Wednesday, July 23, 2014

Bertamu #Ramadhan Hari ke-26



Senja tadi, ketika kami sekeluarga sedang (akan) berbuka tiba-tiba pintu belakang rumah terketuk keras. Saat itu, ibu baru saja akan berdo’a dan membatalkan puasa. Sebenarnya kami ingin sekali tidak membukakan pintu. Akan tetapi, sepertinya si’tamu’ mengetuk pintu semakin keras. Alhasil, ibu langsung menuju pintu untuk menemui si tamu tersebut.

Dulu, ketika bapak masih ada apabila masuk waktu shalat (mahgrib atau isya’) apabila ada tamu yang datang, beliau tidak akan membukakan pintu atau pun menemuinya. Pernah suatu ketika ada tamu datang tepat adzan isya’ dirumah kami, oleh bapak si tamu langsung ditinggal ke masjid tanpa di persilakan masuk rumah dulu. Tamu baru ditemuin setelah bapak pulang dari masjid.


Kejam, begitu saat itu aku bilang ke bapak. Kalau itu tamu penting gimana, kataku saat itu. Bapak hanya menjawab dengan senyum dan bilang “Kalau memang butuh bapak pasti dia mau nunggu, sekalian biar si tamu paham kalau bertamu bukan disaat jam shalat, karena nggak menghargai waktu shalat namanya”. Dan nggak sekali bapak memberlakukan tamu yang datang disaat adzan seperti itu. Hingga pada akhirnya tamu-tamu paham, jika ingin bertemu bapak bukan disaat jam shalat.

Sepele memang. Sebab bertamu memang tidak ada aturan tertulisnya. Akan tetapi, sudah disepakati secara umum jika bertamu juga memiliki aturan-aturan. Dimana aturan bertamu dapat dipahami sebagai etika bermasyarakat. Tidak ada hukuman jika melanggar. Akan tetapi jika diabaikan konsekuensinya adalah mendapat predikat sebagai pribadi yang buruk. Dan itu yang bapak selalu ajarkan kepada kami. Jangan menerima tamu disaat adzan.

Akan tetapi ternyata senja tadi kami tak kuasa untuk tidak membukakan pintu. Sungguh, betapa kesalnya aku dan ibuku yang tidak bisa setegas bapak. Harusnya kami tetep kekeuh untuk tidak membukakan pintu. Secara tamu mengetuk pintu disaat adzan maghrib berkumandang. Dimana waktu maghrib di bulan Ramadhan ini adalah waktu berbuka puasa. Sehingga jika kami ‘kejam’ untuk tidak membukakan pintu, si tamu paham. Tapi sekali lagi, kami tidak kuasa. Astaghfirullah. Semoga ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk kami sekeluarga, untuk selalu menghargai waktu ibadah. (=^.^=)

No comments:

Post a Comment