Tuesday, April 23, 2013

Wonosobo…..

Mbolang kali ini ke Wonosobo. Haloohaaa Wonosooboohhh… ;) Cukup nekat juga sih kepergian aku ke Wonosobo ini. Selain saat bulan puasa, tepatnya tanggal Agustus 2011 (H-3 lebaran kalo nggak salah waktu itu), perjalanan menuju kesananya pun seperti menantang bahaya banget, heuheuheu.

Mbolang ini berawal dari aku yang pengen banget maen ke rumah Hasti –adek angkatan SMA ku- sama pengen kuliner sego megono dan mie ongklok –puasa-puasa pikirannya makan muluk ni aku- . Waktu itu Hasti baru dateng dari Bandung tanggal 25 Agustus 2011. Ntah kena bisikan apa, pas SMSan sama Hasti aku bilang aku pengen maen kerumahnya, naik motor sendiri. Dan Hasti pun ngasih ancer-ancer perjalanan dari Jogja-Wonosobo, lewat Temanggung. Karena aku masih nggak paham, aku nyoba tanya sama adek angkatanku yang lainnya. Eeee malah sama dia dicariin temen buat bareng ke Wonosobonya, karena temen dia orang Banjarnegara yang masih deket sama Wonosobo, jadi disuruh barenglah sama aku.

Setelah buka puasa, kami pun janjian ketemu. Setelah basa-basi kenalan, berangkatlah kami menuju Wonosobo, tepatnya pukul 19.00 kami beranjak dari Jogja. Ternyata kami tak melewati Temanggung, kami lewat Borobudur ke arah Magelang barat yang nanti ketemu perbukitan dimana nanti langsung ketemu Wonosobo. Bahasa indahnya adalah jalan pintas menuju Wonosobo melalui Magelang.

Aku pun hanya nurut aja mau dilewatin mana, paling cuma ngapalin jalan biar besok nggak nyasar kalo pulang ke Jogjanya. Daaannn, apa yang terjadi teman-teman, memasuki perbukitan yang orang bilang Silento –jalan pintas menuju Wonosobo- ternyata sepi banget. Jalanan terjal naik turun, penerangan cahaya masih minim, jadi hanya motor kami  saja yang merangkak melawati sepi tersebut. Mana bukitnya lumayan serem, jadi kepikiran macem-macem kalo nanti dihadang rampok bagaimana? Huhuhuhuhu, ah tapi inikan bulan puasa paling rampoknya pada insaf dulu, pikirku saat itu. Sepi, gelap, hanya berdua ditengah suasana mencekam. Pantesan aja dinamain Silento pasti dari kata-kata silent yang artinya diam, alias sepi >.< kami mulai bernafas lega jika melewati rumah penduduk. Tapi selebihnya hutan belantara nan gelap yang kami lewati.
Ketakutan akan berubah menjadi keberanian jika kamu mau menghadapinya

Setelah satu jam kami melewati Silento, akhirnya tibalah kami di Wonosobo. Leeeggaaaaaa. Dan kami pun mulai tenang melanjutkan perjalanan menuju kota Wonosobo. Sampai kota Wosobo, kira-kira pukul 21.00 kurang, jadi 2jam perjalanan, cepet juga yaa. Karena janjianku dengan Hasti di alun-alun Wonosobo, kami pun menunggu Hasti disana. Samapai sama, teman seperjalananku sudah dijemput temannya. Dan apa yang dia katankan kepada kami “kalian ini berdua nekat sekali, lewat Silento malem begini”. Kami berdua pun hanya tersenyum kecut.

Udara pun mulai meyeruak, dan Beeerrrrrrrrr dingin pun mulai menggerayangi kami. Ini dinginnya semena-mena >.< pengen deh buru-buru masuk selimut. Oh Hastiii, cepatlah kau dataaaaannnggg, kataku dalam hati saat kami menunggu Hasti.

Begitu Hasti datang, kamipun berpisah, karena temen seperjalananku ini mau kerumah temannya dulu. So, aku pun mengikuti Hasti menuju rumahnya. Wow, aku gentayangan di kota orang bersama Dorada motorku tercinta, hehehehehe.

aku dan Dorada di Jalan Dieng
Sampai di rumah Hasti, aku pun disambut ramah oleh Abi dan Uminya. Ngobrol-ngobrol sebentar kemudian masuk kamar dan tiduuuuurrrrrrr, hohohohohoo. Dinginnya semena-mena, begitu ketemu kasur langsung deh rebahan dan menutup diri dengan selimut. Hasti ketawa melihat tingkahku, kata dia ‘ini dinginnya belum seberapa Mbak’, aaaghhh bagiku ini udah dingin.

Keesok harinya, kami pun jalan-jalan di Wonosobo. Karena bulan puasa, jadi kami nggak mau capek-capek, jadi hanya ke Telaga Menjer dan ngeliat kebun teh aja sambil ngobrol-ngobrol. Di Telaga Menjer, kami pun naik perahu mengelilingi telaga, dengan biaya Rp 10.000/orang. Mahal sih, soalnya hanya kami bertiga, kalo yang mau naik banyak kata bapaknya bisa setengah dari harga itu. Karena pengen, yaudah kami pun naik perahu dengan harga segitu, itung-itung sedekah buat bapaknya dibulan puasa lah ya.

menatap bukit dari dalam perahu

dipinggir telaga ^^v
depan kantor PLTA
Kuliner, jelas takkan dilewati. Karena bulan puasa jadi harus pinter ngatur waktunya nih. Jadi sore hari saat buka kami dipesankan Uminya Hasti mie ongklok langganannya, hooreeeeee. Mie ongklok itu kayak mie ayam gitu, tapi kuahnya lebih kental, terus ada satenya, sate sapi, mungkin bisa dibilang mie sapi, hehehehee. Rasanya yummy, hmmmm jadi pengen nyobain lagi, Kemarin pernah nyobain yang di Jogja tapi rasanya nggak senikmat di Wonosobo >.<
mie sapi alias mie ongklok
buka bersama dengan mie ongklok Wonosobo :)
Kemudian pagi harinya saat sahur, dibikinin uminya Hasti sego megono. Alhamdulillah, kesampaian lagi. Hehehehe. Sego megono ternyata ada juga dari Pekalongan. Tetapi sego megono Wonosobo dengan Pekalongan berbeda sekali. Kalo sego megono Pekalongan aku malah belum pernah nyoba –di agendakan ke Pekalongan buat nyobain aahhh- huks.
sego megono Pekalongan
sego megono WOnosobo
  Siang harinya, aku pulang deh ke Jogja setelah 2 hari 2 malam di Wonosobo. Berharap nggak nyasar, walaupun akhirnya salah jalan juga -,- Hahahhaaa. Jadi seharusnya aku lewat Borobudur, tapi aku malah lewat Taruna Nusantara, jadi ngalang jauh deh. Tapi nggak papa, yang penting ketemu jalan dan nyampe rumah dengan sehat dan selamat. Alhamdulillah dapat pengalaman indah lagi. (=^.^=)Molmol

No comments:

Post a Comment