Monday, July 13, 2015

Apa ada yang salah dengan puasaku?

Mau nulis yang rada serius nih. Serius nggak jelasnya tapi :D :D Jadi beberapa hari yang lalu aku bukber (buka bersama) dengan beberapa teman kuliah. Disela-sela obrolan kami, salah satu teman ada yang bilang “Alhamdulillah ya, puasa kali ini terasa mudah banget, padahal kalau masih awal-awal biasanya berat” Terus teman yang lain komentar “mungkin karena kita udah biasa puasa sunnah, jadi nggak kerasa berat”.

Aku waktu itu cuma diem aja. Karena jujur saja, puasaku di awal-awal kemarin berat banget rasanya. Bahkan puasa pertama aku malah tidur seharian. Bukan, bukan karena aku nggak tahan lapar. Tapi memang benar adanya, aku merasa berat puasa pertama kemarin. Apa ada yang salah dengan puasaku?


Sebelum Ramadhan menghampiri, aku telah meniatkan dengan baik jika bulan suci ini akan kembali berjuang untuk memperjuangkan apa yang seharusnya di perjuangkan. Karena harapanku di bulan suci ini pasti akan diberi kemudahan oleh-Nya.

Tapi rupanya, justru ini menjadi tantangan tersendiri untukku. Puasa pertama yang tiba-tiba kangen bapak. Di kejar-kejar deadline urusan di kampus. Motor tiba-tiba rewel, bahkan pernah sampai ban motor belakang meletus (bukan bocor, tapi MELETUS), nuntun kurang lebih 300m. Itu rasanya lebih berat daripada sekedar menahan lapar.

Dari sini aku mencoba mengerti, puasa itu tidak hanya sekedar menahan nafsu. Terlebih nafsu makan. Kalau hanya sekedar menahan lapar semua orang juga bisa. Pengemis tu contohnya. Pernah pas nonton Stand Up Comedy si Rigen (SUCI5) bilang “Buat anak kosan mah puasa udah hal yang biasa. Udah nggak ada tantangannya. Nggak bulan puasa kita juga udah puasa”.

Intinya, menahan lapar itu sudah BIASA. Yang menjadi luar biasa adalah ketika kita bisa menjadi manusia bijak dikala sedang lapar. Karena nggak semua orang bisa menjadi sabar, ikhlas atau bisa menahan amarah ketika berada diposisi yang jauh dari nyaman. Puasa Ramadhan adalah sekolahnya. Mengutip kata-kata Fahd Djibran “‘Jika kau merasa puasa terlalu mudah bagimu, berarti ada yang salah dengan puasamu!’.

Remender for me juga ini sebenarnya. Karena sampai saat ini esensi dari puasa yang aku jalani hanya sebatas menahan lapar doang. Baru kali ini nemu ujung untuk memaknai hakikat dari puasa itu sendiri. Nggak apa-apa terlambat daripada tidak tahu sama sekali. Iya kan? (=^.^=)


No comments:

Post a Comment