Tuesday, October 14, 2014

Ketika Single Dipertanyakan #EdisiMenuju25Tahun


Habis lebaran haji ini banyak sekali teman yang membawa kabar gembira. Sudah bisa ditebak bukan, kabar apa itu? Yup, kabar menikah. Tentu, aku bahagia banget mendengar kabar itu. Siapa coba yang nggak bahagia kalau ada teman bahagia. Tetapi kebahagiaan itu sirna ketika muncul mulut-mulut usil yang mengusik. “Kapan kamu nikah Moly?”

Aku memang pernah punya impian menikah muda. Pas jaman lulus SMA dulu. Tapi seiring berjalannya waktu, banyak hal yang membuatku surut untuk mewujudkan impian itu. Pertama kali surut ketika ada sebuah pertanyaan dalam hati yang mengatakan “kamu yakin mau menikah sama si dia?”. Entah kenapa semenjak itu aku selalu ragu untuk memulai hubungan serius dengan laki-laki.


Padahal, pacar aku saat itu bukan lah orang buruk lho. Anaknya baik, dari keluarga baik-baik. Dari segi fisik ganteng lah (walau masih ganteng Kaka pemain bola Brazil :p). Otaknya juga berfungsi (walau nggak pinter-pinter amat). Tetapi, kenapa untuk mendapat “klik” serius justru susah. Secara, di awal pacaran aku selalu bilang “jangan lama-lama pelihara aku ya..”. Karena pada prinsipnya aku lebih baik single daripada lama-lama pacaran. Bingung soalnya kalau kelamaan pacaran. Hahahahhaa.

Dari situ aku tersadar, menikah itu bukan soal punya pacar atau nggak. Bukan soal lamanya berpacaran juga. Semua itu bukan tolak ukur seseorang akan segera menikah. Toh banyak pasangan pacaran lebih dari 4 tahun juga belum nikah. Dan banyak juga orang menikah dengan orang yang tidak harus kenalan lama. Lalu, menikah itu soal apa?

Kalau aku bilang menikah itu soal rasa, kemantapan, dan kesiapan. Sudah punya pacar kalau belum ada rasa ingin menikah ya belum akan menikah juga kan? Begitu pula sudah lama pacaran kalau belum siap dan mantap ya belum akan menikah. Jadi apa salahku jika aku menjawab pertanyaan-pertanyaan ‘usil’ itu dengan jawaban “do’akan saja”. Harusnya jawaban seperti itu sudah jelas bukan, bahwa segala sesuatu itu diiringi dengan do’a. Nggak salah dong kalau aku minta do’a agar aku segera menikah.

Akan tetapi, realitanya orang tak puas dengan jawaban seperti itu. Lalu muncul pertanyaan-pertanyaan kembali. “Jangan kelamaan lho, udah mau 25 tuh”. “Makanya jangan kebanyakan maen, serius dikit ngejalain hidup lah”. “Kalau cuma do’a sih gampang, tapi usaha juga dong”. Dan masih banyak lagi pertanyaan sambungan dengan sisipan nasihat-nasihat klasik.

Sebenarnya, aku pribadi sudah kebal dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Jadi aku selalu santai saja. Cuma heran aja, terkadang justru orang yang menasehati aku seperti itu adalah orang yang belum nikah. Aneh kan? hahhahahaa. Sampai teman SMA ku pernah uring-uringan gegara mengalami masalah yang sama. Dia tuliskan juga ceritanya di blog (baca disini).

Oke. Aku berterimakasih banget dengan teman-teman yang telah mengingatkanku untuk segera menikah. Apalagi sebentar lagi aku udah 25 tahun. Angka rawan perempuan single konon katanya. Aku manusiawi kok, jadi pastilah ada keinginan untuk menikah. Tetapi, sekali lagi aku bilang, aku belum menemukan rasa yang membuatku ingin segera menikah. Beda ya tidak ingin dan belum ingin. Beda pula ingin dan segera itu. Catet!

Aku pernah berdiskusi dengan seorang teman. Pada kesimpulannya jodoh (atau menikah) itu adalah rejeki. Yaitu takdir yang diusahakan dan diperjuangkan. Namanya rejeki datangnya bisa kapan saja dan melalui banyak hal kan. Bisa dijemput, bisa datang tiba-tiba, bisa nggak disangka, bisa tak diduga, dll. Jadi jangan dikira aku ini diam saja tanpa usaha apa-apa. Aku memperjuangkan dong untuk rejeki  jodoh (atau menikah) ku itu.

Hanya saja aku tidak memaksa harus sekarang atau harus segera. Aku sangat menikmati proses perjuanganku, proses do’aku, dan juga proses kehidupanku. Aku nggak ingin menikah karena diburu waktu atau pun usia. Aku nggak ingin menikah karena teman-teman yang lain sudah menikah terus aku juga harus segera menikah. Nggak. Nggak segampang itu.


Aku akan menikah jika Allah memang sudah memantapkan rasa didalam hatiku. Aku akan menikah jika memang semua terasa “klik”. Ketika semesta bersatu padu dengan perjuangan dan keyakinan dua insan serta kerestuan kedua belah pihak keluarga, saat itulah aku akan menikah. Sebab, jika semua komponen itu berjalan harmonis, ridho Allah sudah mengiringi langkah kami. So, jika sekarang aku single mengapa harus dipertanyakan lagi? Tenang saja aku masih bahagia dengan keadaanku seperti ini kok. Terakhir, do’kan saja yaaaaa… hehehehe (=^.^=)

No comments:

Post a Comment