Monday, July 13, 2015

Belajar Dari Tokoh Idola

Apa sih belajar dari tokoh idola itu? Adalah semacam ngefans ke seseorang yang kita sebut tokoh idola dan kita belajar dari kehidupannya. Jadi ngefans yang baik gitu. Nggak cuma stalking aktivitas hidupnya atau caper di sosial medianya.

Buat aku ngefans itu adalah belajar. Artinya, ketika aku ngefans sama seseorang aku pengen belajar dari dia. Baik dari pengalaman baiknya atau buruknya. Karena baik buruk seseorang itu relative, tergantung dari sisi mana kita melihat.

Aku ngefans sama Marshanda. Dari jaman dia jadi Lala di sinetron Bidadari sampai detik ini aku menulis. “Dia kan gila Da, habis cerai lepas jilbab, masak kayak gitu kamu ngefans?”. Bodo amat itu kataku. Seperti yang aku bilang tadi, baik buruk seseorang itu relative tergantung dari sisi mana kita melihat. Memang aku nggak suka dia yang lepas jilbab, terlepas apapun alasannya. Tapi aku mengagumi kegigihannya dalam mencapai karir, kreativitasnya, juga parenting dia ke Sienna anaknya saat itu.


Dari Caca (panggilan Marshanda) aku belajar tentang parenting. Buat aku yang belum menikah dan masih ‘males’ belajar ilmu ke-rumah-tangga-an jadi tergugah untuk belajar mengenai parenting. Aku bisa tahu tentang Maria Montessori, atau lebih dikenal dengan metode Montessori. Metode pendidikan untuk anak-anak, yang banyak dijadikan acuan parenting di sekolah dan juga para orang tua. Makasih Ca, aku jadi belajar tentang parenting.

Terus dari mana aku tahu semua itu? Dari twitter dan fanspage facebook-nya. Aihhhh, ketauan banget ya aku hobi KEPO alias stalking sosial media orang. Ehehehehee. Mungkin dalam hal ini KEPO itu menjadi baik adanya. Kita kepoin idola kita terus kita gali tentang mereka. Serap ilmunya dan ambil yang baik-baik. Ngefans juga nggak harus melulu menjadi manusia garis depan dalam mention twitter atau ngomen sampah di instagramnya. Bahkan aku pribadi ngefans sama beberapa orang belum tentu aku follow twitter atau instagramnya. Sekali lagi, buatku ngefans adalah belajar.

Terus beberapa hari yang lalu aku liat di instagram Anji (eks personil drive), dia memposting sebuah gambar dengan tulisan seperti dibawah ini :



Dari situ aku jadi kepikiran dengan banyak orang yang menjadi idolaku, mengapa mereka bisa seperti itu, latarbelakang apa yang membuat mereka menjadi seperti sekarang ini. Terus mereka punya tokoh idola seperti apakah yang bisa membentuk karakter seperti itu dan lain sebagainya.

Ngomong-ngomong, aku juga ngefans sama Anji lho. Sejak dia menyanyikan lagu ‘Bersama Bintang’ di Drive. Suka kepoin kehidupan Anji. Dan salut sama Anji. Masih ingatkan kasus Anji dengan Sheila Marcia. Dulu sempat marah dan sebel, bisa-bisanya Anji kayak gitu. Terlepas dari itu semua, aku bisa melihat ada banyak sisi baik dari Anji. Aku masih menikmati lagu-lagunya.

Jadi inget, aku dulu pernah mencemooh temenku yang masih setia ngefans sama Ariel Noah meskipun Ariel pernah berkasus sampai masuk penjara. “kenapa orang kayak gitu kamu idolain sih?” kataku saat itu. Temenku jawab “sebenarnya dia itu kreatif, pinter, suaranya bagus, cuma lagi salah jalan aja”. Sesimpel itu? dan aku baru menemukan jawabannya setelah Anji mengeluarkan lagu’ Jerawat Rindu’. Aku kembali suka kepo-kepo tentang Anji. Pengalaman hidupnya lah yang bisa bikin Anji kayak sekarang. Terimakasih Anji pernah mengenalmu lewat pengalaman hidupmu.

Selain Marshanda dan Anji, aku juga ngefans sama komika. Ada Ernest Prakasa dengan keluarganya yang lucu. Dari Koh Ernest secara tidak langsung jadi kenal istrinya. Justru ini poitnya, aku malah lebih ngefans istrinya daripada Koh Ernest sendiri. Hahahaha, maaf ya Koh.

Terus ada Dzawin Nur Ikram. Kita sama Win, alumni pondok pesantren. Yang mana kalau kita agak ‘kekiri’ dikit pasti pondok pesantrennya kebawa-bawa. Aku salut sama Dzawin yang selalu percaya diri mengatakan bahwa dia lulusan pondok pesantren. Karena nggak semua orang berani mengakui lulusan pondok lho. Contohnya ya aku sendiri ini.

Aku tahu Dzawin dari Indra Frimawan, juara tiganya SUCI 5 kemarin. Sering kepo-kepo Indra jadi mengenal sosok Dzawin. Aku juga ngefans sama Indra. Gaya Stand Up-nya yang misterius bikin aku penasaran. Dan taraaaa….. kami punya kesamaan. Sama-sama pernah menjadi orang yang dianggap aneh dan berbeda. Dimana hal itu kadang bikin aku minder. Tapi justru keanehan Indra membawa dia dalam panggung Stand Up. Sedangkan aku? Semoga ada keberuntungan dalam keanehanku. Kalo kata Indra : Being normal is not option. Kalau tidak bisa menjadi yang terbaik, jadilah yang paling beda.

Balik lagi ke Dzawin, dari dia aku jadi tahu Pidi Baiq. Iya, Dzawin ngefans sama Pidi Baiq. Katanya Pidi Baiq panutan Dzawin dalam berkarya. Langsung deh aku kepo-kepo Pidi Baiq. Terus aku mendadak ngefans juga. Ampun deh, aku gampang ngefans sama orang. Hahahaha. Serius nih, buku-bukunya Pidi Baiq emang seru. Ringan tapi bermakna. Tapi maaf-maaf ya Om Pidi, belum kepo-kepo anda terlalu jauh. Daftar per-kepoan-ku banyak, antri dulu ya. :D

Sebenernya masih banyak tokoh idola yang ku jadikan tempat belajar. Bahkan dari yang telah meninggal sekalipun. Seperti Rasulullah SAW dan bapakku. Aku bersyukur banget, Allah mengirimkan semestanya untuk bisa mengenal mereka, belajar banyak hal dari mereka. Meski hanya lewat sosial media, cerita atau pun dari buku. Semoga manfaatnya menjadikan bekal mereka di akhirat kelak. Amiin…. (=^.^=)


*Terimakasih kalian, barisan para ilmu. Mari kepo-kepo tokoh idolanya tokoh idola kita :p



No comments:

Post a Comment