu kami membawa beban yang lebih berat dari biasanya. Daypack-ku yang berukuran 40lt akhirnya penuh sesak dengan 3 botol air minum (@1.5lt), nesting + kompor, frame tenda, Sleeping Bag (SB), baju ganti, logistik (beras + sayur + 2 nasi bungkus) dan kamera. Sedangkan Avy, dengan carrierl 45lt nya berisi body tenda, SB, baju ganti, logistik (beraneka camilan), dan 2 botol air (1.5lt + 0.5lt).
 
barang bawaan kami *kayak mau pindahan :D
Pukul 10.00 kami berangkat dari Jogja dengan perasaan berbagai macam rasa. Hingga, saat aku bawa motor sempat nggak konsentrasi. Tepat ditanjakan yang mau ke arah ketep aku sempet bingung pas mau melaju karena ada pickup disebelah. Akhirnya, dari situ Avy yang menggantikanku bawa motor. Sampai basecamp Merbabu via Selo kurang lebih pukul 12.40. Disana kami istirahat sebentar dan shalat. Lalu pukul 14.00 kami mulai nanjak.

Dari awal kami sudah merencanakan jika ini pendakian santai dan tidak target puncak. Kami berencana akan mendirikan tenda dan menikmati senja di pos III atau dibawah Watu Tulis. Sehingga kami benar-benar berjalan santai. Ya, diluar dugaan ku, jika perjalan basecamp – pos III memakan waktu kurang lebih 4 jam. Padahal, biasanya waktu segitu cukup untuk sampai pos IV (sabana 1). Aku sadar saat itu, bahwa aku terlalu yakin bahwa aku kuat membawa beban seberat itu sampai pos III. Tetapi kenyataannya aku begitu kepayahan. Sehingga beberapa meter sekali aku selalu menghentikan langkahku. Sungguh diluar dugaan.

Ada banyak hal yang tidak kita sadari, bahwa ada pelajaran di setiap perjalanan

Pukul 17.40 sampailah kami di pos III dengan kondisi kaki ku kram. Berbeda dengan Avy, dia masih energik dan kuat. Hingga tenda berdiri aku pun tak kuat melangkahkan kakiku keluar. Karena setiap digerakkan pasti otot-ototnya menegang dan sakit luar biasa. Beruntung sekali, kami membawa nasi bungkus dari bawah. Sehingga begitu masuk tenda kami hanya memasak air hangat, makan nasi bungkus lalu tidur. Hahahhahaa, pindah tidur doang ternyata. Rencana malam mau curhat-curhat sambil menikmati taburan bintang gagal sudah :D

Kami bangun pagi pukul 04.30. Setelah berdandan ala kadarnya (maklum perempuan) dan shalat subuh kami pun segera keluar untuk menanti sunrise. Beruntung kami keluar matahari belum muncul. Sehingga pagi itu kami bisa menikmati bongkahan matahari terbit yang beradu dengan birunya langit memancarkan kehangatan pagi. Dan seperti biasanya, jepretan kamera sana-sini deh. Bahkan kami sampai menuruni bukit-bukit hanya untuk mencari tempat yang bagus untuk foto-foto. Untungnya kami hanya berdua, coba berbanyak atau ada teman laki-laki, pasti udah direcokin ulah kami yang maniak kamera ini. Hahahahhahahaa.
 
sunrise
siluet fajar
kenarsisan Avy :D
kelakuan Moly :D
merapi dari merbabu, cantik :)
bluesky and edelweis
cium-cium edelweis  :*
Setelah puas foto-foto kami menuju tenda dan masak-masak. Untuk pertama kalinya aku masak nasi dan tidak gagal. Biasanya kalau masak nasi di gunung aku selalu gagal. Tapi ini benar-benar jadi nasi cuy. Bukan jadi bubur atau nasi yang keras. Benar-benar nasi. Hahahahaa. Sebagai pelengkap kami masak sayur soup untuk menemani nasi (yang benar-benar nasi). Sungguh sarapan yang nikmat. 


Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-Rahman)

Setelah sarapan kami segera packing. Pukul 09.15 kami mulai turun. Dan sungguh menyebalkan jika mendaki di musim kemaru. Debunya itu lho. Setiap ada yang turun pasti debunya bertebaran kemana-mana. Huh. Jadi sampai bawah kami dekil sekali. Kayak habis perang. Itu sangkaan kami. Tapi orang yang ngeliat kami pasti bilangnya kami masih bersih banget. Ya ampun ini muji atau nyindir. Mentang-mentang kami hanya perempuan berdua apa, tegaaaa. Sampai basecamp pukul 12.00 dan penuh orang. Setelah istirahat sebentar dan shalat dhuhur kami pun segera beranjak meninggalkan basecamp

Sungguh petualangan yang menakjubkan buatku. Pengalaman yang tak bisa dibeli tapi mahal harganya. Pertama, kami hanya berdua dan perempuan. Mematahkan segala asumsi jika perempuan itu merepotkan. Tak selamanya naik gunung hanya manja-manjaan saja. Kami bisa. Dan ini buktinya. Meskipun perjuangannya keras banget. Ngesot sana sini bawa tas dengan beban berat hanya berdua.

Yang kedua, untuk aku pribadi adalah mengalahkan ego. Secara pribadi aku tipikal orang yang tidak suka dibeda-bedakan atau membeda-bedakan. Terlebih sesama perempuan. Aku menganggap semua orang sama, baik secara pengalaman atau pun kekuatan. Sehingga, dalam perjalanan ini aku menahan rasa ketidaksamaan itu. Contohnya dalam membawa barang. Dimana bebanku lebih berat dari yang Avy bawa.

Yang ketiga adalah belajar sabar dan mengalahkan emosi. Beruntung sekali aku kuat menahan sifat yang satu itu (emosi). Secara, Avy temanku ini tipikalnya hampir sama denganku. Keras dan ketus. Lalu dia juga sering ragu-ragu dan mikir. Sehingga akunya sering gemes sendiri. Tapi, kalau aku ngebales keras dan ketusnya bisa-bisa bagai Tom and Jerry nih. Hahahaa. Tapi dari dia aku belajar yang namanya sabar. Sehingga dalam perjalanan ini aku melawan seluruh ego dan emosiku untuk bisa lebih sabar. Thanks Avy :*

Memang benar kata mbak Agustin (guru yogaku), jika hubungan dua orang itu (baik pertemanan atau pun pacaran) itu hal paling sulit dilakukan. Menyatukan dua pikiran, dua sifat, dan dua hal yang berbeda itu bukan perkara yang mudah. Harus benar-benar ada itikad untuk saling memahami dan mengerti. Tidak hanya satu orang saja. Itulah yang namanya patner (bisa teman, sahabat, pacar, suami atau istri). Bahkan kalau sudah taraf memahami yang tinggi, tanpa ucapan biasanya sudah saling tahu apa yang dibutuhkan dan dirasakan patner kita tersebut. Intinya peka, memahami dan mengerti. Serta luruhkan seluruh ego yang menguasai hati.


Terimakasih Avy untuk petualangan 20 jam kemarin. Terimakasih Merbabu untuk segala hal luar biasa yang dikirim Tuhan untukku. Semoga suatu saat aku bisa mengunjungimu lagi. Muuaaahhhh :*

(=^.^=)

No comments:

Post a Comment