Saturday, July 5, 2014

Menikmati Kesendirian? hmmmm... #Ramadhan Hari Ke-8


'Dhuha di Puncak Merapi'
tak sengaja terpotret oleh teman ketika dhuha
Semalam aku tarawih di masjid Gede Kauman Yogyakarta. Sebenarnya, aku janjian dengan teman untuk tarawih di Masjid Kampus (maskam) UGM. Tapi teman minta langsung ketemuan di Maskam, jadi buka puasanya sendiri-sendiri gitu. Padahal di benakku kita buka puasa bareng habis itu berangkat ke Maskam sama-sama. Lalu, akhirnya aku buka puasa sendirian di salah satu warung makan taman siswa (tamsis).


Sebenarnya ini terlalu memaksakan sekali. Mengingat rumahku yang jauh, kalau hanya sampai Maskam untuk tarawih saja itu berlebihan banget. Karena moment yang aku cari kan ketemu temen sambil buka bareng. Baru lanjut tarawih, karena nggak mungkin kan tarawih ngobrol. Walau pada akhirnya aku merelakan sedikit ego ku untuk buka sendirian di warung makan (karena kalau janjian sama temen lagi ntar ribet lagi) dan akan gabung dengan temenku tarawih di Maskam.



Setelah menikmati buka puasa dengan nikmat, lama kelamaan aku malas banget ke Maskam. Selain jauh dan takut keburu waktu (karena sampai jam 6 lebih aku masih belum maghrib dan beranjak dari kursi), belum nanti disana nyari-nyari temenku itu. Akhirnya aku membatalkan ke Maskam dan beralih ke Masjid Gede Kauman.


Sebenarnya rada kesel sih. Karena daripada sendirian buka puasa dan tarawih di kota begini mendingan di rumah. Nggak keluar uang untuk jajan dan nggak harus kayak anak ilang di masjid.  Tetapi, semua sudah terjadi. Mengapa harus disesali? Toh aku juga yang awalnya mengajak tarawih bareng temenku. Mungkin ada cara yang salah dalam komunikasiku. Ada beberapa hal yang kami tidak saling memahami. Namanya juga manusia, punya pikiran dan ego masing-masing kan?


Sendirian buka puasa itu ternyata mengasyikkan. Selain bisa khusyu’ menikmati buka puasa menjadikan kita menjadi pribadi yang lebih bersyukur. Kadang kalau buka puasa rame-rame (dengan teman atau keluarga sekalipun) lebih sering setelah mendengar adzan kita berdo’a lalu makan. Tanpa ada perenungan mengapa aku puasa, mengapa aku memilih menu buka ini, dan bagaimana puasaku tadi. Serta banyak-banyak berdo’a untuk meminta kepada Sang Pemberi Rizki. Ada hal luar biasa yang tak pernah kita duga dengan kesendirian ini.


Begitu juga ketika tarawih sendiri di Masjid yang jauh dari rumah. Tidak ada teman atau pun bertemu kenalan. Benar-benar sendiri di kerumunan orang-orang tak dikenal. Meskipun diantara kerumunan itu ada beberapa orang yang kemungkinan kita kenal. Menikmati konteplasi dengan Allah, sebagai pemilik kekuatan yang Maha Akbar.


Benar kata seorang teman, sendirian itu menyenangkan. Apalagi jika sendirian untuk bercengkrama dengan Allah. Tidak ada godaan untuk ngobrol dengan teman sebelah. Tidak ada godaan untuk berbisik-bisik mengomentari penceramah. Jadi bisa lebih hikmat dan khusyu’ ibadahnya.


Aku syukuri semua yang terjadi. Anggap saja menanahan kekesalan kemarin adalah pahala sabarku di bulan Suci ini. Karena ada hal yang menyenangkan dibalik semua itu. Terimakasih Allah, untuk sebuah hikmah di bulan suci ini, terutama pada kesendirian semalam. Aku menjadi merasa lebih dekat dengan-Mu didalam renungan do’a-do’aku.


Ternyata, sendirian itu nggak selamanya mengenaskan kok. Sendiri jika dinikmati juga mengasyikan. Hehehee. (=^.^=)

No comments:

Post a Comment