Friday, July 4, 2014

Dunia Anak-anak : Buku Bacaan

Kemarin siang untuk mengisi waktu luang, aku berkunjung ke Perpustakaan Daerah (Perpusda) Bantul. Seperti biasa, tempat favorit saya nongkrong di Perpusda atau pun Perpus Kota (Perpustakaan Kota Yogyakarta) adalah bagian untuk anak-anak. Tidak hanya karena tempatnya berkarpet dengan gambar-gambar lucu, tapi euforia yang dirasakan sungguh membuat aku senang. Meskipun celotehan anak-anak kerap mengganggu konsentrasi membacaku.


Hal yang menarik di bagian anak-anak menurutku adalah fenomena yang terjadi diruangan tersebut. Ada anak-anak yang sedang belajar membaca, ada anak-anak yang sibuk mencari buku yang disukainya, ada ibu-ibu yang membacakan bacaan ke anaknya, ada ibu-ibu yang sedang mengajari anaknya membaca, dsb. Dimana aktivitas itu membuatku merasa ingin jadi guru PAUD atau TK. Hahahaha. Nggak nyambung banget ya.. :p



Tapi serius lho. Aku untuk soal anak sangatlah peduli dan detail banget. Bahkan bacaanku pun tak jauh dari kehamilan dan kelahiran, psikologi anak, parenting, dan bacaan lain yang erat kaitannya dengan pertumbuhan anak. Sehingga ada celetukan dari seorang teman yang bilang ke aku “pantas ya, kamu tu lebih sabar ngadepin anak daripada pacar atau cowok, bacaanmu kayak gitu”. Hahahahhahaa. Ketawa aja lah :D :D

Namanya juga suka. Mau bagaimana lagi. Dunia anak-anak itu mengasyikan. Selain bisa nostalgia masa kecil juga bisa belajar lagi. Dimana manfaatnya bisa untuk diajarkan pada generasi masa depan kelak. Bacaan anak-anak juga banyak pesan-pesan baik yang kadang telah kita lupakan. Seperti menghargai sesama, kejujuran, kesopanan dll. Dimana ajaran-ajaran tersebut tidak ada dalam mata pelajaran atau mata kuliah di instansi pendidikan manapun. 

Kadang gemes banget kalau ngedapatin anak-anak yang lebih doyan maen game daripada baca buku. Lebih doyan nongkrongin tivi daripada nongkrongin perpustakaan. Pengen banget teriak “Tu lho dek, ada banyak buku bacaan bagus”. Aku masih ingat banget saat SD, perpustakaan di SD ku yang bejibun bukunya jarang ada yang masuk. Paling hanya satu-dua murid, termasuk aku. Dan sekarang, dengan teknologi yang semakin canggih, semakin mengalahkan hasrat membaca buku. Anak-anak lebih suka dengan gadged mereka. Duh dek, miris tenan atiku -,-

Bacaan anak-anak pada dasarnya membuat imajinasi kita semakin hidup. Dongeng-dongeng imajinatif yang membuat kita berkreasi sendiri di pikiran kita. Cerita-cerita unik yang kadang membuat kita seolah-olah berada didalamnya. Gambar-gambar lucu yang selalu membuat kita tertawa, berimajinasi, berkhayal, dan berkreasi. Bacaan penuh pesan moral yang membuat kita semakin ingin dan ingin terus belajar. Semacam sedang mengevaluasi dan memberi nasihat untuk diri sendiri. Tak ayal jika sampai sekarang aku masih suka membaca bacaan untuk anak-anak.

Selalu bermimpi, suatu saat punya perpustakaan pribadi yang penuh dengan bacaan anak yang bagus-bagus. Terus membudayakan membaca pada generasi muda. Biar mereka menjadi generasi yang suka membaca. Karena aku setuju banget sama slogan “membaca membuka cakrawala dunia”. Dengan membaca kita minimal telah mengantongi beberapa pengetahuan yang mungkin tak bisa didapatkan di instansi pendidikan.

Ibarat buku itu makanan. Maka membaca adalah nutrisinya. Jika makanan adalah kebutuhan untuk kesehatan fisik. Maka, membaca adalah kebutuhan untuk kesehatan pikiran. Karena, membaca bacaan yang bagus-bagus atau yang berimajinasi pasti pikiran kita jauh dari stress. Kembali melakukan aktivitas anak-anak bukan berarti kekanak-kanakan atau masa kecil kurang bahagia. Tapi masa kecil yang bahagia yang selalu ingin di ulang lagi. So, berkutat dengan buku bacaan anak itu sangat membahagiakan. Coba deh, hehehe. (=^.^=)

No comments:

Post a Comment