Thursday, October 16, 2014

Bapak-Anak #EdisiUltah

Hari ini, aku merayakan ultahku sendiri. Sendirian. Sederhana saja, aku beli kue kecil dan mampir warung makan untuk sekedar mengisi perut. Setelah itu aku pergi ke Perpustakaan Bantul untuk sekedar menulis-nulis. Nah disini, di perpustakaan ini, aku melihat seorang bapak yang begitu asyik bersama anak lelakinya melihat-lihat buku. Anak tersebut kurang lebih berusia tiga tahun. Aku perhatikan terus interaksi bapak dan anak tersebut.

Kemudian aku teringat ketika tadi makan di warung. Saat aku sedang menikmati makanku, tak sengaja mataku menangkap pemandangan yang membuatku tertarik untuk melihatnya. Ada dua meja di antara meja-meja warung makan itu berisi seorang bapak dengan anak laki-lakinya. Meja yang sederet dengan mejaku seorang bapak dengan anak laki-laki yang aktif. Si anak makan sambil jalan kesana kemari. Sedangkan meja yang satu lagi berisi seorang bapak dengan anak yang cenderung asyik dengan makanannya.

Lalu apa yang membuatku begitu memperhatikan mereka?


Ketiga bapak dan anak tersebut sama-sama tanpa ditemani seorang perempuan (dalam hal ini istri si bapak atau ibu si anak). Mereka hanya berdua saja. Bapak dan anak. Awalnya aku pikir mereka datang bersama dengan seorang perempuan. Tetapi, sampai makan mereka habis dan meninggalkan warung makan, mereka hanya berdua saja. Begitu juga sepasang bapak-anak di perpustakaan. Sampai mereka meninggalkan perpustakaan, mereka hanya berdua.

Tak kusangka, masih ada ‘me time’ antara bapak-anak. Meskipun hanya makan sekalipun. Tetapi kebersamaan itu pasti akan melekat selalu di hati anak-anak tersebut. Apalagi anak-anak itu laki-laki semua. Figur ayah yang baik telah mereka dapatkan di masa kanak-kanaknya. Figur ‘jagoan’ sudah ada dihadapan mereka.

Memang jarang sekali pemandangan bapak-anak terlihat asyik berdua untuk melakukan sesuatu. Terlebih makan bersama di warung atau mengunjungi perpustakaan. Kebanyakan figur bapak lebih asyik sendiri untuk mencari uang, sedangkan urusan anak kebanyakan bersama ibunya. Padahal, peran bapak dikehidupan itu penting sekali dalam pembentukan karakter anak. Baik anak laki-laki atau pun perempuan.


Seperti yang terjadi dalam diriku. Aku selalu merasa jika bapakku adalah laki-laki terhebat didunia. Laki-laki paling penuh cinta dan kasih sayang. Dari kecil, aku selalu punya waktu berdua sama bapak. Walau pun hanya makan di warung. Atau pergi ke toko untuk mencari sesuatu. Tetapi kebersamaan itu membuatku lebih dekat dengannya. Membuatku percaya jika cinta itu tak perlu di ungkapkan. Karena bapakku tak pernah bilang sayang kepadaku. Tetapi, sikapnya kepadaku sudah cukup membuktikan bahwa beliau sangat sayang kepadaku.

Ya, hampir 25 tahun aku hidup bersama bapak. Kenangan bersamanya masih selalu melekat dalam sanubari. Cintanya masih mengalir tulus hingga relung hati. Bahkan, aku mengharapkan suatu saat aku mendapatkan imam yang bisa membuatku nyaman seperti berada di samping bapak. Yang membuatku selalu jatuh cinta seperti aku cinta kepada bapakku.

Terimakasih untuk bapakku tercinta yang kini telah istirahat dalam damai di Griya-Nya. Atas segala kasih sayangmu, cintamu, ilmu mu dan segalanya yang telah kau berikan pada putri kecilmu ini selama hampir 25 tahun. Semoga aku bisa mewujudkan mimpi dan harapanmu. Semoga aku bisa menjadi yang terbaik untukmu. Dan semoga Allah mengampuni dosa serta menerima amal baikmu. Aamiin….. (=^.^=)

No comments:

Post a Comment