Tuesday, October 21, 2014

History of Molydha Part II #Edisi25tahun

Mendengarkan orang bercerita tentang aku dari lahir hingga tahun 1997 (baca disini) rasanya campur aduk. Antara senang dan sedih. Membayangkan bagaimana masa kecilku yang penuh kejutan. Nggak kebayang pula bagaimana repotnya bapak dan ibu dulu punya anak seperti aku. Mulai tahun 1997 ke atas aku sudah bisa sedikit mengingat pertumbuhanku. Meskipun banyak yang sudah menguap juga.


1998. Umur 9 tahun. Indonesia rusuh. Tapi belum tahu apa-apa. Cuma ngikutin arus kampanye aja. Karena di kampung pada ngejagoin salah satu partai, begitu jalan-jalan sama teman di kampung sebelah seluruh bendera partai lain di sepanjang jalan kami ambil semua. Sampai rumah itu bendera mojok nggak guna. Alhasil sama ibu buat lap. Oya, di tahun ini sudah mulai mengenal bola,  menggemari juventus dan Del Piero.

1999. Umur 10 tahun. Masuk diniyah (sekolah keagamaan setara SD). Mulai naksir cowok, sekarang sama cowok itu temenan dan udah nganggep kayak kakak sendiri. Nglayapnya udah nggak tahu aturan. Untuk usia SD saat itu, naik sepeda sampai kampung sebelah itu udah jauh banget. Mulai les juga, walaupun nggak bodoh-bodoh banget. Soalnya yang dicari cuma banyak temen aja. Mungkin di tahun ini mulai terlihat rasa senangnya berteman.

2000. Umur 11 tahun. Pindah sekolah. Gegara adek yang suka nglayap nggak tahu aturan. Jadi disekolahin yang jauh dari rumah. Biar pulangnya dijemput selepas bapak-ibu kerja. Merasakan rasanya jadi anak baru. Hampir jadi korban bully. Tetapi nggak mempan, mantan preman TK dilawan. Hahahaha. Di SD yang baru ini ketemu temen yang suka berimajinasi. Bersama dia pernah ngebolang sampai keraton, berangkat dari Bantul naik bis berdua. Bakat ngebolang yang sudah mulai terlihat rupanya.

2001. Umur 12 tahun. Imajinasi mulai liar gegara film Amigos. Menghayal kalau kekuatan magic itu benar-benar ada. Bahkan rela telat berangkat bimbingan belajar kelas gegara film ini. Gegara film F4 rela potong rambut model ‘segi’ kayak pemainnya. Mulai suka film india. Pernah ngelabrak temen gegara nyebelin. Pernah disukai temen sekelas yang berujung disewotin temen cewek yang suka cowok itu. Mulai meninggalkan juventus dan Del Piero tapi beralih ke AC Milan dan Kaka.
 
kelas 6 SD
2002. Umur 13 tahun. Masuk sekolah setara pondok pesantren. Pertama kali masuk asrama sudah nangis, gegera kesel sama temen. Tapi habis itu udah mulai betah. Pas ultah dikerjain sama temen asrama, disiram di koridor kamar mandi pakai air cucian sabun. Terus ranjang juga diberantakin. Huff. Bakal usil mulai berkembang. Bakat lari juga mulai terlihat. Bercita-cita jadi penjelajah dunia.


2003. Umur 14 tahun. Mulai suka menulis. Selalu di jagokan dalam lomba lari antar kelas. Pernah berhasil mencetak nilai tertinggi dalam lari keliling alun-alun, dengan waktu kurang lebih 3 menit. Mulai suka organisasi. Intinya pengen punya banyak teman. Mulai mencanangkan cita-citanya untuk menguasai ilmu pertanian.

2004. Umur 15 tahun. Pernah kabur dari asrama dan ketahuan tetangga. Alhasil kamar dipindah dekat musyrifah (semacam guru pendamping di asrama) biar bisa diawasin. Jadi pengurus ekstrakulikuler KIR (Kelompok Ilmiah remaja) di sekolah. Bangga banget waktu itu. Bakat nulisnya uda nggak sebatas puisi sama cerpen aja, tapi ke tulisan yang lebih ilmiah (artikel, essay dll). Udah mau UAN. Berpikir pengen keluar dari sekolah asrama. Tapi setelah dipikir-pikir kalau nggak genep 6 tahun nggak seru. Alhasil meneruskan SMA di sekolah asrama ini.
 
jadi pengurus KIR
2005. Umur 16 tahun. Udah masuk SMA cuy. Mulai kenal sama anak seberang, alias cowok dari sekolah asrama putra. Mulai kenal teman-teman dari sekolah luar juga, soalnya sering dikirim buat ikutan seminar atau pelatihan dari KIR. Punya pacar, dan dia pacar pertama. Ngrasain sensasi jadi anak ‘nakal’ yang ngelanggar aturan (soalnya dilarang pacaran). Karya Ilmiah sudah sering ikut dilombakan. Baik pribadi maupun kelompok. Mulai ngefans sama Soe Hok Gie, gegara filmya di peranin Nicholas Saputra.

2006. Umur 17 tahun. Huaaaa, sweet seventeen. Punya pacar pula. Mulai ‘nakal’ lagi dengan bawa HP dan kadang bawa motor. Jadi kucing-kucingan gitu. Mulai sering di panggil musyrifah akibat kenakalan itu. Tapi mereka tidak pernah punya bukti. Jadi tetep aman. Terus jadi mujanibah (pembimbing asrama dan kamar) adek kelas 1 SMA. Bersyukur nggak dikasih yang kelas 1 SMP, bisa puyeng. Tulisan ada yang dimuat di majalah BAKTI (majalahnya Departemen Agama DIY). Pertama kali dapat honor dari majalah, dan bahagia banget. Tergila-gila sama buku 5cm terus bercita-cita kalau kuliah ikutan mapala (mahasiswa pecinta alam).

Menulis di Part II ini ternyata lebih sulit. Karena memadukan cerita orang dan ingatan diri sendiri. Mencoba terus menguak kenangan-kenangan itu. Ah diriku, kamu nano nano sekali ternyata. Semakin gemas melihat perjalanan hidupku. Antara percaya dan tak percaya aku hidup dalam jalan seperti itu. Part III adalah bagian terakhir dari sejarah ini. Disitulah sekarang aku berada. Seperti apa? Ikutin Part III ya… (=^.^=)

No comments:

Post a Comment